spot_img

Manfaatkan AI dan Big Data, Jepang Akan Revolusi Sistem Layanan Kesehatannya

Gambar: netjpc.com

Menurut perusahaan riset GlobalData, rencana Jepang untuk memaksimalkan penggunaan teknologi termasuk big data dan kecerdasan buatan (AI) dalam merevolusi sistem layanan kesehatan di negaranya dapat dijadikan contoh bagi negara lain.

Sebelumnya Jepang  berkomitmen untuk mendorong sektor layanan kesehatan sebagai prioritas pada 2016 lalu di bawah program ‘Japan Revitalization Strategy 2016 – Towards the Fourth Industrialization.’ Sebagai bagian dari strategi, penyediaan dukungan diagnosis dan obat-obatan inovatif serta peralatan medis yang menggunakan big data, Internet of Things (IoT), dan meningkatkan kualitas serta produktivitas keperawatan dengan menggunakan teknologi robot dan sensor. Ketiga hal tersebut ditetapkan sebagai area fokus utama  dalam program revolusi kesehatan ini.

GlobalData juga menyatakan bahwa Jepang selalu menjadi negara terdepan dalam hal penggunaan teknologi. Terdapat tekanan dalam ekonomi Jepang seperti perlambatan ekonomi, kenaikan pengeluaran layanan kesehatan dan populasi yang semakin menua. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan negara maahari terbit itu dalam satu dekade ke depan. Karena itulah, fokus pada penggunaan teknologi dibutuhkan secepatnya. Penggunaan efektif teknologi termasuk big data dapat mendorong perubahan revolusioner dengan meningkatkan efisiensi operasional pada berbagai tahap layanan kesehatan bersamaan dengan pengurangan biaya dan pemberian manfaat bagi pasien.”

Pemerintah Jepang sudah memulai berbagai tahap untuk memperbaharui sistem layanan kesehatan negara. Terakhir, mereka menerapkan Jisedan Iryo-kiban Ho (Undang-undang Infrastruktur Medis Generasi Terbaru) untuk mendorong penggunaan big data sektor medis bagi kepentingan penelitian penyakit dan perkembangan obat-obatan terbaru.

Di bawah undang-undang ini, privasi data tetap dijaga kepentingannya, baik itu untuk pengumpulan maupun penyebarannya. Penyebaran data adalah aspek penting setelah melonjaknya kekhawatiran di Inggris atas kasus bocornya data kesehatan 1.6 juta pasien yang tersebar di Google, termasuk akses data sensitif didalamnya.

Tidak hanya itu, Jepang juga telah menyelesaikan Proyek Medical Information Database Network (MID-NET) untuk menyusun jaringan database informasi medis baru dalam rangka penilaian keamanan oleh Kementrian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan (MHLW) serta Pharmaceuticals dan Medical Devices Agency (PMDA). Pendekatannya direncanakan berdasarkan metode pharmaco-epidemiological dengan menggunakan data real-world.

Database MID-NET mencakup informasi medis penting termasuk hasil tes laboratorium, data klaim, dan data pembayaran untuk 4 juta pasien. Database ini aktif digunakan dan akan membantu meningkatkan proses pengembangan obat-obatan dan alat kesehatan di Jepang.

Jepang juga mengklaim siap mendirikan 10 rumah sakit berbasis AI pada 2022 mendatang dengan nilai investasi lebih dari 100 juta Dolar AS. Dengan langkah ini, Jepang berencana menangkal masalah kekurangan personil medis dan kenaikan pengeluaran medis.

Kesimpulannya adalah Jepang berkeinginan keras mengembalikan posisi terdepannya dalam bidang teknologi. Fokus pada teknologi kesehatan akan menciptakan era baru bagi perusahaan farmasi dan alat kesehatan.

RSUD Kotaagung Segera Miliki Dokter Spesialis Mata

Gambar: Harianpilar.com

Pemkab Tanggamus, Propinsi Lampung dikabarkan merencanakan penambahan tenaga dokter spesialis mata untuk Sakit Umum Daerah (RSUD) Kotaagung. Pj. Sekretaris Kabupaten Tanggamus Hamid H. Lubis mengatakan, ini merupakan salah satu langkah program pembenahan RSUD.

Dirinya menyatakan bahwa program pembenahan ini akan dilakukan secara bertahap. Mulai melengkapi peremajaan prasarana alat kesehatan (alkes) hingga penambahan tenaga medis termasuk dokter spesialis mata.

