spot_img

Chitose Internasional Akan Ekspansi ke Bisnis Alat Kesehatan

Para direksi PT Chitose Internasional. Foto dok CINT

PT Chitose Internasional Tbk (CINT), perusahaan yang selama ini dikenal sebagai produsen furnitur dengan merk Chitose, dikabarkan akan melakukan ekspansi bisnis ke bidang perdagangan alat kesehatan dan alat laboratorium.

Direktur Sales Marketing Chitose Internasional, Susanto mengatakan bahwa keputusan ini telah melalui studi kelayakan usaha. CINT melirik pengembangan bisnis yang lebih luas seiring dengan permintaan yang berkesinambungan dari pasar kesehatan, terutama untuk produk-produk furnitur penunjang aktivitas kesehatan.

Di samping menangkap peluang dari pasar industri kesehatan, Susanto mengatakan langkah CINT ini sejalan dengan program pemerintah yang ingin menggenjot produk dalam negeri. Sebab, sektor kesehatan menjadi salah satu industri dengan paparan produk impor yang masih tinggi.

Terkait produk, yang akan menjadi fokus CINT diantaranya adalah ranjang rumah sakit manual dan elektrik, ranjang periksa Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), tiang infus, meja makan pasien, emergency bed, ranjang rawat bayi dan kabinet samping ranjang serta dapat memasarkan produk alat kesehatan lain yang relevan seperti ranjang ICU, kursi roda, Obgyn Bed (ranjang bersalin) dan lain-lain.

Sementara itu, Direktur Chitose Internasional, R. Nurwulan Kusumawati mengungkapkan CINT sudah memproduksi segmen alat kesehatan tersebut. Sehingga dengan penambahan kegiatan usaha ini, CINT tidak lagi bergantung pada pihak ketiga untuk melakukan penjualan dan pemasaran.

Dengan begitu, CINT juga tidak memerlukan investasi tambahan.

“Dengan ini kami bisa melakukan penjualan langsung, sehingga bisa memaksimalkan keuntungan dan penetrasi pasar. Untuk usaha perdagangan tidak ada biaya investasi tambahan, karena memanfaatkan sumber daya yang ada,” pungkas Nurwulan.

Kembangkan Alat Pengujian Kanker, PathGen Raih Pendanaan Dari East Ventures dan Royal Group Indonesia

Founder dan Co-Founder PathGen, dr. Susanti dan dr. Michael Rampangilei. Foto: Tech in Asia.

Startup teknologi kesehatan yang berfokus pada solusi pengujian molekuler, PathGen dikabarkan telah menerima pendanaan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia.

Melalui rilis resminya, PathGen menyatakan bahwa pendanaan ini nantinya akan dimanfaatkan untuk sektor penelitian dan pengembangan serta perluasan pasar. Namun, nilai dan ronde pendanaan tidak disebutkan.

“Kami senang menerima dukungan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia. Kami yakin bahwa pendanaan ini akan mendukung misi kami dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mendemokratisasi solusi pengujian molekuler yang sesuai dengan konteks lokal,” kata CEO PathGen Susanti dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (19/04/2024).

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca mengatakan bahwa pihaknya menyambut bergabungnya startup itu menjadi bagian dari East Ventures. Pihaknya yakin akan potensi teknologi genomik yang dikembangkan PathGen, untuk merevolusi sistem dan infrastruktur layanan kesehatan di Indonesia.

“Kami menyambut PathGen ke dalam ekosistem kami dan bersemangat untuk mendukung PathGen dalam membuat solusi ini semakin mudah diakses oleh pasar. Kami yakin bahwa investasi ini tidak hanya mendorong inovasi tetapi juga memperkuat kemampuan kita untuk meningkatkan dan menciptakan luaran klinis yang positif,” ucap Willson Cuaca.

