spot_img

Mengenal Spinal Board Dalam Dunia Medis dan Keselamatan

Sebagian dari Anda mungkin mengetahui tandu. Tandu yang dimaksud memiliki bermacam-macam arti dan fungsi. Mungkin tandu yang Anda ketahui adalah tandu yang mengangkut barang atau sejenisnya. Tetapi tandu yang dimaksud di sini adalah tandu yang digunakan untuk mengangkat atau mengevakuasi korban.

Korban? Ya, yang dimaksud tandu ini merupakan alat untuk mengevakuasi atau memindahkan korban atau orang yang cedera dari tempat kejadian ke tempat yang lebih aman atau tempat yang sesuai rujukan. Tempat rujukan yang dimaksud ini merupakan tempat di mana korban atau orang yang cedera harus dirawat seperti rumah sakit, puskesmas atau klinik, dimana korban layak untuk mendapatkan perawatan. Tandu ini sendiri berfungsi untuk memudahkan penolong dalam mengvakuasi korban, memberikan rasa aman dan nyaman pada korban ketika evakuasi berlangsung.

Ada berbagai macam dan bentuk tandu yang digunakan, namun tujuan dan fungsinya tetaplah sama, yakni sebagai alat untuk memindahkan atau mengevakuasi korban. Dalam pembahasan kali ini, kita akan menyimak mengenai tandu spinal atau spinal board.

Apa Itu Spinal?

Spinal merupakan suatu kondisi cedera atau patah tulang pada sum-sum tulang belakang. Misalnya seperti pemain bola yang terpelanting namun didahului dengan punggungnya yang menyentuh tanah. Nah, kejadian seperti ini bisa mengakibatkan terjadinya cedera pada bagian tulang belakang atau yang disebut dengan spinal. Mengingat pentingnya kesegeraan untuk menyelamatkan korban yang seperti ini maka perlu adanya pertolongan pertama pada kecelakaan, oleh sebab itu tandu sangat diperlukan dalam upaya pertolongan.

Tandu spinal merupakan alat pengaman yang digunakan untuk menangani korban atau pasien terlebih kepada perawatan pra-rumah sakit. Artinya digunakan untuk meminimalisir terjadinya kondisi terburuk si pasien atau korban sebelum tiba di rumah sakit atau tempat perawatan. Tandu ini biasanya digunakan oleh staf ambulans dan juga biasa digunakan oleh petugas SAR (search and rescue) atau penjaga pantai. Tandu spinal ini merupakan papan tandu yang didesain sedemikian rupa untuk membawa korban dalam keadaan darurat dan menyelamatkan korban kecelakaan khususnya korban yang mengalami cedera atau patah pada tulang bagian belakang.

Tandu spinal darurat ini dirancang sedemikian rupa dengan berbahan plastik dan dibuat lebih lebar dibanding rata-rata tubuh manusia sehingga mudah diakomodasikan dan memiliki pegangan untuk membawa pasien atau korban. Tandu ini juga dibuat dengan dasar permukaan yang rata. Mengapa rata? Tujuannya agar korban yang tulang belakangnya mengalami cedera atau patah, akan tetap pad aposisi yang benar, dan juga mencegah terjadinya kematian, oleh sebab itu didesain dengan memperhatikan kenyamanan serta keselamatan korban.

Tandu spinal ini tidak hanya digunakan untuk para korban yang mengalami patah tulang belakang saja, tetapi juga digunakan dalam keadaan darurat seperti digunakan untuk mengevakuasi korban bencana alam dan merupakan peralatan kesehatan yang wajib dalam keadaan darurat.

Papan tandu ini mirip dengan papan selancar, tetapi bukan digunakan untuk berselancar ya, karena papan tandu ini dibuat dari bahan plastik yang sering digunakan untuk memindahkan atau mengevakuasi korban yang dalam proses evakuasinya harus melewati medan atau area sulit ditempuh seperti sungai atau medan yang bukan berada di daratan.