“Dengan bertambahnya dokter spesialis mata ini, maka keberadaan dokter spesialis di RSUD Kotaagung semakin lengkap,” imbuh Hamid H. Lubis, sebagaimana MedX kutip dari Radarlampung.co.id.

Semua ini dilakukan guna memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat.

“Saat ini, jika sakit pada mata warga harus berobat keluar Tanggamus. Nah, dengan adanya dokter spesialis mata di RSUD Kotaagung maka mereka tidak perlu lagi jauh-jauh berobat,” lanjut dia.

Sebagai RSUD tipe C, RSUD Kotaagung telah memiliki sejumlah dokter spesialis. Diantaranya dokter spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, spesialis anastesi, spesialis ortopedi dan spesialis radiologi.

Wisata Medis Capai Nilai Industri Hingga 9 Miliar Dolar AS Pada 2020

Gambar: itmj.com

Terdapat banyak alasan untuk mengunjungi India: budaya, makanan, hingga cuacanya. Namun beberapa tahun belakangan ini muncul faktor penarik lainnya yaitu layanan kesehatan.

Menurut Kementrian Pariwisata India, wisata medis atau medical tourism negara berjuluk Negeri Anak benua tersebut diperkirakan mencapai angka 9 miliar Dolar AS pada tahun 2020 mendatang. Pertumbuhannya mencapai 200% persen.

Hal ini ada berbagai faktor, salah satunya memang mereka belakangan tengah berbenah di sektor kesehatan sehingga bisa memiliki fasilitas canggih, dokter yang kompeten, dan penanganan dengan biaya terjangkau.

“India dapat menyediakan layanan medis dan kesehatan sesuai standar internasional dengan biaya rendah,” ujar Menteri Pariwisata KJ Alphons.

Selain itu, India juga menawarkan praktek tradisional yang namanya cukup mendunia. Sebut saja, Ayurveda, Yoga, Unani, Siddha, dan Homeopathy.

Ayurveda adalah sistem pengobatan kuno India berdasarkan konsep keseimbangan dalam tubuh. Konsep ini juga menggunakan pengobatan herbal dan pernapasan Yoga. Siddha dan Unani juga serupa dengan pendekatan holistik untuk menemukan harmoni antara pikiran dengan tubuh. Siddha dipercaya berasal dari daerah Tamil Nadu, sedangkan Unani bersumber dari Yunani kuno.

Pada 2015 lalu, India menempati posisi ketiga tujuan wisata medis paling terkenal dan berhasil meraup untung hingga 3 miliar Dolar AS. Jumlah wisatawan asing yang berkunjung dengan visa medis saat itu berkisar di angka 234.000 orang. Dan pada 2017, angkanya meningkat hingga 495.056 orang.

“Perijinan visa e-tourist juga sudah diperluas menjadi kunjungan medis juga. Visa kunjungan medis sudah diperkenalkan untuk mempermudah proses kunjungan bagi wisatawan medis. Durasi kunjungan maksimum di India menggunakan e-medical visa tidak lagi hanya selama enam bulan.” lanjut Alphons.

Untuk diketahui, di seluruh dunia sekitar 14 hingga 16 juta pasien bepergian ke luar negeri guna mendapatkan perawatan sepanjang 2017 lalu. Menurut data Patients Beyond Borders, pasar pariwisata medis global diperkirakan akan bernilai 45.5 hingga 72 miliar Dolar AS.

Fujifilm Resmikan Kesepakatan Kerjasama Dengan Gastrologix Untuk Produk Endoskopinya

Gambar: www.worldvectorlogo.com

Fujifilm Medical Systems Amerika Serikat baru saja meresmikan kemitraannya dengan Gastrologix, sebuah Organisasi Pembelian Kelompok (GPO) di wilayah Amerika Serikat (AS) yang menyediakan pengadaan alat kesehatan (alkes) khusus untuk dokter spesialis gastroenterologi.

Dikutip dari situs DOTmed, kerjasama ini menjadikan Fujifilm sebagai sumber tunggal atau sole-source untuk alat-alat Endoskopi bagi Gastrologix. Sehingga GPO tersebut bisa menyalurkan teknologi endoskopi yang berkualitas ke jaringan dokter-dokter spesialis gastroenterologi di AS dengan harga lebih terjangkau.