Sementara itu, pemegang Saham Royal Group Indonesia, Irawan Mulyadi mengungkapkan pernyataan senada. Pihaknya menjamin untuk mendukung PathGen dalam mewujudkan ambisinya untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan melalui pengobatan presisi dengan menyediakan diagnostik molekuler yang tepat sasaran dan terjangkau untuk Indonesia.

PathGen didirikan tahun 2020 oleh dr. Susanti dan didukung dr. Michael Rampangilei. Startup ini fokus melakukan riset diagnosa molekuler untuk deteksi penyakit serta penerapan precision medicine agar sesuai karakter dan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Saat ini PathGen sedang mengembangkan serangkaian alat pengujian genetik molekuler untuk berbagai jenis kanker, seperti kanker kolorektal, paru-paru, serviks, dan nasofaring. PathGen juga mengembangkan diagnostik molekuler melalui pengembangan teknologi mutakhir seperti next-generation sequencing (NGS) untuk kanker dan penyakit lainnya.

Alat diagnostik molekuler untuk kanker kolorektal BioColoMelt-Dx yang diproduksi PathGen bersama BioFarma. Foto: Kompas

Pada Juli 2022 lalu, PathGen menjalin kerja sama dengan Bio Farma dalam menghadirkan produk deteksi kanker usus untuk masyarakat Indonesia.

Rumah Sakit Unpad Mulai Buka Pelayanan Terbatas Pada Akhir Maret 2024

Setelah proses pembangunan tahap pertama gedungnya telah selesai, Rumah Sakit Universitas Padjadjaran dikabarkan akan mulai membuka pelayanan terbatas pada minggu terakhir Maret 2024. Pelayanan akan meliputi pelayanan pemeriksaaan, rawat jalan, dan laboratorium.

Pelayanan pemeriksaan dan rawat jalan rumah sakit yang terletak di Jatinangor, Sumedang ini meliputi spesialis penyakit dalam, spesialis kandungan (obstetrik dan ginekologi), spesialis anak, diagnostik bedah, mata, THT, kulit dan kelamin, neurologi, dan rehabilitasi medis. Sementara pelayanan laboratorium yang dibuka yaitu patologi klinik, patologi anatomi, dan radiologi.
Sedangkan untuk pelayanan rawat jalan, masih akan dirujuk ke rumah sakit lain sementara ini.

“Untuk pelayanan rawat inap sementara masih kita rujuk untuk sementara waktu. Untuk tindakan kecil yang bisa dikerjakan di poli, kita kerjakan,” jelas Direktur Utama RS Unpad, Herry Herman.

Herry Herman melanjutkan, selain untuk menunjang pendidikan kesehatan di Unpad, pendirian RS Unpad dilakukan guna berkontribusi memenuhi kebutuhan pelayanan rumah sakit, khususnya bagi masyarakat Jawa Barat (Jabar).

Pasalnya, berdasarkan analisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Jabar setidaknya memerlukan penambahan ribuan jumlah tempat tidur di rumah sakit. Sayangnya, jumlah dokter maupun fasilitas kesehatan masih belum memenuhi target jumlah tempat tidur tersebut.

pembangunan RS Unpad dipastikan akan terus berlanjut melalui skema Kerja Sama Pemerintah-Badan Usaha (KPBU). Melalui skema KPBU ini, gedung tahap dua RS Unpad direncanakan akan menampung lebih banyak pasien.

“Insyaallah nanti di akhir tahun, di kuartal ketiga (2024), kita akan launching untuk pembangunan gedung B dan gedung C,” pungkas Herry.

RSUD Tamansari Jakarta Barat Akan Lakukan Operasi Mata Katarak Gratis

Proses skrining katarak gratis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari, Jakarta Barat, Foto: Antara/Dok. RSUD Tamansari

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari, Jakarta Barat dikabarkan akan melaksanakan operasi katarak mata gratis untuk 100 orang. Acara ini berkolaborasi dengan Baznas (Bazis) RI, Baznas (Bazis) DKI Jakarta dan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) DKI Jakarta.

