spot_img

Mengenal Ragam Alat Kesehatan Non Elektromedik

Syringe, salah satu alat kesehatan yang masuk dalam kelompok alat non elektromedik. Sumber gambar : healthtap.com

Terdapat berbagai macam jenis alat kesehatan dan fungsinya. Dalam kompendium Kemenkes RI disebutkan beberapa kategori alat kesehatan, yaitu alat kesehatan elektromedik, non elektromedik dan produk diagnostik invitro. Pada artikel  kali ini, MedX akan membahas tentang alat kesehatan non elektromedik.

Alat kesehatan non elektromedik cara kerja dan penggunaannya tidak menggunakan aliran listrik dan alat ini adalah kebalikan dari alat elektromedik yang cara kerjanya harus menggunakan aliran listrik untuk dapat berfungsi.

Alkes jenis ini sangatlah mudah untuk kita temukan. Seluruh rumah sakit dan klinik baik yang berskala besar maupun kecil pasti memiliki alat-alat ini. Walau begitu, peralatan kesehatan ini tetap tidak diperjualbelikan sembarangan karena khawatir akan disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Misalnya adalah syirnge, alat ini berfungsi untuk menyuntikan cairan kimia ke dalam tubuh. Hal ini sangat berbahaya jika dipakai secara berulang-ulang karena dapat menyebarkan virus dan penyakit menular.

Alat kesehatan jenis ini dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu:

Alat kesehatan non elektromedik Steril. Adalah alat yang penggunaannya tidak memerlukan sumber listrik AC atau DC dan mengalami proses sterilisasi pada proses produksinya dan produknya steril, contoh: jarum suntik, kasa steril, benang bedah, IV catheter dan infuse set dan lain-lain.

Alat kesehatan non elektromedik non steril. Adalah alat yang penggunaannya tidak memerlukan sumber listrik AC atau DC dan produknya tidak steril contoh: plester, instrument bedah, timbangan bayi, kursi roda manual dan lain-lain.

KPPU dan Kemenkes Dorong Transparansi Persaingan Bisnis Sektor Kesehatan

Kantor KPPU. Sumber gambar: tempo.com

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mendorong transparansi persaingan bisnis sektor kesehatan dengan menggandeng Kementerian Kesehatan. Hal ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman dengan Kemenkes tentang Pencegahan dan Penanganan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Bidang Kesehatan.

“Tentu kami akan melihat dari persaingan usahanya, Kementerian Kesehatan lihat dari regulasinya. Pengawasan tidak sekadar pada produk yang masuk (e-catalog) Jaminan Kesehatan Nasional, tetapi keseluruhan,” tegas Ketua KPPU Syarkawi Rauf.

Rauf melanjutkan, banyaknya industri di bidang kesehatan memungkinkan adanya praktek monopoli. Pembangunan kesehatan masyarakat yang merupakan tujuan Kemenkes akan terhambat.

Ruang lingkup kesepakatan ini sendiri meliputi harmonisasi dan koordinasi kebijakan persaingan usaha, sosialisasi prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat dan peraturan bidang kesehatan, dan pemberian bantuan narasumber dan/atau ahli. Nota kesepahaman ini berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan lebih lanjut.

OPINI: Big Data untuk Revolusi Industri Kesehatan Indonesia

Ilustrasi Telemedika. Sumber gambar : pmpediatrics.com

Pada Mei 2016, pemerintah Indonesia menyelenggarakan ajang Penghargaan Top 25 Public Service Innovation Awards di Jakarta. Kompetisi tahunan ini mengundang kementerian, lembaga, dan pemerintah provinsi dari berbagai daerah untuk menciptakan setidaknya satu produk inovatif setiap tahunnya.

Dari 35 inovasi yang terdaftar, hampir setengahnya merupakan inovasi di bidang layanan kesehatan. Salah satu yang paling menonjol yaitu program “Home Care”, yang mengimplementasikan konsep telemedika (telemedicine) di Makassar, Sulawesi Selatan.