“Kami menghargai kepercayaan Gastrologix kepada Fujifilm dengan memilih kami sebagai vendor untuk solusi pencitraan endoskopi,” kata Johann Fernando Chief Operating Officer FUJIFIM Medical Systems AS.

Gastrologix sendiri mengklaim bahwa mereka memiliki misi untuk membantu praktik dokter spesialis gastroenterologi agar lebih efisiens yang pada akhirnya akan memperkuat ikatan antara dokter dan pasien.

Adapun kerjasama ini mencakup seluruh produk endoskopi Fujifilm, termasuk ELUXEO Endoscopic Visualization System, 700 Series Endoscopes, 530 Series Bronchoscopes dan endoscopes, bronchoscopes video ultrasonic, serta Double Balloon Endoscopy System.

Kolaborasi RSK Dharmais, Prudential dan YOAI, Bangun Bangsal Khusus Pasien Kanker Berusia Remaja

Bekerja sama dengan Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) dan Prudential Indonesia, RS Kanker Dharmais Jakarta resmi membuka fasilitas ruangan rawat atau bangsal khusus bagi pasien kanker yang berusia remaja. Fasilitas ini merupakan yang pertama di Indonesia.

Bangsal khusus pasien kanker tersebut diresmikan kemarin (27/2). Turut hadir meresmikan adalah Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F. Moeloek dan Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia.

Menkes Nila mengatakan masalah kanker adalah masalah yang harus diselesaikan bersama. Pada anak-anak, kanker yang menyerang kebanyakan adalah leukemia. Dia juga berpesan kepada asuransi swasta untuk ikut mengkampanyekan program Germas (Gerakan Masyarakat Sehat).

Pada kesempatan yang sama, Jens Reisch President Director Prudential Indonesia mengatakan kesehatan dan keselamatan merupakan salah satu inti dari Program Community Investment Prudential Indonesia seiring dengan upayanya dalam menciptakan Indonesia yang lebih sehat.

“Kami telah berkolaborasi dengan YOAI sejak 2003, dan kami berkomitmen untuk membantu anak-anak penderita kanker agar bisa mendapatkan bantuan pengobatan dan perawatan di bangsal yang memadai di rumah sakit,” ujar Jens.

Pada awalnya RS Kanker Dharmais memiliki ruangan khusus anak-anak. Pada tahap pertama luasnya hanya 500 meter persegi. Kemudian diperluas kembali menjadi 1.000 meter persegi. Dan saat ini juga memiliki ruangan khusus penderita kanker usia remaja yang berada di lantai empat dan memiliki lebih dari 40 ruang perawatan. Untuk membangun semua ini menghabiskan dana sekitar 4,5 miliar yang merupakan pemberian dari Prudential Indonesia kepada RS Kanker Dharmais.

Lalu kenapa ada ruangan kanker khusus remaja? Menurut Direktur Utama RS Kanker Dharmais Abdul Kadir, ini karena pasien kanker tinggal di RS selama berbulan-bulan. Dalam tempo yang lama tersebut, remaja penderita kanker tetap harus menjalani kegiatan sekolah. Kemudian mereka juga butuh tempat bersosialisasi. Di bangsal khusus tersebut, juga disiapkan ruangan untuk psikolog bagi penderita kanker yang membutuhkan pendampingan.

Eka Hospital Pekanbaru Gelar Seminar Pencegahan Kecelakaan Kerja

Gambar: detaksatu.com

Dalam Rangka Memperingati Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional 2019, Eka Hospital Pekanbaru menggelar Seminar & Workshop K3 di Auditorium Lt. 8 Eka Hospital Pekanbaru pada Selasa (26/2/2019) lalu.

Menggandeng Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Riau beserta BPJS Ketenagakerjaan, perhelatan ini memiliki tema “Pencegahan dan Penatalaksanaan Awal Kecelakaan kerja”. Acara tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu dr. Kristina A. W., SpEM dan dr. Reny Mulyani, SpOK.

Pada kesempatan tersebut, CEO Eka Hospital Pekanbaru, Romi Jaya menegaskan bahwa K3 merupakan salah satu aspek perlindungan ketenagakerjaan dan menjadi hak dasar dari setiap tenaga kerja yang ruang lingkupnya telah berkembang sampai kepada keselamatan dan kesehatan masyarakat secara nasional.