Dari kuota 100 orang tersebut, saat ini sudah tercatat 33 orang yang mendaftar. “Sampai hari ini sudah ada 33 orang yang mendaftar,” kata Kepala Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan RSUD Tamansari, dr. Ngabila Salama sebagaimana dilansir oleh Antara.

Ngabila melanjutkan, sebagian besar dari pendaftar berusia lebih dari 50 tahun. Selebihnya ada yang kelahiran 2021, kelahiran 1983, dan kelahiran 1985.

Sejumlah pasien tersebut telah mendaftar sejak 13 Maret 2024 lalu dan akan mengikuti skrining katarak pada 30 April 2024 mendatang. Setelah skrining pada 30 April 2024 mendatang, operasi akan dilaksanakan pada Sabtu, 4 Mei 2024 jam 08.00-12.00, lantai 6 dan ruang operasi RSUD Tamansari.

Saat ini pendaftaran masih dibuka. Masyarakat bisa mendaftar lewat tautan berikut:

bit.ly/katarakrsudtamansari

Ngabila menyebutkan, pendaftar diharuskan membawa salinan KTP, Kartu Keluarga (KK) dan surat keterangan tidak mampu. Peserta skrining akan dihubungi H-1 untuk konfirmasi mengenai jam kehadiran.

Alkes di RSUD Bekasi Kini Sudah Didominasi Produk Dalam Negeri

Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bekasi mengklaim bahwa saat ini, alat kesehatan yang berada di rumah sakit tersebut, sudah didominasi produk dalam negeri. Hal ini mengikuti anjuran terkait penggunaan produk lokal di seluruh instansi pemerintahan dan pelayanan publik.

Hal tersebut ditegaskan oleh Wakil Direktur RSUD Kabupaten Bekasi Lilah Muslihah. Dirinya menyatakan bahwa sebagian besar alat kesehatan yang digunakan merupakan produk-produk buatan dalam negeri dengan komposisi lebih dari 60 persen.

“Kami utamakan produksi dalam negeri terlebih dahulu namun kalau tidak ada baru kami lakukan impor demi optimalisasi pelayanan kesehatan masyarakat,” ungkap Lilah, sebagaimana dikutip dari situs Antara News.

Lilah mengaku pasokan alat kesehatan produksi dalam negeri sebelumnya masih relatif terbatas namun di tengah hilirisasi produk dalam negeri belakangan, produk lokal kini sudah semakin banyak.

Kendati begitu, memang Memang ada alkes (alat kesehatan) yang diimpor, seperti ventilator atau alat bantu pernapasan bagi pasien.

Alat kesehatan tersebut diimpor dari Amerika, Jerman, dan Jepang dikarenakan tidak ada pilihan lain demi kelancaran pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Di luar itu, ditekankan pemakaian produk dalam negeri sebagai prioritas.

Selain itu, Lilah juga menyoroti keuntungan dari aspek administratif dan akuntabilitas yang lebih baik dalam menggunakan alat kesehatan buatan lokal. Sementara untuk produk impor, terdapat beberapa tahapan perizinan yang harus diikuti sesuai dengan regulasi yang berlaku.

“Kami lebih senang pengadaan alkes dalam negeri sebab secara dokumen dan pertanggungjawabkan lebih mudah. Namun kalau impor ada beberapa proses perizinan hingga kementerian. Karena demi pelayanan kesehatan, RSUD selalu menempuh mekanisme sesuai peraturan perundang-undangan,” pungkas Lilah.

Rumah Sakit Awal Bros Group Luncurkan Layanan Terapi Sel Punca

RS Awal Bros Group dikabarkan telah meluncurkan layanan Stem Cell atau Teknologi Sel Punca. Layanan baru ini bertujuan untuk memberikan solusi bagi pasien yang membutuhkan regenerasi jaringan yang rusak atau terluka melalui penerapan teknologi Stem Cell.