Papan tandu ini bisa mengapung di air dnegan kapasitas berat maksimalnya 30 kg. Dibuat seringan dan seaman mungkin agar memudahkan petugas atau tim pengevakuasi untuk menyelamatkan korban.

Papan tandu ini dalam keadaan normal, baisa mengangkat beban maksimal sebesar 160 kg. Kuat ya? Dilengkapi pula dengan sabuk pengaman sebanyak 3 buah yang digunakan sebagai tali pengikat atau pengaman pasien ke papan. Terdapat juga bantal leher dengan bantalan oksipital yang disesuaikan dengan kebutuhan, juga dilengkapi dengan sandaran kepala yang ditujukan untuk menahan kepala agar lebih aman dan menghindari terjadinya putaran lateral kepala yang kemungkinan menyebabkan cedera baru.

GHTL 2.0, Upaya Membangun Keterampilan Medis Lintas Budaya

Suasana Jalannya Perhelatan Global health true leader 2.0. Foto : Tribun News

Indonesia One Health University Network (INDOHUN), asosiasi perguruan tinggi negeri menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan, bertajuk Global Health True Leaders 2.0 (GHTL 2.0) yang berlangsung di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 16-23 Juli 2018 lalu.

GHTL 2.0 merupakan program pelatihan kepemimpinan yang ditujukan untuk calon tenaga kesehatan untuk dapat berkontribusi dalam ranah kesehatan global. Pada pelatihan ini peserta akan dibekali dengan nilai-nilai kepemimpinan dalam pengembangan dunia kesehatan. Pelatihan ini diikuti tidak hanya diikuti oleh peserta dari Indonesia namun juga peserta yang berasal dari Filipina.

“Saya merasa bahwa saya sangat mudah untuk berbaur dan menyatu dengan peserta lainnya terutama dari Indonesia. Mereka terbuka dan menyambut saya dengan sangat baik” ungkap Elle Ysabel Manabat dari University of the Philippines Manila.

Kegiatan ini dirancang agar peserta memiliki kesempatan untuk membangun keterampilan kesadaran lintas budaya mereka. Serta meningkatkan kemampuan kolaborasi dan koordinasi ketika peserta menjalani kehidupan sehari-hari.

Adapun para pembicara yang hadir di kperhelatan ini juga datang dari latar belakang yang beragam, diantaranyai Christopher A. Whitter (Direktur dari Conservation Medicine Program & Research Assistant Professor, Cummings School of Veterinary Medicine, Tufts University), Jeffry Mariner (Research Professor, Tufts Cummings School of Veterinary Medicine, Cummings School of Veterinary Medicine, Tuft University), Benyamin Sihombing (WHO Indonesia), Samantha Barbara Islan, (Chairman of board Love Pink), Dian Puspita Sari (Ketua Medical Education, Fakultas Kedokteran UNRAM), Kemal Soeriawidjaja (Partnership ID), serta Benjamin. D. Anderson (perwakilan One Health Commission dan ketua tim One Health dari Duke Khunsai University).

Koordinator INDOHUN, Prof drh Wiku Adisasmito MSc Ph.D yang sebagai koordinator GHTL 2,0 mengungkapkan, kegiatan ini memiliki makna yang sangat strategis bagi calon-calon pemimpin masa depan.

“Sebagai generasi muda yang memiliki tanggung jawab lebih dalam kesehatan global di masa depan, kepemimpinan memiliki peranan penting dalam membangun kesehatan kerjasama dan kolaborasi untuk mempersiapkan calon-calon tenaga kesehatan,” pungkas Wiku.

Mahasiswa UGM Ciptakan Saliva Eejctor Portable

Mahasiswa UGM merancang septadent, penyedot air liur portabel. Foto : Liputan 6

Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan Saliva Ejector atau penghisap alat air liur yang sifatnya portable bernama Septadent. Mereka adalah Nur Halimah Putri (Kedokteran Gigi 2016), Fita Fathya Iriana (Kedokteran Gigi 2017), Adintaka Galih S (Teknik Fisika 2015), Laura Yahdiani (Manajemen 2016), dan Yarabisa Yanuar (Teknik Mesin 2014).