“Oleh karena itu dalam kondisi apapun K3 wajib untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan standar baik nasional maupun internasional,” ujarnya.

Kendati begitu, Romi mengingatkan kepada seluruh insan K3 untuk tidak lengah karena kelengahan bisa berakibat fatal. Sesuai dengan kaidah K3, sesuatu yang kelihatan sangat sepele apabila diabaikan bisa menimbulkan petaka besar yang sangat merugikan perusahaan dan berujung pada penyesalan.

Sementara itu, dr. Kristina A. W., SpEM yang membawakan tema “Layanan Trauma Center Eka Hospital Pekanbaru, Luka Bakar dan Luka Robek dan Pendarahan,” mengingatkan kepada para insan K3 agar lebih respon dalam hal terjadi kecelakaan kerja di perusahaan, terutama dalam pertolongan pertama yang dilakukan.

Sedangkan dr. Reny Mulyani, SpOK yang membawakan tema “Manajemen Kelelahan Kerja,” menyampaikan bahwa setiap penempatan kerja seseorang harus dilihat dari aspek kesehatanya. Untuk itu antara insan K3 dan bagian SDM harus bisa saling berkolaborasi agar tidak terjadi insiden di tempat kerja.

Medtronic Luncurkan Alat Terapi Untuk Penderita Epilepsi

Gambar: www.mpo-mag.com

Menurut penelitian, sekitar sepertiga penderita epilepsi sudah tidak bisa lagi diobati dengan metode penggunaan obat dan ini membuat penderitanya memiliki sedikit kemungkinan untuk sembuh. Hal ini membuat salah satu raksasa produsen alat kesehatan Medtronic meluncurkan produk Deep Brain Stimulation (DBS) untuk membantu mengobati penderita epilepsi melalui jalur terapi.

Terapi DBS menggunakan pengiriman arus listrik kecil kepada nukleus anterior di dalam Thalamus. Bagian otak ini biasanya yang dilalui jaringan saat penyakit ini kambuh, dan menstimulasinya terbukti membantu mengurangi kejang-kejang akibat pernyakit ini. Terapi ini diperuntukkan untuk pasien epilepsi yang sudah mencoba tiga jenis obat berbeda namun masih belum ada kemajuan signifikan.

Berdasarkan ujicoba yang dilakukan, menunjukkan 75% pengurangan dari frekuensi kejang akibat epilespi rata-rata tujuh tahun setelah implantasi. Menunjukkan sebuah hasil yang cukup positif.

“DBS menyediakan opsi penanganan bagi pasien penderita epilepsi dan sudah tidak bereaksi terhadap obat-obatan,” ujar Robert E. Gross ketua dan Professor dari Emory University Department of Neurosurgery.

Dirinya melanjutkan, pasien pertama yang ditanamkan perangkat ini menunjukkan hasil positif. Terhitung dua bulan sejak perangkat diaktifkan, frekuensi kejang-kejangnya berkurang hingga lebih dari 50 persen. Dan mereka berharap peningkatannya bertambah pesat ke depannya.

Jenis-jenis Glukometer, Mana yang Cocok Untuk Anda?

beeindia.in

Sebagian besar glukometer yang saat ini beredar di pasaran dan digunakan adalah jenis Glukometer Self-Monitoring. Glukometer ini mampu mengevaluasi tingkat kadar gula melalui strip sampel darah yang diambil dari kulit, biasanya melalui ujung jari.

Namun tahukan Anda kalau ada beberapa jenis glukometer lainnya. Kendati jarang digunakan atau bahkan belum beredar di pasar Indonesia tapi apa salahnya jika Anda mengetahuinya? Berikut artikelnya yang Kami ambil dari situs dignifyed.com.

Glukometer Self-Monitoring (SMBG)

Gambar: Emedis.id

Seperti yang sudah ditulis di atas, Glukometer self-monitoring adalah alat pengukur gula darah standar yang lazim digunakan. Dengan pengukur ini, pengguna hanya perlu meletakkan sampel darah ke strip pengujian. Dan dalam hitungan detik perangkat akan mendeteksi dan menampilkan hasil.