Direktur RS Awal Bros Pekanbaru Jimmy Kurniawan MKK mengungkapkan bahwa Stem Cell menjadi pilihan yang menarik karena memanfaatkan potensi regenerasi alami tubuh, membantu mengatasi masalah kesehatan yang sulit disembuhkan dengan metode konvensional. Proses pengobatan dengan Stem Cell dimulai dengan pengambilan sel-sel induk dari tubuh pasien, biasanya dari sumsum tulang atau darah.

“Stem Cell adalah teknologi yang memanfaatkan sel-sel induk tubuh untuk merangsang pertumbuhan dan pemulihan jaringan yang rusak, menawarkan terapi yang efektif dan berkelanjutan untuk berbagai kondisi medis, termasuk stroke, parkinson, osteoarthritis, dan penyakit autoimun dan penyakit lainnya,” jelas Jimmy.

Sel-sel ini kemudian diproses dalam laboratorium untuk diperbanyak jumlahnya. Setelah sel-sel induk berhasil diperbanyak, mereka kemudian disuntikkan kembali ke tubuh pasien, di area yang membutuhkan regenerasi jaringan. Proses ini memungkinkan sel-sel induk untuk memperbaiki dan meregenerasi jaringan yang rusak atau terluka secara alami.

Lebih lanjut Jimmy mengungkapkan jika RS Awal Bros Group juga aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang manfaat dan prosedur penggunaan Stem Cell, meningkatkan kesadaran akan teknologi pengobatan ini, dengan memberikan seminar edukasi kepada masyarakat.

Untuk dikethui, rumah sakit Awal Bros Grup tersebar di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, yaitu RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru, RS Awal Bros Batam, RS Awal Bros Panam, RS Awal Bros Ujung Batu, RS Awal Bros A.Yani, RS Awal Bros Bagan Batu, RS Awal Bros Botania Batam, dan RS Awal Bros Dumai.

RSUD Johanes Kupang Terima Alkes Kateterisasi Jantung Dari Kementerian Kesehatan

Pj Gubernur NTT Ayodhia G Kalake (kanan) saat meninjau ruangan untuk pemeriksaan jantung di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Humas Pemprov

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof Dr. W. Johanes Kupang, Nusa Tenggara Timur mendapatkan alat kateterisasi jantung dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Alat ini diharapkan bisa memudahkan pelayanan kesehatan bagi pasien sakit jantung yang ada di provinsi berbasis kepulauan itu.

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes sendiri memang sudah ditetapkan sebagai RS Pusat Rujukan Pelayanan Jantung Regional NTT oleh Kemenkes, sesuai dengan SK Kemenkes Terkait RS Rujukan Pelayanan Kardiovaskular Nomor HK 01.07/Kemenkes/718/2020.

Terkait hal ini, Pj Gubernur NTT Ayodhia G Kalake mengatakan bahwa di NTTm kasus penyakit jantung tergolong tinggi. Di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes pada tahun 2023 tercatat sebanyak 248 kasus penyakit Syndrom Coronaria Acute yang membutuhkan tindakan kateterisasi disamping penyakit jantung lainnya.

Angka ini tambah dia, tentunya akan menjadi jauh lebih besar jika diakumulasi dengan kasus-kasus serupa yang terjadi pada seluruh Rumah Sakit di seluruh NTT. Oleh karena itu, menurut Pj. Gubernur NTT, dibutuhkan tindakan penanganan penyakit jantung yang khusus dan komprehensif.

Selama ini penderita penyakit jantung dari NTT memilih untuk melakukan perawatan dan pengobatan ke luar NTT terutama karena belum tersedianya pelayanan kateterisasi jantung dengan sumber pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Ayodhia G Kalake melanjutkan, dengan adanya alat ini para penderita penyakit jantung tak perlu lagi mengeluarkan biaya, tenaga dan waktu yang banyak karena harus dirujuk ke luar NTT. Apalagi peralatan kateterisasi yang dimiliki di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes ini merupakan satu-satunya alat kateterisasi di NTT berjenis Biplane sehingga lebih memudahkan secara teknis dalam proses diagnosis maupun tindakan baik pada kasus jantung coroner maupun kasus jantung bawaan dan pediatri atau anak-anak sehingga diharapkan dari sisi hasil tentunya lebih baik.