Program kesehatan yang telah diimplementasikan di Makassar sejak 2014 ini memungkinkan para tenaga kesehatan untuk mengakses catatan kesehatan di masa lalu maupun catatan kesehatan terbaru milik pasien melalui Kartu Pintar, tanpa keduanya harus secara fisik bertatap muka.

Kartu ini juga berisi informasi penting tentang tempat tinggal seseorang, termasuk e-KTP, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), serta informasi asuransi nasional (BPJS Kesehatan). Kartu Pintar ini dikeluarkan oleh pemerintah Makassar yang bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk semua penduduk Makassar.

“Home Care” memungkinkan warga untuk mendapatkan perawatan kesehatan tanpa harus mendatangi klinik atau rumah sakit. Cukup dengan menelepon call center Home Care, dokter dapat dengan mudah serta efisien mengakses data pasien via Kartu Pintar.

Ini kemudian diikuti dengan kunjungan langsung kepada pasien menggunakan kendaraan Home Care, Dottoro’ta, yang dilengkapi dengan fasilitas ultrasound (USG) dan electrocardiogram (EKG). Data medis yang dibuat peralatan ini lalu dikirimkan ke server yang aman agar bisa diakses dokter spesialis sebagai dasar dari diagnosa dan rekomendasinya dari jarak jauh.

Melalui inovasi teknologi yang sederhana tetapi efektif ini, Kartu Pintar memungkinkan para pekerja kesehatan di rumah sakit manapun di Makassar mengakses catatan medis pasien dari jarak jauh dengan mudah dalam situasi apapun, terutama dalam keadaan darurat dimana setiap detiknya menjadi sangat penting.

Dengan menggunakan pendekatan manajemen big data, ada beberapa manfaat yang bisa diambil, salah satunya adalah menghilangkan silo sehingga berbagai pemangku kepentingan tidak lagi bekerja sendiri-sendiri.

Pada akhirnya, kinerja manajemen meningkat dan strategi yang dihasilkan pun menjadi lebih baik. Berkat sistem pengelolaan data yang komprehensif ini, data yang ada dapat dimanfaatkan sebagai basis pengambilan keputusan yang lebih baik.

Studi kasus ini menggambarkan manfaat revolusioner dari telemedika – inovasi terbaru dalam layanan kesehatan. Teknologi telemedika ini memungkinkan para praktisi kesehatan untuk memberikan diagnosa dan penanganan pasien dari jarak jauh, tanpa mengurangi kualitas layanan professional tenaga kesehatan yang ada. Pemanfaatan konektivitas dan data server yang aman memungkinkan catatan medis pasien untuk diakses dan dianalisa sebelum dokter bertemu langsung dengan pasien.

Manfaat dari telemedika ini juga dapat langsung dirasakan oleh penyedia layanan kesehatan maupun pasien sebagai penerima layanan tersebut.

Dengan telemedika, keterbatasan tenaga medis akibat tidak meratanya penyebaran tenaga kesehatan di seluruh Indonesia–termasuk akibat keterbatasan jumlah dokter spesialis di sejumlah kota–bisa diatasi karena telemedika memungkinkan pasien mendapatkan konsul dari dokter yang praktik di kota lain dengan jumlah penyedia jasa kesehatan lebih banyak. Dengan demikian, akses masyarakat Indonesia atas layanan kesehatan pun menjadi semakin luas.

Berdasarkan laporan dari Menteri Kesehatan Indonesia tahun 2014, Jakarta memiliki jumlah dokter umum terbanyak. Rata-rata 16.000 dokter ditempatkan di kota-kota besar di Indonesia dan melayani lebih dari 10 juta penduduk. Daerah pada urutan terakhir dengan jumlah dokter paling sedikit adalah Sulawesi Barat, dengan 100 dokter lebih untuk melayani sekitar 1,3 juta penduduk.