Kelebihan:

  • Portable
  • Mudah digunakan
  • Menampilkan hasil pengukuran secara cepat
  • Dapat dijual secara bebas (tanpa resep)

Kekurangan:

  • Pengguna akan mengalami rasa sakit karena harus ditusuk jarum
  • Strip pengujian harus direfill sehingga membutuhkan biaya rutin
  • Akurasi pengukuran dipengaruhi oleh faktor eksternal

Glukometer Berkelanjutan (CGM)

Gambar: Time

Glukometer jenis ini mampu mendeteksi kadar gula darah secara lebih tepat dan berkelanjutan. Mampu menganalisa tiap beberapa menit sekali sepanjang hari. Namun, sensor pemantau harus ditanam di bawah kulit melalui jalur operasi.

Dan juga untuk memastikan CGM memiliki perhitungan dengan tepat, Anda harus tetap melakukan tes darah dengan tusuk jari beberapa kali sehari dengan glukometer self-monitoring.

Sebagian besar pengidap diabetes tidak memerlukan pengujian seekstensif ini, jadi CGM tidak disaraankan untuk penggunaan umum. CGM tidak tidak dijual secara bebas, bahkan di Inonesia hanya sedikit sekali instansi kesehatan yang menggunkannya untuk pasien.

Kelebihan:

  • Bisa memantau gula darah sepanjang hari
  • Hasil analisis lebih mendalam
  • Tidak memerlukan strip pengujian

Kekurangan:

  • Membutuhkan tindak operasi untuk implantasi alat di bawah kulit
  • Tetap membutuhkan glukometer self-monitoring untuk menguji ketepatan
  • Tidak dijual bebas

Glukometer Non-invasif

Gambar: Medgadget

Walaupun sudah banyak dibahas perkembangannya beberapa tahun terakhir, namun desain perangkat jenis ini masih dalam tahap pengembangan dan belum siap dijual bebas. Gagasan dibalik perangkat ini adalah tidak dibutuhkannya lagi sampel darah, jadi tidak lagi memerlukan tusuk jari atau strip pengujian. Namun lebih kepada gelombang radio berdaya rendah yang melewati area tubuh yang mengandung darah untuk mengukur tingkat gulanya.

Kelebihan:

  • Tidak memerlukan sampel darah
  • Tidak memerlukan strip pengujian

Kekurangan:

  • Masih dalam tahap pengembangan dan pengujian, jadi belum tersedia di pasaran

Glukometer Dengan Beberapa Fitur Tambahan

Apps: Banyak glukometer memiliki aplikasi smartphone atau desktop yang menyimpan hasil pengujian dan melacak pola pengukuran. Beberapa bahkan memiliki fitur tambahan lainnya seperti diagram, dan grafik.

Bluetooth: Banyak Glukometer juga memiliki konektivitas Bluetooth untuk memindahkan data secara otomatis dari perangkat glukometer ke handphone anda.

Penanda Aktifitas: Beberapa Glukometer mampu mengingatkan Anda pada aktifitas dengan penanda waktu berdasarkan analisis pengukuran anda. Misalnya, pengingat untuk melakukan pengukuran setelah makan atau pada saat Anda merasa kurang sehat.

Fitur Suara: Beberapa Glukometer juga dilengkapi fitur suara, yang akan membaca dan menyebitkan hasil pengukuran.

Nihon Kohden Tunjuk CEO Baru Untuk Wilayah Amerika Utara

www..nihonkohden.com

Nihon Kohden, perusahaan produsen alat kesehatan ternama mengumumkan bahwa mereka telah menunjuk Yasuhiro Yoshitake sebagai Chief Executive Officer (CEO) baru untuk Wilayah Amerika Utara, menggantikan dr. Wilson P. Constantine yang sudah menjabat sejak April 2015.

“Amerika Utara adalah pasar yang dinamis sehingga memerlukan kolaborasi mendalam antara kantor pusat perusahaan di Jepang dan cabang yang ada di wilayah ini,” ujar Hirokazu Ogino Presiden dan CEO dari Nihon Kohden Corporation.

Dirinya menambahkan bahwa pengetahuan Yoshitake tentang Nihon Kohden dan pengalamannya akan membantu perusahaan melanjutkan pertumbuhan dan eksistensi Nihon Kohden di wilayah Amerika Utara.

Yoshitake sendiri pertama kali bergabung dengan Nihon Kohden pada 1988 silam. Dirinya sudah pernah memegang berbagai posisi penting di berbagai wilayah operasional perusahaan di seluruh dunia. Termasuk Eropa, China dan Timur Tengah. Sebelum ditunjuk mejadi CEO, dia menjabat sebagai General Manager of International Operations serta Corporate Director & Operating Officer.