Kenapa alat kesehatan mereka ini dianggap sangat inovatif? Karena pada umumnya alat perawatan kesehatan gigi dan mulut yang ada di rumah sakit atau klinik seperti Saliva Ejector ini menyatu dengan kursi pasien, sedangkan Septadent bersifat portable.

Ide pengembangan alat ini berawal dari munculnya persoalan yang dihadapi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UGM yang sedang menjalankan KKN (kuliah kerja nyata) dimana mereka kesulitan menjalankan tugasnya di daerah yang kurang terjangkau akan sumber tenaga listrik maupun keberadaan kursi gigi.

Septadent dirancang dari beberapa komponen yang dibeli secara terpisah, kemudian dirakit dalam suatu packaging, komponen tersebut antara lain adalah vacuum pump, botol vakum, selang infus, pneumatic screw, dental suction dan alat elektronis seperti saklar, kabel, baterai dan LCD sebagai indikator baterai.

Dalam proses perakitannya, Septadent dirakit dengan mepertimbangkan seperti berat agar dapat memenuhi fungsi portabel, daya tahan baterai agar dapat memenuhi standar minimal dalam perawatan gigi yaitu 2 jam. Serta, ketahanan agar piranti yang dirancang tidak mudah rusak ketika tertimpa beban berat ataupun terjatuh.

Untuk keselamatan serta kenyamanan dalam pemakaian, septadent dirancang dengan baterai yang dapat dicas serta indikator baterai agar dapat dipantau berapa persen sisa baterai. Untuk mempermudah dalam membawa, septadent dirancang dengan adanya pegangan, sehingga mudah dibawa ke mana mana.

“Kami merakit septadent ini dengan mempertimbangkan dari segala jenis gejala fisika seperti besar input tegangan, kecepatan sedot dan tinggi head dengan botol. Hal tersebut dilakukan agar septadent dapat berfungsi maksimal layaknya teknologi yang telah ada,” tutur Adin, dalam keterangan tertulis.

Dengan adanya septadent ini diharapkan dokter gigi, koas maupun mahasiswa Kedokteran Gigi UGM yang sedang melakukan pengabdian masyarakat tidak perlu repot-repot untuk melakukan perawatan gigi di tempat yang kurang terjangkau tenaga listrik.

SONON 300L Adalah Probe Ultrasound Nirkabel Besutan Startup Asal korea Selatan

Healcerion, startup alat kesehatan asal Korea Selatan yang telah merilis ultrasound SONON 300L, sebuah probe ultrasound nirkabel yang bisa bekerja melalui smartphone dan tablet. Saat ini produk sudah siap dipasarkan dan didistribusikan.

SONON 300L bekerja dengan sebagian besar ponsel dan tablet Android dan iOS, mengharuskan pengguna untuk mengunduh aplikasi Healcerion dan memasangkan ultrasound ke perangkat yang digunakan. USG itu sendiri beratnya 13 ons (370 gram), didukung oleh baterai isi ulang yang dapat memindai secara terus menerus hingga tiga jam, dan bahkan fitur Wi-Fi dan kemampuan 3G / LTE.

Perangkat ini dapat menghasilkan gambar DICOM, mengirim data ke PACS (Pengarsipan Gambar dan Sistem Komunikasi) rumah sakit, dan bisa menjadi alat standar untuk dokter keluarga, dokter yang bekerja di luar lingkungan klinis, daerah terpencil, dan penyedia layanan kesehatan home visit. Kendati begitu, alat ini masih tersedia untuk pasar Korea Selatan dan Amerika Serikat saja. Belum ada kabar lanjut untuk dipasarkan ke negara lain termasuk Indonesia.