“Dari skema pembiayaan dengan JKN untuk pelayanan PIC ini juga tentunya sangat membantu masyarakat. Saya berharap BPJS Kesehatan sebagai pelaksana teknis JKN dapat mendukung secara penuh pelayanan kateterisasi di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes ini sehingga memudahkan masyarakat NTT khususnya para penderita penyakit jantung yang membutuhkan penanganan yang cepat dan komprehensif,” pungkasnya.

Diresmikan Oleh Menkes, Pabrik Alkes IVD Terbesar di Asia Tenggara Siap Beroperasi

Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin (tengah) bersama manajemen Virtue Diagnostics meresmikan pabrik IVD di Cikarang. Foto: Bisnis.com

Pabrik alat kesehatan (alkes) milik PT. Virtue Diagnostics Indonesia telah resmikan dan siap untuk beroperasi. Pabrik tersebut akan memproduksi alat In Vitro Diagnostic (IDV) yang digunakan untuk pemeriksaan spesimen dari dalam tubuh manusia seperti darah, rambut, dan lainnya.

Pembangunan pabrik baru ini dikabarkan menghabiskan dana USD 10 juta atau setara dengan Rp157,4 miliar. Dibangun di atas lahan sebesar seluas 12.200 meter persegi dengan luas bangunan 8.900 meter persegi. Hal ini menjadikannya pabrik alkes IDV terbesar se-Asia Tenggara.

Menurut CEO & Founder Virtue Diagnostics Group, Johnson Zhang, pihaknya memiliki lebih dari 60 tenaga ahli yang berpengalaman, untuk mendukung riset dan pengembangan serta produksi produk-produk IVD.

Selain itu, fasilitas pabrik ini diklaim mampu memproduksi >1000-unit instrument pertahun dan >6000 Liter reagen perhari. Dan Kapasitas produksi tersebut dapat ditingkatkan sesuai dengan peningkatan kebutuhan.

“Kami berkantor pusat di Singapura, Virtue Grup memiliki RnD R&D centre dan manufacturinge site di Cina, Brazil, dan Indonesia,” ungkap Johnson.

Peresmian tersebut dilakukan langsung oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pada Selasa (5/3/2024). Menurut Menkes Budi, pembangunan fasilitas alkes ini sangat bermanfaat bagi industri alkes dalam negeri, terutama untuk memenuhi salah satu dari sepuluh alat kesehatan yang paling banyak dibelanjakan oleh pemerintah berdasarkan volumenya.

“Terima kasih dan selamat kepada PT Virtue Diagnostics Indonesia. Mudah-mudahan bisa turut membantu membangun ketahanan kesehatan Indonesia yang lebih baik,” pungkas Budi.

Didukung Oleh Jajaran Dokter Profesional, Rumah Sakit Paramedika Bekasi Resmi Beroperasi

Foto: Rumah Sakit Paramedika Bekasi

Kabar gembira untuk warga Bekasi. sebuah rumah sakit swasta bertambah satu lagi di wilayah tersebut, yaitu RS Paramedika. Terletak di Jalan Raya Kaliabang Tengah, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi.

RS Paramedika merupakan rumah sakit tipe D dengan 51 tempat tidur. Direktur RS Paramedika, Wendy M Ramdhan, menyatakan Rumah sakit ini didukung oleh dokter yang profesional dan berpengalaman serta paramedis dan staf lainnya.

