spot_img

Garap Invoice Financing, BPJS Kesehatan Gandeng Bank Permata

BPJS Kesehatan menggandeng Bank Permata untuk konfirmasi data dan pencairan tagihan Peserta (Foto: Antara)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menggandeng Bank Permata terkait Konfirmasi atas data pembiayaan pelayanan kesehatan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat kepada mitra Fasilitas Kesehatan.

Nantinya Bank Permata akan menggarap program Invoice Financing atau yang biasa disebut Sustain Chain Financial (SCF). Yaitu kegiatan pembiayaan dengan menjaminkan tagihan yang sedang berjalan sebagai sumber pembayaran pinjaman. Dengan begitu, arus kas fasilitas kesehatan (faskes), khususnya faskes swasta tetap aman sehingga tidak mengganggu pelayanan kepada peserta JKN-KIS.

“Keberlangsungan layanan terjaga, tentu ini adalah fasilitas komersial. Ini adalah impian kami, sebuah layanan publik tapi komersialnya juga berjalan,” ungkap Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan Kemal Imam Santosa, Jumat (3/11).

Kemal juga menjelaskan bahwa menurut Peraturan Presiden No. 19/2016, Pasal 38, BPJS Kesehatan diwajibkan melakukan pembayaran tagihan pelayanan kesehatan maksimal 15 hari kerja setelah berkas lengkap. Faskes tingkat lanjutan, dalam hal ini rumah sakit, membutuhkan dana pembayaran klaim BPJS Kesehatan untuk belanja obat, alat medis, jasa medis dan operasional lainnya. Oleh karena itu, SCF ini diharapkan dapat membantu likuiditas keuangan faskes tingkat lanjutan.

Direktur Utama PermataBank Ridha DM Wirakusumah mengatakan kemitraan dengan BPJS tersebut merupakan bagian dari upaya perseroan untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik terhadap peserta JKN – KIS.

“Kami harapkan para faskes atau rumah sakit tersebut dapat menjaga dan memastikan layanan prima dan berkesinambungannya kepada para peserta JKN-KIS,” tutur Ridha.

Sebelumnya BPJS dan Bank Permata juga telah menjalin kemitraan berupa Payment Point Online Bank (PPOB) pada bulan Februari 2017 lalu.

Shift Labs Menangkan 2017 Global Health Innovator Award

Shift Labs saat menerima hadiah dan penghargaan. Foto: medgadget.com

Shift Labs, sebuah startup kesehatan asal Amerika Serikat keluar sebagai juara pada 2017 Global Health Innovator Award. Perhelatan tersebut diselenggarakan oleh The Medtech Conference dan TEAMFund (Transforming Equity and Access in Medtech), organisasi nirlaba yang fokus pada isu-isu perkembangan teknologi kesehatan.

Penghargaan tersebut dimenangkan karena Shift Labs dinilai berhasil mengembangkan produk alat kesehatan inovatif bernama DripAssist. Perangkat ini dapat mengatur tingkat gravitasi infus dan secara otomatis memantau tingkat tetesan dan volume untuk memastikan dosis yang aman bagi pasien. Perangkat diklaim memerlukan kalibrasi dan pengaturan yang sulit serta bersifat samangat portable.

“Sebagai sebuah organisasi, Shift Labs merasa terhormat untuk menerima penghargaan ini, dan kami sangat gembira karena inisiatif TEAMFund sejalan Begitu baik dengan visi kami untuk menciptakan perangkat medis berkelanjutan yang sesuai dengan kebutuhan banyak pasar di seluruh dunia,” ungkap CEO Shift Labs Beth Kolko.

Atas keberhasilannya keluar sebagai pemenang, mereka mendapatkan hadiah sebesar USD 50.000 serta pengakuan dan dukungan dari produsen-produsen alat kesehatan ternama seperti Medtronic dan Stryker.

17 Pesan Kesehatan Untuk Gubernur dan Wagub Jakarta Baru Terpilih

Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta baru terpilih. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Foto; Tribunnews.com

Pelantikan terhadap Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta baru terpilih, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, baru saja usai tentu kita semua memiliki harapan bahwa kota Jakarta akan lebih baik di bawah kepemimpinan mereka.

dr. Ari Fahrial Syam MD,PhD, FACP yang merupakan The Chairman of Indonesian Society of Digestive Endoscopy dan seorang dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo merangkum 17 pesan untuk Gubernur dan Wagub Anies – Sandi yang disampaikan pada situs resmi Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Berikut pesannya :