Mengenal Stetoskop Littmann dari 3M

Pada tahun 1816, seorang dokter asal Prancis Rene Laennec menemukan stetoskop pertama menggunakan tabung kertas panjang yang digulung untuk mengalirkan suara dari dada pasien ke telinganya. Ada beragam versi tentang bagaimana Laennec menciptakan penemuannya, tetapi memang sejak awal alat tersebut diciptakan untuk mendengar suara jantung dan paru-paru. Laennec menciptakan nama “stetoskop” dari dua kata Yunani: stetos (dada) dan skopein (untuk melihat atau melihat).

Dua puluh lima tahun kemudian, George P. Camman dari New York, mengembangkan stetoskop pertama dengan lubang suara untuk setiap telinga. Desain ini akan digunakan selama lebih dari 100 tahun dengan sedikit modifikasi.

Stetoskop menjadi cara penting bagi dokter untuk melakukan kontak pertama dengan pasien mereka. Dengan bantuan stetoskop, dokter atau perawat bisa “menyentuh” ​​pasien tanpa benar-benar menyentuh.

Stetoskop Ciptaan dr. David Littmann

Pada awal tahun 1960-an, dr. David Littmann, seorang profesor Harvard Medical School, ahli jantung terkenal dan otoritas internasional yang diakui pada elektrokardiografi, mematenkan stetoskop baru yang revolusioner dengan kinerja akustik yang jauh lebih baik.

Dia membantu mengubah alat pendengar sederhana menjadi alat diagnostik yang kuat. Kemudia 3M mengakuisisi bisnis stetoskop dr. Littmann beberapa tahun kemudian dan terus menyempurnakan serta memperbaiki desainnya.

Saat ini, Stetoskop Littmann adalah instrumen diagnostik yang digunakan jutaan profesional medis di seluruh dunia setiap harinya. Stetoskop Littmann telah menjadi standar emas bagi dunia medis karena memberikan akustik unggul, desain inovatif, dan kinerja luar biasa.

Bank KEB Hana Luncurkan Fasilitas Pembiayaan Untuk Faskes Mitra BPJS

Foto : bpjs-kesehatan.go.id

Dalam upaya meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia, PT Bank KEB Hana Indonesia mulai hari ini akan turut berperan serta melalui pemberian fasilitas pembiayaan program Supply Chain Financing (SCF) kepada Fasilitas Kesehatan (Faskes) mitra BPJS Kesehatan.

Program SCF dimaksud adalah pemberian fasilitas pembiayaan atas tagihan dari Faskes kepada BPJS Kesehatan, sebelum tagihan tersebut jatuh tempo, dengan untuk membantu likuiditas Faskes agar tetap terjaga, sehingga layanan Faskes terhadap peserta JKN KIS berjalan dengan lancar.

Untuk itu, PT Bank KEB Hana Indonesia hari ini melakukan kerja sama strategis dengan BPJS Kesehatan selaku penyelenggara program JKN-KIS. Kerjasama dimaksud adalah terkait konfirmasi atas data Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat pada Fasilitas Kesehatan yang berkerja sama dengan BPJS Kesehatan. Bank KEB Hana juga melakukan penandatangan kerja sama dengan sejumlah Faskes terpilih yang nantinya akan mendapatkan fasilitas pembiayaan. Kegiatan ini berlangsung di Hall Priority Banking di gedung Mangkuluhur City – Tower One, Jakarta.

Direktur Utama Bank KEB Hana Lee Hwa Soo mengatakan, kerja sama dengan BPJS Kesehatan dan sejumlah Faskes ini merupakan bagian dari komitmen Bank KEB Hana dalam mendukung program-program Pemerintah Indonesia meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya dalam aspek layanan kesehatan.

“Bank KEB Hana akan terus mendukung upaya Pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Melalui pemberian pembiayaan kepada Faskes mitra BPJS Kesehatan, Bank KEB Hana berharap para Faskes dapat melayani kebutuhan peserta JKN-KIS dengan kualitas layanan yang terus membaik,” kata Lee Hwa Soo di Jakarta, Rabu (04/07).