Ada begitu banyak cara untuk menggunakan dan memanfaatkan telemedika. Seperti misalnya pengawasan secara real-time atas kondisi kesehatan pasien melalui perangkat wearable berkat dukungan teknologi Intel sehingga memungkinkan dokter untuk memberikan diagnosa yang jauh lebih baik. Dengan inovasi ini, kondisi medis yang fatal pun bisa dicegah dan sudah bukan tidak mungkin lagi untuk ditangani.

Bahkan pada kenyataannya teknologi ini telah digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson melalui kombinasi konektivitas, cloud data center dan analisa Big Data. Konektivitas memungkinkan para peneliti medis untuk mengumpulkan lebih banyak data dari pasien yang menderita Parkinson.

Meskipun demikian, informasi yang terkumpul dari perangkat Internet of Things (IoT) sudah begitu banyak sehingga akan memicu terjadinya ledakan data di seluruh industri. Oleh karena itu, data center berbasis cloud dan kemampuan pengelolaan layanan data diperlukan untuk menyimpan data dalam jumlah besar sekaligus memastikan kelengkapan data dengan menggunakan fasilitas back-up dan pemulihan data berbasis cloud.

Data ini kemudian akan dianalisa menggunakan big data analytics sehingga para peneliti dapat menyimpulkan pola perilaku pasien penderita Parkinson dan memberikan penanganan yang lebih baik.

Industri kesehatan harus mampu menyimpan dan mengelola data dalam jumlah besar untuk pasien mereka, apalagi dengan pertumbuhan suplai informasi yang terus meningkat cepat. Termasuk dalam hal ini kemampuan untuk memproses data dalam jumlah besar dari berbagai sumber, seperti misalnya perangkat wearable.

Fasilitas TI juga harus hemat biaya dan dapat memindahkan data dengan mulus atau seamlessly untuk mengolah dan menganalisis sehingga menghasilkan analisa prediktif yang efektif.

Sederhananya, penting bagi industri kesehatan untuk mempermudah dan menyederhanakan pengelolaan data dengan memanfaatkan IoT dan big data analytics untuk membuat sistem lebih efisien, hemat biaya, dan yang paling penting meningkatkan cara kerja praktisi kesehatan dan menghasilkan layanan kesehatan berkualitas tinggi untuk pasien.

Bagaimana cara kita melakukannya? Pertama-tama, industri kesehatan di Indonesia perlu melakukan digitalisasi catatan medis pasien. Praktik ini sebenarnya sudah dilakukan perawat atau petugas kesehatan diseluruh nusantara. Tapi perlu diingat bahwa data-data yang ada harus disimpan dalam protokol standar untuk memastikan interoperabilitas data tersebut.

Keamanan data juga perlu dijamin dengan menyediakan penyimpanan data dan backup yang kuat menggunakan online backup atau penyimpanan cloud. Selain itu, praktik komputasi aman perlu dipertahankan dengan membuat arsip sistem data secara regular apakah itu pada siang hari atau malam hari.

Saat ini revolusi big data dalam bidang kesehatan terus berlangsung. Bayangkan berapa banyak data yang dihasilkan dan digunakan seseorang untuk catatan medis mereka? Bagaimana kita bisa mengatur semua data dan informasi yang sangat banyak dan mengambil semua manfaat yang ditawarkan?

Kita bisa menyelesaikan isu-isu kritis dalam pelayanan kesehatan ini dengan memanfaatkan IoT untuk mengumpulkan data secara digital dan menggunakan konektivitas untuk menyimpan data pada cloud data center sekaligus melakukan big data analytics. Sekaranglah saatnya untuk mengembangkan sektor kesehatan dengan fasilitas pengelolaan data yang tepat guna di Indonesia.

