spot_img

Strive Health, Startup Perawatan Ginjal yang Memiliki Prinsip Pelayanan ‘Berbasis Nilai’

startup perawatan ginjal
Ilustrasi ginjal. Foto: Flickr.

Startup perawatan ginjal Strive Health berupaya memberikan pelayanan dengan nilai tambah kepada 37 juta orang dewasa dengan gangguan ginjal kronis.

Menurut CEO Strive Health, Chris Riopelle, berpendapat layanan kesehatan lebih menitikberatkan pada biaya yang harus dibayarkan. Insentif didapatkan berdasarkan jumlah kerja dan biaya jasa diberikan dengan sistem reimbursement.

Fee-for-service tidak cukup di dalam perawatan kesehatan yang baik. Fee-for-value lebih adil karena memberi imbalan kepada penyedia layanan kesehatan yang memang bekerja keras dan memberikan hasil yang berkualitas, kata Riopelle dilansir dari TechCrunch (31/05/2023).

“Inilah yang kami definisikan sebagai ‘value-based care.’ Artinya perawatan kesehatan yang memprioritaskan kualitas dan hasil yang diinginkan oleh pasien. Kami yakin ke depan fee-for-value akan meningkatkan nilai tambah secara signifikan di bidang pelayanan kesehatan.”

Startup Perawatan Ginjal yang Memberikan Pelayanan Terintegrasi

Strive Health menawarkan perawatan ginjal berbasis teknologi dan bersinergi dengan penyedia layanan kesehatan lokal. Startup ini menciptakan sebuah sistem perawatan yang menyeluruh untuk mendampingi pasien baik dari ketika memasuki tahap penyakit ginjal kronis hingga tahap akhir.

Sistem yang dikembangkan memproses data pasien dan menerapkan program machine learning untuk mengidentifikasi tahap penyakit ginjal pasien. Kemudian mengestimasi bagaimana peluang perkembangan penyakitnya. Dengan demikian, Strive Health dapat memberikan intervensi presisi sesuai dengan kondisi pasien.

Pelayanan terintegrasi ini dilakukan mengingat sebanyak 37 juta warga Amerika Serikat menderita penyakit ginjal. Akan tetapi hanya 10% yang telah didiagnosa. Sementara itu lebih dari $400 juta yang dihabiskan setiap tahunnya untuk biaya perawatan ginjal.

Mendapatkan Pendanaan Seri B

Secara keseluruhan, Strive Health kini mengelola lebih dari $2.5 miliar pengeluaran medis tahunan. Perusahaan startup kesehatan ini juga membawahi 550 karyawan yang melayani 80.000 pasien di 30 negara bagian. Perusahaan turut bekerja sama dengan lebih dari 600 penyedia layanan nefrologi di 10 negara bagian.

Pelayanan perawatan ginjal kronis ‘berbasis nilai’ ini juga menjadi perbincangan hangat di kalangan industri kesehatan khususnya di Amerika Serikat. Pada minggu yang sama ketika berita ini diangkat, Strive Health mendapatkan Pendanaan Seri B dari Carrum Health sebesar $45 juta.

Pendanaan yang didapatkan tersebut ke depan akan digunakan untuk mengembangkan pelayanan kanker dengan prinsip ‘berbasis nilai’.

 

Menyelami Potensi dan Tantangan HealthTech di Asia Tenggara

healthtech di Asia Tenggara
HealthTech menjadi sangat penting khususnya di kawasan Asia Tenggara. Foto: Pxhere.

Di balik potensi yang besar terdapat tantangan yang harus diatasi oleh para pelaku HealthTech di Asia Tenggara. Salah satunya lanskap regulasi yang kompleks dan berbeda-beda. Di sisi lain terbuka potensi yang cerah untuk mengubah cara pelayanan kesehatan di kawasan ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, Asia Tenggara telah menyaksikan gelombang inovasi yang mengubah bentuk lanskap kesehatan. Kemajuan teknologi yang pesat, ditambah dengan infrastruktur digital yang berkembang di kawasan ini, telah membuka jalan bagi pertumbuhan sektor HealthTech. Hingga kemudian merevolusi cara akses, penyampaian, dan tata kelola pelayanan kesehatan.