Saat ini Bank KEB Hana sudah mulai melakukan penjajakan kepada para Faskes yang berminat untuk mendapatkan pembiayaan ini. Faskes-Faskes yang beminat untuk mendapatkan pembiayaan pun juga dapat menghubungi atau mendatangi cabang Bank KEB Hana terdekat untuk mendapatkan infoemasi lebih lanjut.

Sementara itu, Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan Kemal Imam Santoso, menjelaskan, kerja sama dengan Bank KEB Hana akan sangat membantu Faskes dalam mengelola likuiditasnya. Pasalnya, selama ini pembayaran tagihan dari Faskes membutuhkan waktu karena melalui berbagai tahapan.

“Kami sangat mengapreasiasi komitmen dan dukungan dari Bank KEB Hana dalam membantu pembiayaan Faskes yang bekerja sama dengan BPJS kesehatan. Kerja sama seperti ini akan mendorong pelayanan kesehatan kepada peserta JKN-KIS akan semakin berkualitas. Tak hanya itu, sebagai bank swasta asing, kami berharap langkah Bank KEB Hana dapat memotivasi bank-bank lainnya untuk turut berpartisipasi menjaga keberlangsungan Program JKN-KIS ini,” jelas Kemal.

Sesuai dengan Pasal 38 Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 bahwa BPJS Kesehatan wajib membayar Faskes atas pelayanan yang diberikan kepada peserta JKN-KIS paling lambat tanggal 15 setiap bulan berjalan untuk pembayaran kapitasi, 15 hari kerja sejak dokumen klaim di luar kapitasi diterima lengkap bagi Faskes Tingkat Pertama, serta 15 hari kerja sejak dokumen klaim diterima lengkap bagi Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan.

Menurut Kemal, Faskes seperti klinik dan rumah sakit sangat membutuhkan dana pembayaran klaim BPJS Kesehatan dengan cepat untuk belanja kebutuhan kesehatan seperti obat-obatan, alat medis, dan membayar biaya operasional lainnya. Karena itu, partisipasi lembaga keuangan seperti Bank KEB Hana untuk membiayai tagihan dari Faskes sangat membantu.

Kemal melanjutkan, setelah perjanjian ditandatangani, BPJS Kesehatan dan Bank KEB Hana akan menyiapkan infrastruktur IT (web service) untuk pengiriman data tagihan yang telah disetujui atau dibayar. Secara teknis, Faskes akan mengajukan tagihan klaim dan BPJS Kesehatan akan melakukan verifikasi untuk memberikan persetujuan pembayaran.

“Setelah BPJS Kesehatan menerima tagihan dan atau memberikan persetujuan atas tagihan tersebut, bank dapat mencairkan pinjaman kepada Faskes yang telah memenuhi syarat pengajuan klaim. Ketika tagihan itu sudah jatuh tempo, BPJS Kesehatan akan membayar tagihan tersebut kepada Faskes, sehingga Faskes dapat membayar kewajibannya kepada bank. Kami harapkan inisiatif ini dapat mendorong kualitas layanan kesehatan secara nasional, sehingga pelayanan kesehatan Faskes terhadap masyarakat Indonesia semakin membaik,” lanjut Kemal.

Sementara itu Lee Hwa Soo menambahkan bahwa kerjasama strategis antara Bank KEB Hana dengan BPJS Kesehatan ini merupakan bagian dari bentuk dukungan dan komitmen Bank KEB Hana untuk terus mendukung kebijakan Pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia.

“Melalui sinergi dengan BPJS Kesehatan ini kami berharap dapat memperluas potensi bisnis Bank KEB Hana seraya ikut serta melayani masyarakat, sesuai dengan komitmen kami menjadi Best Customer-Focused Bank di Indonesia,” tutupnya.

Sampai dengan 1 Juli 2019, jumlah peserta JKN-KIS telah mencapai 199.133.988 jiwa. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, BPJS Kesehatan kesehatan telah bekerja sama dengan 22.252 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang terdiri atas 9.880 Puskesmas, 5.014 Dokter Praktik Perorangan, 5.479 Klinik Non Rawat Inap, 653 Klinik Rawat Inap, 20 RS Kelas D Pratama, serta 1.206 Dokter Gigi. Sementara itu di tingkat Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKTRL), BPJS Kesehatan telah bermitra dengan 2.397 Rumah Sakit dan Klinik Utama, 1.607 Apotik, dan 1.079 Optik.