  1. Jumlah petugas kesehatan harus cukup dengan insentif yang cukup baik dari pemerintah daerah berupa tunjangan kinerja daerah (TKD) selain gaji bulanan.
  2. Pimpinan daerah membuka akses untuk rakyat melapor atas pelayanan kesehatan yang diberikan, walau tetap ada prinsip cek dan ricek atas laporan yang disampaikan oleh masyarakat.
  3. Kualitas pelayanan kesehatan ditingkatkan berupa pengadaan obat-obatan yang cukup, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang harus terus dipertahankan kompetensinya.
  4. Para petugas kesehatan khususnya dokter yang bekerja di puskemas kelurahan dan kecamatan termasuk dokter yang berkerja di RSUD tipe D harus terus dilakukan update knowledge dan skill.
  5. Pemerintah daerah harus membina hubungan yang baik dengan institusi pendidikan untuk peningkatan kualitas pelayanan dan kualitas SDM seperti kerja sama dengan FKUI RSCM.
  6. Pemerintah daerah juga harus bekerja sama dengan IDI dan perhimpunan dokter spesialis untuk peningkatan kualitas para dokter yang bekerja di pelayanan kesehatan Pemda ini.
  7. Pelayanan posyandu dan posbindu yang ada dimana kader kesehatan sebagai motor dengan bimbingan puskesmas dan petugas kelurahan harus ditingkatkan.
  8. Sosialisasikan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) kepada masyarakat secara terus menerus.
  9. Kebiasaan merokok masyarakat kota harus ditekan, pemda harus memulainya dengan meniadakan asap rokok di lingkungan kerja pemda yang harus diterapkan secara konsisten.
  10. Masyarakat harus dibatasi untuk tidak seenaknya membakar rokok di tempat-tempat umum.
  11. Peredaran minuman keras harus diawasi. Jangan sampai anak usia sekolah begitu mudahnya untuk mengakses minuman keras.
  12. Kebiasaan makan sayur dan buah juga harus terus disosialisasikan di tengah masyarakat.
  13. Trotoar termasuk tempat-tempat penyeberangan yang menjadi akses untuk masyarakat jalan kaki dan bergerak harus dibuka dan tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
  14. Wilayah car free day pada hari Minggu pagi juga harus diperluas. Kasih kesempatan masyarakat hidup sehat yaitu mengurangi terhirup polusi dari asap kendaran bermotor.
  15. Taman-taman kota di tiap-tiap kecamatan juga harus diperluas, para pengembang rumah dan apartemen harus memberikan lahan terbuka untuk penghuninya bisa berolah raga.
  16. Makanan sehat juga harus selalu hadir ditengah masyarakat, pengawasan terhadap industri rumah tangga harus dilakukan secara terus menerus.
  17. Pemda harus bekerja sama dengan badan POM dalam pengawasan makanan yang hadir di tengah masayarakat.

Ekspansi Bisnis, Pengelola RSU Royal Prima Targetkan IPO

Rumah Sakit Umum Royal Prima. Foto: sumut24.co

PT Royal Prima, pengelola Rumah Sakit Umum (RSU) Royal Prima dikabarkan akan melakukan IPO pada akhir tahun ini. Niatan untuk mencatatkan saham perdana di pasar modal tersebut tak lain untuk mengincar perolehan dana segar guna melakukan ekspansi bisnisnya.

Tak tanggung-tanggung, nilai dana yang dibidik adalah sekitar 1,35 triliun rupiah dimana akan ditukar dengan 20% saham mereka. “Royal Prima mengincar perolehan dana IPO sekitar USD 100 juta,” ungkap Direktur PT Royal Prima Michael Mok Siu Pen.

Michael menargetkan, pencatatan dan perdagangan saham Royal Prima sudah bisa terlaksana pada Desember 2017. Proposal IPO pun kini sudah diserahkan ke PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Untuk diketahui, Royal Prima tercatat memiliki aset rumah sakit di empat lokasi. Dua di antaranya berada di Medan dan sisanya di Tebing Tinggi dan Jambi. Adapun Salah satu unit rumah sakit yang berlokasi di Medan, menyediakan hingga 754 tempat tidur dan dalam waktu dekat akan ditingkatkan menjadi 1200 buah.

Tak hanya itu, pihak perusahaan juga berencana mengakuisisi dua rumah sakit. Satu diantaranya dahulu merupakan rumah sakit ibu dan anak yang berlokasi di kawasan Alam Sutera, Tangerang.

Royal Prima didirikan oleh I Nyoman Ehrich Lister. Selain rumah sakit, mereka juga mendirikan perguruan tinggi bernama Universitas Prima Indonesia dimana terdapat Fakultas Kedokteran di dalamnya.