Tak hanya kursi CEO. Perusahaan alkes asal Jepang ini juga mengangkat beberapa orang untuk memegang jabatan penting perusahaan di wilayah Amerika Utara, diantaranya:

• Harsh Dharwad yang saat ini menjadabat sebagai Vice President juga akan memiliki tanggung jawab sebagai Chief Technology Officer (CTO).
• Scott Iserman dipromosikan menjadi Chief Commercial Officer (CCO) dan akan bertanggung jawab terhadap strategi komersial dan infrastruktur.
• Shinya Hama dipromosikan menjadi Chief Operations Officer (COO), bertanggung jawab atas kefektifan operasional bisnis perusahaan, termasuk pengiriman produk dan quality control.
• Kenji Sakai bergabung dalam perusahaan sebagai Chief Financial Officer (CFO), bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang bisnis baru guna mendorong pertumbuhan perusahaan, serta memimpin departemen keuangan.

Mereka nantinya akan bekerja di bawah kepemimpinan Yoshitake langsung selaku CEO.

“Pasar layanan kesehatan Amerika adalah bagian penting dari masa depan Nihon Kohden. Kami percaya perubahan ini akan membantu perusahaan terus bertumbuh menjadi lebih baik seperti yang sudah Nihon Kohden tunjukkan beberapa tahun terakhir, serta memperluas jangkauan (produk) kami di pasar dunia,” pungkas Yoshitake seperti dikutip dari DOTmed.com

400 Produk Alkes Baru Akan Dipamerkan Pada Pameran CMEF 2019

Menurut data yang dirilis oleh Kementrian kesehatan, saat ini investasi di sektor alat kesehatan (alkes) melonjak tajam. Naik dari Rp 718 miliar di tahun 2014-2015 menjadi Rp 3,91 triliun di tahun 2016-2017. Hal ini menunjukkan industri bahwa kondisi bisnis alkes tengah mengalami transformasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, pameran CMEF Indonesia 2019 akan hadir pada tanggal 6 – 8 8 maret 2019 mendatang di Jakarta Convention Center. Perhelatan tersebut bertujuan memfasilitasi komunikasi antara perusahaan manufaktur, pemilik merek dengan distributor medis lokal agar terciptanya peluang kerja sama.

Project Manager CMEF Indonesia Stenly Yonardi mengatakan, 200 pemilik merek alkes internasional serta lebih dari 400 produk alkes baru akan hadir dalam CMEF Indonesia 2019. Juga 3.000 pengunjung dari komunitas medis di Indonesia diproyeksikan akan hadir dalam pameran yang digelar selama tiga hari ini. Termasuk di antaranya perwakilan dari distributor alat kesehatan, reseller, perusahaan manufaktur, profesional rumah sakit, regulator, pemerintah dan asosiasi.

“Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menunjukkan potensi yang besar untuk pertumbuhan pasar medis. CMEF Indonesia diselenggarakan di saat yang tepat karena banyaknya peraturan pemerintah yang telah direvisi untuk mendorong investasi asing dan kemitraan demi memajukan sektor layanan kesehatan Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonominya,” ujar Stenly.

Tak hanya itu, akan ada program Seminar yang akan diselenggarakan oleh Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia (ARSADA). DImana akan bisa membantu perusahaan manufaktur dan pemilik merek alkes internasional untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang proses pendaftaran produk hingga bisa berhasil masuk ke pasar kesehatan Indonesia.

Akan digelar juga Layanan business matchmaking CMEF yang bertujuan memfasilitasi pertemuan tatap muka antar distributor alkes, perusahaan manufaktur dan grup rumah sakit guna membicarakan potensi kerja sama dan kesempatan investasi asing langsung (FDI), sekaligus memfasilitasi perluasan industri medis di Indonesia.

Pameran ini sendiri akan diselenggarakan oleh Reed Exhibitions. Sebuah Event Organizer acara medis yang cukup terkemuka. Pernah sukses menggelar acara serupa di Cina, Australia, Jepang dan Turki.

Jika tertarik berkunjung, Anda bisa mendaftar secara online dengan mengklik link berikut https://bit.ly/2PNSECG.