Sumber Berita : bpjs-kesehatan.go.id

RSUD Ulin KalSel Ciptakan Alkes Inovatif Untuk Membantu Pernafasan Bayi

Foto : banjarhits.id

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui RSUD Ulin, Kota Banjarmasin, melahirkan karya aplikatif yang masuk dalam daftar top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018 dalam lomba karya inovasi nasional di bidang pelayanan publik.

Alat kesehatan karya Rumah sakit milik Pemprov Kalsel adalah alat bantu nafas alternatif bagi bayi alias Babies Respiratory Distrees Recovery Deviece (Bird). Seorang pencetus ide pembuatan alat Bird, dr Ari Yunan, mempresentasikan langsung latar belakang lahirnya inovasi itu di depan tim dewan juri yang merupakan para pakar ahli dari unsur akademisi, kelompok profesi dan praktisi pers.

Ari menyebut ada empat penyebab kematian utama terhadap bayi, yakni gawat nafas, infeksi, berat lahir rendah atau prematur. Dari empat pemicu tersebut, Ari berkata, gawat nafas merupakan pemicu kematian yang dominan terhadap bayi.

Menurut Ari, gawat nafas salah satu penyumbang terbesar angka kematian bayi. “Sementara alat bantu nafas yang dapat memberikan tekanan positif yang kontinu yaitu continuous positve airway pressure (CPAP), jumlahnya sangat terbatas di rumah sakit atau puskesmas di kabupaten/kota se-Kalsel,” kata Ari Yunan dikutip dari situs banjarhits.id.

Ari merinci alat bantu pernafasan bayi yang yang dijual di pasaran saat ini harganya cukup mahal mencapai Rp 91.763.000. Mahalnya alat CPAP menjadi alasan rumah sakit di kabupaten/kota atau puskesmas kekurangan alat ini. Adapun angka ibu hamil yang melahirkan dan harus mendapat pertolongan tidak bisa diprediksi.

Melalui proses kerja tim yang solid, ia dan tim RSUD Ulin berhasil menemukan alat alternatif bantu nafas pada bayi. Teknologi pembuatannya sangat sederhana dengan cara memodifikasi peralatan yang ada menjadi sebuah alat bantu pernafasan bayi.

Alat ciptaan Ari Yunan dan kawan-kawan hanya menghabiskan biaya produksi Rp 280 ribu. Angka produksi itu jelas jauh lebih murah ketimbang harga resmi alat CPAP di pasaran. Selain murah di kantong, keunggulan lain alat ini cukup mudah pengunaannya.

“Karena alat ini hasil modifikasi dari alat medis yang sehari-hari digunakan dokter atau perawat dalam membantu proses persalinan,” ujar Ari Yunan. Ia berkata alat Bird sudah digunakan oleh beberapa rumah sakit, seperti RS Ratu Zalecha Kota Martapura, RSUD Tabalong, RSUD Amuntai, dan RSUD H Beojasin Kota Pelaihari.

Sementara itu, Direktur Utama RSUD Ulin Banjarmasin, drg Hj Suciati, menambahkan penemuan alat bantu pernafasan bayi itu terbukti mampu menekan angka kematian bayi di Kalimantan Selatan. Berdasarkan data sejak alat itu diciptakan pada 2008, angka kematian bayi karena gawat nafas, cenderung menurun dari 15 persen menjadi 9 persen pada 2014.

Ari Yunan memaparkan keunggulan alat Bird di hadapan lima orang tim juri yang terdiri dari Refli Harun (Pakar Hukum), Wawan Sobari (Dosen Unibraw), Eko Prasojo (Mantan Wamen Menpan RB), Nurjaman Mochtar (Praktisi Media), dan Teguh Widjanarko (Staf Ahli Kemenpan RB). Mereka mengapresiasi atas karya inovasi yang aplikatif dari RSUD Ulin, Kota Banjarmasin.