Opini ini ditulis oleh Ana Sopia, Country Manager NetApp Indonesia.
Sumber tulisan diambil dari tekno.liputan6.com

Verily Life Sciences Bukukan Pendanaan USD 800 Juta

Verily Live Sciences, perusahan yang merupakan transformasi dari Google Life Science menerima pendanaan sebesar USD 800.000.000 dari Temasek, perusahaan investasi yang berbasis di Singapura. Sebagian besar dana akan diberikan dalam waktu beberapa hari ke depan dan sisanya pada semester kedua tahun ini.

Pendanaan tersebut akan digunakan untuk mengembangkan sayap operasional Verily di luar Amerika Serikat serta untuk mendukung beberapa proyek penelitan yang sedang digarap oleh mereka. Diantaranya adalah pengembangan lensa kontak dengan sensor glukosa built-in, penghentian wabah penyakit yang dibawa oleh nyamuk dan serangga, penelitian terhadap penyakit parkinson dan banyak project lainnya yang bersifat visioner dalam bidang medis.

Sebagai imbalan untuk pendanaan tersebut, Temasek akan menerima saham minoritas dan juga wakilnya akan dinominasikan untuk duduk di jajaran direktur pada anak perusahan Alphabet Inc. (perusahaan induk Google) tersebut.

Walau begitu ini bukanlah satu-satunya pendanaan yang pernah diterima oleh Verily. Sebelumnya mereka membukukan USD 248.000.000 dari Sanofi, perusahaan farmasi asal Perancis untuk proyek pengembangan solusi software dan teknologi guna menanggulangan penyakit diabetes.

Peneliti Berhasil Kembangkan Vaksin Anti Penularan Herpes Genital

Ilustrasi Vaksin, sumber gambar: apoliticalreview.com

Kabar baik di awal tahun 2017 datang dari dunia medis. Sebuah penelitian yang bertujuan untuk menciptakan vaksin anti penularan herpes genital telah rampung dan menunjukkan jasil memuaskan.

Laporan terakhir mengatakan bahwa vaksin ini sukses diujicoba pada monyet dan babi guinea, dan dalam waktu dekat diharapkan vaksin ini dapat diaplikasikan pada manusa.

Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari University of Pennsylvania School of Medicine ini menggunakan formula yang dapat melindungi manusia dari virus herpes simpleks tipe-2 (HSV2), penyebab penyakit herpes genital.

Selain menyebabkan infeksi dan luka menyakitkan di daerah genital, penyakit ini juga membuat orang lebih rentan terhadap HIV. Vaksin HSV-2 diperkirakan dapat mengurangi risiko infeksi HIV sebesar 30 hingga 40 persen. Sampai sekarang, tidak ada obat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan infeksi virus herpes simpleks.

Menurut Dr Harvey Friedman, diperkirakan saat ini ada sekitar 500 juta orang di seluruh dunia yang di tubuhnya bersemayam virus herpes genital.

Anak Perusahaan Johnson & Johnson Resmi Akuisisi Megadyne Medical Products Inc.

Ethicon Endo-Surgery Inc, sumber : engineering.purdue.edu

Ethicon Endo-Surgery Inc, anak perusahaan Johnson & Johnson dikabarkan telah resmi mengakuisisi Megadyne Medical Products Inc, perusahaan alat kesehatan yang berbasis di Utah, Amerika Serikat.

Megadyne dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi dan mengembangkan alat-alat electrosurgical untuk rumah sakit bedah di berbagai dunia. Produk-produk mereka dirancang untuk meningkatkan presisi dan efisiensi di ruang operasi.

“Kami berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan para ahli bedah dan instansi rumah sakit, penambahan Megadyne sebagai portofolio Kami dapat melengkapi kebutuhan tersebut,” kata Chairman Ethicon Michael del Prado.

“Akuisisi ini akan membantu mempercepat dan memperluas inovasi seluruh portofolio Kami guna memberikan nilai klinis dan ekonomi untuk buyer di seluruh dunia,” lanjutnya. Saat ini empat dari lima proses operasi di rumah sakit di AS menggunakan perangkat electrosurgical.