“RS Paramedika didukung satu dokter spesialis radiologi, satu dokter spesialis kandungan, satu dokter spesialis bedah umum, satu dokter spesialis anak, satu dokter spesialis penyakit dalam, satu dokter spesialis patologi klinik, dan satu dokter spesialis anastesi,” jelas Wendy.

Dirinya melanjutkan, Paramedika awalnya merupakan klinik khitanan sejak 1979. Kemudian berkembang menjadi rumah sakit pada 2023.

Saat ini, salah satu prioritas RS Paramedika adalah mengejar akreditasi agar bisa bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Sudah menjadi program kerja saya untuk melaksanakan akreditasi, karena sebelum kerjasama dengan BPJS Kesehatan kita harus akreditasi dahulu. Kita sedang mengejar akreditasi, mudah-mudahan bisa terlaksana segera sehingga bisa kerja sama dengan BPJS Kesehatan,” ungkap Wendy.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati, menyatakan bahwa dengan beroperasinya RS Paramedika, menambah jumlah rumah sakit di Kota Bekasi menjadi 48. Terdiri dari lima rumah sakit umum daerah, 41 rumah sakit umum swasta, dan dua rumah sakit khusus.

Lebih lanjut, pemerintah Kota Bekasi berharap RS Paramedika tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan memastikan perlindungan dan keselamatan pasien, serta memainkan peran aktif dalam program kesehatan pemerintah pusat atau daerah.

Kolaborasi ESA Group Dan Perusahaan Tiongkok, Bangun Pabrik Alat Kesehatan Senilai Rp 46,8 M

Penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU). Foto: Dok. ESA Group

Distributor alat kesehatan asal Indonesia, PT Esa Medika Mandiri (Esa Group) dan perusahaan asal Tiongkok, Weigao International Holding Comporation dikabarkan tengah berencana membangun pabrik alat kesehatan di Indonesia.

Hal tesebut ditandai dengan dilaksanakannya penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) beberapa waktu lalu.

Total nilai investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik tersebut diketahui berjumlah sebesar US$ 3 juta atau setara Rp 46,8 miliar (kurs Rp 15.600). Belum termasuk tanah dan bangunan. Untuk tahap pertama, investasi yang ditanamkan sebesar US$ 1,5 juta atau setara Rp 23 miliar.

President Director PT. Esa Medika Mandiri Surya Gunawan Widjaja mengatakan ESA Group sudah menjalin kerjasama dengan Weigao Group sejak tahun 2014. Dengan sejarah kerjasama yang cukup lama, ESA Group dan Weigao Group bersepakat untuk membuat pabrik benang bedah di Indonesia.

“Kedepannya ESA Group dan Weigao Group juga akan menambah beberapa produk baru alat kesehatan untuk diproduksi di Indonesia,” ungkap Surya.

Menurut Surya, produk alat kesehatan yang dihasilkan akan berstandar internasional dan akan diekspor ke berbagai negara di Asia tenggara. Dirinya juga memastikan bahwa kerjasama ini akan membawa transfer teknologi ke negara Indonesia.

Sementara itu, Vivienne Zhang, Deputy General Manager Weigao Group mengatakan bahwa Weigao Group telah berkenalan dengan ESA Group sejak 10 tahun yang lalu. Pada saat itu ESA Group masih menjadi distributor atau agen dari produk Weigo. MoU pembentukan joint venture ini akan menjadi kado ulang tahun ke-10 kolaborasi antara Weigao Group dan ESA Group.

“Jadi sekarang ESA Group tidak cuma jadi distributor Weigao Group. Setelah penandatanganan MOU, akan ada pabrik yang akan memproduksi produk dari China tapi di produksi di Indonesia yang tentunya untuk memajukan negara Indonesia,” jelas Vivienne Zhang.

Untuk diketahui, PT. Esa Medika Mandiri (ESA Group) merupakan salah satu perusahaan distribusi alat kesehatan yang sudah berdiri sejak tahun 2000. Seiring dengan Inpres Nomor & Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.