“Ini merupakan inovasi kemanusiaan luar biasa. Segera sempurnakan proposal atau jurnal ini ke lembaga pendidikan nasional maupun dunia. Dan paling penting segera dipatenkan,” kata semua tim juri. Paparan tim RSUD Ulin turut didampingi oleh Asisten I Bidang Pemerintahan Setdaprov Kalsel, H Siswansyah.

Siloam Hospitals Surabaya Kini Miliki Alat Pendeteksi Kanker Payudara

Dokter Anggraeni Dwi spesialis radiologi Siloam Hospitals Surabaya (kiri) menunjukkan cara kerja alat mamografi. Foto : surya.co.id

Prof dr Ami Ashariati, spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik Siloam Hospitals Surabaya menjelaskan bahwa deteksi kanker payudara sejak dini penting untuk dilakukan, sehingga tingkat penyembuhan juga tinggi.

“Satu dari delapan wanita di dunia punya potensi besar mengidap kanker payudara, sehingga deteksi kanker payudara sangat diperlukan untuk menekan angka penderita kanker payudara stadium lanjut,” jelasnya dalam media gathering bertema ‘Deteksi Dini Kanker Payudara Sebelum Terlambat’ di Siloam Hospitals Surabaya, Minggu (15/7/2018).

Untuk itu, Siloam Hospitals Surabaya mengadakan Alat mamografi membantu meningkatkan deteksi lebih dini kanker payudara. Alat dengan merk Siemens ini menurut dr Anggraeni, adalah bentuknya yang digital, dan mampu mereproduksi data tak terbatas.

“Alat ini juga high definition, sehingga ia bisa membedakan lesi ukuran mikro dengan sangat baik,” tuturnya.

Mamografi 3 dimensi ini memiliki keakuratan dan spesifitas tinggi terutama untuk mendapatkan gambaran klasifikasi ukuran kecil, radiasi dikurangi hingga 30%, dan kekuatan kompresi akan diatur otomatis bedasarkan ukuran payudara pasien.

Sebagian besar pasien kanker payudara terlambat menyadari penyakitnya karena tidak merasakan nyeri, dan tidak ada benjolan yang tampak. Bagi yang belum memiliki benjolan atau merasa sakit, akan dilakukan skrining dengan alat mamografi ini. Sedangkan yang sudah, akan dilakukan diagnostic.

AS Berencana Meningkatkan Ketahanan Tubuh dengan Menyetel Gen

Amerika Serikat berencana untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit dengan mengembangkan sistem penyetelan gen.

Proyek ini rencananya bakal dilakukan oleh agensi yang bertugas mengembangkan teknologi baru untuk militer AS, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA).

Inovasi baru di bidang kesehatan ini bakal menyetel gen manusia untuk memberikan perlindungan dari penyakit. Sistem penyetelan ini dapat digunakan ketika dibutuhkan dan dimatikan ketika tidak diperlukan, seperti sistem on-off.

Menurut pernyataan dari DARPA, setiap tubuh manusia sebenarnya sudah memiliki pertahanan dari ancaman penyakit di dalam DNA. Namun, pertahanan itu sering kali tak bekerja maksimal ketika dibutuhkan. Misalnya, manusia tetap terkenal flu meskipun sistem imun telah mencoba melawannya.

DARPA bertugas mengembangkan penelitian untuk mencari cara 2agar dapat menyetel gen tersebut supaya membuat tubuh manusia terhindar dari ancaman biologi atau kimia saat dibutuhkan. Untuk menjalankan proyek ini DARPA membentuk tim Preemptive Expression of Protective Alleles and Response Elements (Prepare).

“Prepare bakal mempelajari bagaimana mendukung resistensi bawaan ini dengan memberikan dorongan secara sementara, setelah atau sebelum terpapar (penyakit), tanpa harus mengubah gen,” kata manager Prepare Renee Wegrzyn, dikutip dari Live Science.