Inscope Direct, Laringoskop dan Alat Suction Dalam Satu Perangkat

Inscope Medical Solutions, produsen alat kesehatan asal Indiana, Amerika Serikat baru saja mengumumkan peluncuran produk terbarunya bernama Inscope Direct. Produk tersebut diklaim pertama dan satu-satunya yang menggabungkan laringoskop dengan alat suction yang terintegrasi dalam satu alat. Hal ini dapat membantu mempercepat intubasi pasien, terutama dalam keadaan darurat.

Inscope Direct ini mencakup dua inlet suction yang bersama-sama dapat mencegah penyumbatan dengan memudahkan sekresi. Selain itu, perangkat ini membantu menghindari pengalihan infeksi, namun tetap menampilkan iluminasi LED untuk memberikan pandangan tentang anatomi yang relevan.

“Menggunakan Inscope Direct itu sangat menyenangkan. Mudah digunakan dan membuat tangan kanan bebas fokus untuk melewati tabung endotrakea,” kata Co-founder and Chief Medical Officer Inscope dr. Mary Nan Mallory.

RS Terapung Ksatria Airlangga Siap Layani Masyarakat di Pulau Terpencil

Rumah sakit Terapung Ksatria Airlangga. Foto: UNAIR

Kapal Rumah Sakit Terapung (RST) Ksatria Airlangga hasil karya alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dikabarkan sudah siap beroperasi guna melayani kesehatan masyarakat yang ada di pelosok kepulauan terluar dan terpencil di Indonesia. Saat ini, sudah melakukan pelayanan untuk masyarakat di Pulau Bawean.

“Kami sandar di Dermaga Sangkapura Bawean sejak 27 Oktober 2017,” ujar Kapten Kapal RST Ksatria Airlangga Mudatsir, saat dikonfirmasi, Minggu 29 Oktober 2017, dilansir Antara.

Kapal RST Ksatria Airlangga dibuat di galangan kapal tradisional Galesong, Takalar, Sulawesi Selatan, oleh alumni Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Kendati begitu, interiornya dibuat dan didesain di Gresik.

Ruangan kapal “phinisi” sepanjang 27 x 7,2 meter ini disekat menjadi beberapa ruang pemeriksaan medis. Salah satunya terdapat ruangan yang lebih luas, berukuran sekitar 3 x 4 meter yang terdapat dua buah “meja” untuk mengoperasi pasien.

Dr. Gadis Meinar Sari, dr., M.Kes., Pengurus Yayasan Ksatria Medika Airlangga atau pengelola RST Ksatria Airlangga menuturkan, diluncurkannya RS Terapung Ksatria Airlangga ini sebagai tanda bakti alumni kepada Unair dan juga masyarakat Indonesia dalam membantu mengurangi kesenjangan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di kepulauan terluar dan terpencil.

Salah seorang Tim Dokter RST Ksatria Airlangga dr Sulis Bayusentono, MKes, SpOT mengatakan semua orang dengan segala jenis penyakit bisa berobat di kapal ini.

“Terutama pasien-pasien yang minor surgery, seperti operasi tumor dan operasi mata juga bisa ditangani langsung di kapal ini,” katanya.

Menurut dia, setelah dari Pulau Bawean, RST Ksatria Airlangga akan menuju ke Pulau Masalembu, Jawa Timur untuk melayani pengobatan masyarakat setempat hingga akhir tahun.

“Selanjutnya kami telah menjadwalkan mengarungi wilayah Indonesia Timur mulai bulan Mei tahun depan, yaitu dari Maluku dan terus menuju ke pulau-pulau terluar di wilayah perbatasan Indonesia,” imbuhnya.

Dapatkah Teknologi VR Kurangi Sakit Akibat Jarum Suntik?

dr Evelyn Chan, pasien Nia Ashton dan Dr Erin Mills. Foto: Monash University

Penggunaan jarum suntik, termasuk untuk infus (intravenous cannula) dan tes darah, dapat menimbulkan perasaan luar biasa takut bagi banyak anak dan bahkan dapat menimbulkan trauma sepanjang hidup. Dapatkah teknologi realitas maya atau dikenal dengan VR (virtual reality) menjadi kunci untuk meredam rasa sakit dan ketakutan akibat jarum suntik?

Para peneliti dari Monash University dan Monash Children’s Hospital (Rumah Sakit Anak) tengah melakukan penelitian terbesar di dunia untuk virtual reality headset (perangkat realitas maya) dengan tujuan untuk membantu anak-anak yang mengalami rasa sakit akibat penggunaan jarum suntik untuk mengalihkan perhatian mereka saat disuntik.