Produk Alat Kesehatan Indonesia Siap Ramaikan Arab Health 2017

Arab Health 2017, sumber : sartorettoverna.com

Indonesia akan mengikuti pameran alat kesehatan pada ajang Arab Health 2017 di Dubai, Uni Emirat Arab pada 30 Januari-2 Februari 2017 mendatang. Mengusung tema Trade With Remarkable Indonesia, nantinya negara kita akan diwakili oleh sembilan perusahaan kesehatan.

“Pameran Arab Health 2017 menjadi ajang pembuktian produk Indonesia kepada para buyer di kawasan Afrika dan Timur Tengah. Produk kesehatan Indonesia layak diperhitungkan dan bersaing dengan produk lainnya di dunia,” ucap Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Arlinda sebagaimana MedX kutip dari inilah.com.

Pemerintah optimis, keikutsertaan dalam pameran ini akan dapat lebih meningkatkan nilai ekspor produk alat kesehatan Indonesia meskipun saat ini pangsa pasar produk alat kesehatan negara kita di dunia masih di bawah satu persen.

Adapun sembilan perusahaan yang akan ikut serta dalam Arab health 2017 diantaranya:

  • PT Arista Latindo (sarung tangan medis, popok bayi dan dewasa, masker wajah, kapas alkohol);
  • CV Beauty Kasatama (masker bedah, doctor cap, nurse cap, surgical golon, shoes cover);
  • PT Jayamas Medica Industri (nurse cap, masker dan topi bedah, shoes cover, surgeon cap, basic dressing set, antiseptik dan disinfektan, infusion set);
  • PT Oneject Indonesia (alat suntik sekali pakai);
  • PT Sugih Instrumendo Abadi (tensimeter, stetoskop);
  • PT Tesena Inovindo (needle destroyer, peralatan medis terapi);
  • PT Trimitra Garmedindo Interbuana (medical bag, emergency bag);
  • PT Hetzer Medical Indonesia (masker untuk bedah);
  • PT Shamrock Manufacturing Corporation (sarung tangan lateks dan sarung tangan medis).

Pameran yang akan digelar di Dubai International & Healthcare Center itu diperkirakan akan diikuti lebih dari 4.000 peserta pameran dari 80 negara. Jumlah pengunjung juga diperkirakan mencapai lebih dari 130.000 tenaga profesional kesehatan dari 163 negara.

Bank Mayora Jajaki Sektor Kredit Alat Kesehatan

PT Bank Mayora, sumber : tribunnews.com

PT Bank Mayora tengah mengambil ancang-ancang untuk terjun ke sektor kredit alat kesehatan (alkes). Kabarnya, akan disiapkan dana sebesar Rp 150 miliar – RP 200 miliar untuk bisnis ini. Nilai tersebut merupakan 7% – 8% dari total portofolio kredit Bank Mayora yang direncanakan tahun ini.

Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan, pihaknya sudah memiliki portofolio kredit alat kesehatan yang tergabung dalam kredit sektor perdagangan. Pun dia optimistis jika tahun ini bisnis alkes akan lebih baik karena pemerintah gencar mengkampanyekan peningkatan kesehatan.

“Kami sesuaikan dengan wacana dari pemerintah yang fokus dalam peningkatan kesehatan masyarakat,” ungkap Irfanto sebagaimana MedX kutip dari bisnis.com.

Perusahaan perbankan yang berdiri tahun 1993 tersebut menargetkan pertumbuhan kredit antara 18% – 20% sepanjang 2017. Sampai dengan akhir Desember tahun lalu, anak usaha Grup Mayora ini menyalurkan kredit senilai Rp3,38 triliun. Mayoritas kredit disalurkan ke UMKM dengan porsi lebih dari 40%.