Wegrzyn menjelaskan Prepare bakal berkonsentrasi mencari teknik tanpa harus mengubah DNA. Tekni ini berbeda dengan teknik mengubah gen yang sebelumnya pernah diperkenalkan CRISPR.

Wegrzyn menyebut tekni menargetkan epigenom atau sistem yang mengontrrol ekspresi gen. Dengan begitu, gen dapat dapat diaktifkan atau dimatikan dengan cara membuat modifikasi eksternal pada DNA.

Prepare bakal memulai program ini dengan fokus pada empat tantangan utama kesehatan yakni infeksi virus influenza, overdosis opioid, keracunan organofosfat (dari bahan kimia dalam pestisida), dan paparan radiasi gamma.

Agar program ini berhasil, para peneliti harus menghadapi sejumlah rintangan. Peneliti harus mengidentifikasi gen spesifik yang dapat memberikan perlindungan terhadap ancaman kesehatan. Lalu, mereka bakal bekerja untuk mengembangkan teknologi yang dapat memodifikasi target gen tersebut. Mereka juga perlu mengembangkan cara untuk menyampaikan teknologi ke gen yang sesuai. Peneliti juga harus memastikan bahwa teknologi ini memenuhi standar peraturan yang ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA).

Program ini juga bekerja sama dengan ahli bioetika untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah etika, hukum dan kemasyarakatan yang mungkin disebabkan oleh teknologi ini.

NU Jatim Award 2018, Tiga Rumah Sakit NU Bersaing yang Terbaik

Paparan RSI Siti Hajar di hadapan dewan juri. Foto : NU Online

Setidaknya ada tiga rumah sakit yang bersaing untuk menjadi unit usaha terbaik. Diharapkan peserta ini dapat meningkatkan layanan, termasuk memastikan terjaganya aset yang ada.

Ketiganya adalah rumah sakit dengan kategori jenis B. Yakni Rumah Sakit Islam Ahmad Yani, Rumah Sakit Islam Jemursari yang keduanya di Surabaya, serta Rumah Sakit Islam Siti Hajar Sidoarjo.

“Untuk penilaian utama tentu adalah soal kelengkapan administrasi terkait aset,” kata Sururi Arumbani, Ahad (8/7). Karenanya, masing-masing unit layanan kesehatan tersebut harus memastikan bahwa aset yang ada telah aman, lanjut salah seorang panitia PWNU Jatim Award 2018 tersebut.

Dalam pandangan Sururi, memastikan kelengkapan administrasi aset sangat penting demi kelangsungan usaha yang ada. “Juga dilengkapi dengan strktur dan pola hubungan koordinasi di internal pengurus serta pengelola,” ungkap Pemimpin Redaksi TV9 ini.

Hal lain yang menjadi pertimbangan dewan juri adalah keberadaan yayasan, pola hubungan dan bentuk kerja sama dengan NU maupun badan otonom setempat. “Bagaimana layanan kesehatan ini mengoptimalkan kepengurusan NU di level kecamatan hingga desa,” ungkapnya.

Tentu saja yang tidak kalah penting demi kesinambungan kinerja adalah kelengkapan administratif, ketersediaan sarana dan prasarana juga sumber daya manusia. “Kalau soal ini tentu profesionalitas masing-masing unit kesehatan akan diuji,” urainya.

Setelah melalui proses ujian, nilai masing-masing akan dijumlah untuk memastikan siapa yang layak menjadi juara. “Pengumuman pemenang akan disampaikan berbarengan dengan acara halal bi halal PWNU Jatim,” tandasnya.

Halal bi halal diselenggarakan Senin (9/7) di lantai tiga gedung NU setempat yang berada di jalan Masjid Al-Akbar Timur 9 Surabaya. Para pemenang nantinya akan mendapatkan tropi, piagam, serta uang pembinaan. Bahkan untuk kategori Pengurus Cabang NU terbaik akan mendapatkan mobil.

Sumber :www.nu.or.id