Untuk pertama kalinya, sebuah tim riset kerjasama yang dipimpin oleh peneliti Dr. Evelyn Chan, menyelidiki apakah penggunaan perangkat realitas maya itu dapat mengurangi rasa takut, rasa sakit dan kegelisahan akibat penggunaan jarum suntik.

Menurut Dr. Chan, teknik peredam rasa sakit yang tersedia saat ini seperti krim bius lokal atau pengalihan perhatian, dinilai tidak memadai untuk sejumlah anak, dan dapat berujung pada keputusan untuk menggunakan obat penenang.

“Perangkat realitas maya ini mengalihkan perhatian anak-anak, membuat mereka mengalami dan berinteraksi dengan hewan laut, termasuk ikan, lumba-lumba dan ikan paus, saat petugas medis mengambil darah mereka atau melakukan infus,” kata Dr Chan.

Animasi realitas maya dibuat agar sesuai dengan betul dengan prosedur jarum suntik yang dilakukan

“Anak-anak dapat merasakan suasana di dalam laut ketika dokter atau perawat menyiapkan dan membersihkan tangan mereka, dan dan seekor ikan akan menggigit tangan pasien cilik ini dengan lembut saat jarum suntik dimasukkan,” kata Dr Chan.

Peneliti utama di Monash Children’s Hospital, Dr Erin Mills mengatakan teknologi realitas maya atau VR ini memungkinkan anak-anak dibawa, terlibat dan berinteraksi dalam dunia virtual 3D yang memungkinkan mereka mengalihkan perhatian dari dunia nyata di mana mereka sebenarnya sedang bersiap untuk disuntik.

“Pengalaman realitas maya ini didesain sebagai hal yang imersif, menyenangkan dan membantu menenangkan anak ketika dilakukan penyuntikan,” kata Dr Mills.

Menurut Dr Chan, visi mereka adalah agar setiap anak mendapatkan layanan pengurangan rasa sakit akibat jarum suntik, di manapun dan kapanpun – baik itu di rumah sakit anak berkelas dunia, di sebuah klinik patologi yang sibuk, atau di praktik dokter umum di daerah terpencil.”

“VR memiliki potensi besar untuk mentransformasi pengalaman pasien.”

“Suatu hari nanti VR dapat menjadi kunci bagi pelayanan pasien – membantu pasien di setiap tahapan dari perjalanan kesehatan mereka, mulai dari saat berjalan ke ruang operasi sebelum dimulainya operasi, untuk membantu pasien selama menginap di rumah sakit, membantu pasien selama pemulihan dengan kegiatan-kegiatan rehabilitasi dan layanan pencegahan penyakit,” jelas Dr Chan.

Lebih dari 30.000 pasien yang tercatat di Departemen Rawat Darurat Monash Children’s Hospital dalam 12 bulan terakhir, di mana 4.500 pasien perlu melakukan tes darah.

Tim riset Monash termasuk Dr Erin Mills, Associate Professor Simon Craig, Dr Simon Cohen, Emma Ramage, Samantha Foster, Ryan Sambell, Michael Hovenden, Dr Evelyn Chan, and Dr Paul Leong.

Artikel ini diproduksi oleh Monash University dan dikutip dari situs australiaplus.com.

Tahun Depan Lima Rumah Sakit Mitra Keluarga Terima Pasien BPJS

Setelah mendapat sanksi dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta terkait meninggalnya salah satu pasien BPJS Kesehatan di rumah sakit Mitra Keluarga Kalideres, pihak pengelola, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) melakukan pembenahan.

Yang pertama adalah merombak jajaran manajemen PT Ragamsehat Multifita, pengelola Mitra Keluarga Kalideres. Mulai dari direktur hingga bagian keperawatan.

Dikutip dari situs konta, dr. Nuryantina Pandina Juru Bicara perusahaan mengatakan bahwa MIKA menunjuk dr. Jocelyn Adrianto sebagai Direktur Mitra Keluarga Kalideres menggantikan dr. Francisca Dewi. Kemudian manajer keperawatan diemban Maria Sriyanti menggantikan Ignatia Shanti. Dan dr. Dina Hanum menggantikan Nilo Rita sebagai Manajer Pemasaran dan Pelanggan rumahsakit tersebut.

Kemudian peserta BPJS Kesehatan juga sudah bisa diterima di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres secepatnya, sebab proses penjajakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan sudah berlangsung Mei 2017.

Tak hanya itu, mulai tahun depan beberapa cabang rumah sakit Mitra Keluarga lainnya juga akan menerima pasien BPJS Kesehatan. Yakni Mitra Keluarga Depok, Mitra Keluarga Bekasi Barat serta Mitra Keluarga Waruliya di Surabaya.

“Kami harap tahun depan ada lima rumah sakit Mitra Keluarga yang bisa melayani pasien BPJS Kesehatan. Sejauh ini, baru ada satu rumahsakit Mitra Keluarga yang bisa menerima BPJS Kesehatan, yakni Mitra Keluarga Tegal,” tutur dokter yang juga akrab dipanggil Nia ini.

 

Halcyon, Produk IMRT Terbaru Besutan Varian Medical Systems

Varian Medical Systems, produsen alat kesehatan California, Amerika Serikat mengumumkan telah merilis Halcyon, sebuah produk intensity modulated radiotherapy system (IMRT) terbarunya.

IMRT yang baru saja mendapat ijin dari badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) ini diklaim dapat mengurangi beban kerja yang harus dilakukan teknisi hinga sepertinga dibandingkan dengan produk besutan mereka sebelumnya.

Sistem dasarnya mencakup CT Scan yang menyediakan pencitraan volumetrik saat proses radioterapi dilakukan. Hal ini merupakan tantangan dari segi teknis, karena sinar-X harus berputar cukup cepat untuk membuat gambar 3D yang tajam, sehingga kolimator harus dibuat sangat cepat untuk mengikuti.

Varian juga menyatakan bahwa sistem yang dibuatnya lebih mudah dipasang, membuatnya lebih murah untuk diinstallasi dalam fasilitas klinik atau rumah sakit. Saat ini Halcyon telah digunakan kepada seorang pasien pertama di Eropa berusia 80 tahun yang mengidap kanker kepala & leher. Namun sayangnya, produk ini baru tersedia di pasar Eropa.

Dengan Alat Ini, Dokter Bisa Pantau Pasien Stroke Tanpa Harus ke Rumah Sakit

Ilustrasi (Foto: fujifilm.co.id)

Stroke salah satu penyakit penyebab utama kematian di Indonesia. Meski demikian, angka kejadian penyakit ini terus meningkat. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi di Indonesia adalah 12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar 8,3 persen. Ini menjadikan stroke sebagai penyebab kematian utama di hampir semua rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5 persen.

Tentu dengan fakta seperti itu, dokter dan rumah sakit harus menggunakan cara pengobatan serta alat kesehatan (alkes) yang mumpuni. Digitalisasi alkes menjadi salah satu jawabannya. Tuntutan yang bakal dialami dokter dalam dunia medis selalu terkait dengan diagnosa yang cepat dan tepat. Fujifilm mencoba memberikan solusi atas masalah ini melalui salah satu produknya yaitu PACS.

“Dengan penggunaan alat PACS, dokter tidak perlu harus video diagnosa pasien dengan repot. Dokter bisa memantau pasien, bahkan tanpa perlu ke rumah sakit,” ujar National Sales Manager Divisi Medical Fujifilm Indonesia Jatmiko Dwiwantoro di Jakarta beberapa waktu lalu.

Untuk mengetahui diagnosa penyakit pasien dengan alat PACS tidak perlu lagi menggunakan kaset yang merepotkan. Dokter bisa convert file dari alat ini yang bisa menyimpan 100 gambar diagnosa pasien.

Dengan adanya alat yang mumpuni, tentu dapat meminimalkan risiko kematian pasien akibat sebuah penyakit. Contohnya saja, untuk penyembuhan pasien stroke, dokter butuh alat kesehatan canggih supaya harapan hidup pasien bertambah.

Untuk mendiagnosanya saja, pasien stroke tak perlu lama-lama mendapatkan penanganan dari dokter. Bahkan, pemantauannya bisa dilakukan di mana saja, tanpa perlu dokter dan pasien harus bertatap muka.

“Dengan adanya sistem kerja PACS, bisa memangkas SOP rumah sakit yang terlalu rumit. Dalam menangani pasien misalnya, dokter hanya butuh waktu 30 menit saja dengan mengoperasikan alat ini,” bebernya.

Penggunaan PACS juga memudahkan proses analisa dari dokter. Alat ini biasanya digunakan untuk diagnosa yang dikaitkan dengan gambar atau foto anatomi pasien.

Kalaupun pasien harus ditangani oleh satu dokter, semuanya bisa mengakses riwayat penyakit seorang pasien. Pasien juga tak usah repot mendengarkan saran dokter atas semua penyakit yang dideritanya.

Karena kapanpun pasien konsultasi, hasilnya terlalu tersimpan dalam alat ini. Dokter dan pasien juga tak perlu mengingat-ingat hasil diagnosa sebelumnya.