Dengan populasi lebih dari 650 juta jiwa, Asia Tenggara memiliki berbagai tantangan kesehatan yang beragam. Terdapat beberapa hambatan yang umum ditemui. Misalnya masih banyak yang kesulitan mengakses fasilitas kesehatan berkualitas. Ada pula kekurangan tenaga kesehatan profesional di daerah terpencil, dan peningkatan penyakit kronis.

Kehadiran HealthTech di Asia Tenggara merupakan jawaban yang menjanjikan untuk tantangan-tantangan ini. Dengan penggunaan teknologi, diharapkan mampu menjembatani kesenjangan dan mengubah cara layanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat di kawasan.

Bagaimana Mengatasi Hambatan Pengembangan Healthtech di Asia Tenggara

Agar potensi yang ada mampu mengalahkan hambatan langkah inovasi HealthTech di Asia Tenggara, dibutuhkan beberapa hal. Salah satu yang paling penting yaitu agar pemangku kepentingan duduk bersama. Hal ini perlu agar mampu memahami dampaknya yang besar bagi kesehatan dan kesejahteraan individu di kawasan ini.

HealthTech dapat membantu mengatasi tantangan kesehatan bagi warga di Asia Tenggara. Seperti konsultasi virtual, pemantauan jarak jauh, dan alat-alat pengelolaan diri. Apabila ini terwujud maka akan membuat pelayanan dan teknologi kesehatan lebih mudah diraih dan terjangkau.

Di acara Echelon Asia Summit, Peter X Nguyen selaku CEO dan Co-Founder Buymed bersama Chairman dan Co-Founder thuocsi.vn, Jingjing Zhong akan menjadi pembicara. Terutama terkait dengan pengembangan platform HealthTech untuk Vietnam dan Asia Tenggara.

Platform ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan berkualitas dan mudah dijangkau dengan menggunakan teknologi inovatif. Target konsumennya adalah para profesional, pasien, dan semua pihak terkait lainnya. Visi perusahaannya yaitu, “Kami menciptakan ekosistem kesehatan yang belum pernah ada sebelumnya.”

Saat ini Buymed masih memfokuskan diri di industri farmasi Vietnam. Ke depan, mereka akan memperluas cakupan kerjasama mereka antara produsen, pemasuk, sampai farmasi untuk menyediakan layanan kesehatan primer lainnya.

 

RS Abdi Waluyo Bawa Revolusi Pencitraan Medis dengan NAEOTOM Alpha

rs abdi waluyo
Ilustrasi pencitraan medis. Foto: Siemens-healthineers.com.

RS Abdi Waluyo membawa revolusi pencitraan medis ke Indonesia dengan menghadirkan NAEOTOM Alpha. Sebuah perangkat tomografi canggih yang belum ada duanya di dunia.

NAEOTOM Alpha mampu mengambil gambar organ tubuh dalam bentuk tiga dimensi dengan resolusi dan akurasi yang sangat tinggi. Tentunya sangat membantu dokter dalam mendiagnosis dan merawat berbagai penyakit.

Dilansir dari Siemens-Healthineers.com, NAEOTOM Alpha adalah pemindai CT (computed tomography) pertama di dunia yang menggunakan teknologi photon-counting. Memungkinkan peningkatan drastis dalam kualitas gambar, dosis radiasi, dan informasi spektral.

Alat ini dikembangkan oleh Siemens Healthineers dan telah digunakan oleh RS Abdi Waluyo di Indonesia sebagai rumah sakit pertama di Asia Tenggara yang memilikinya.

Pencapaian Penting dari RS Abdi Waluyo Bagi Dunia Pencitraan Medis Indonesia

Pemasangan NAEOTOM Alpha adalah prestasi penting di bidang pencitraan medis di dunia dan di Indonesia. Inovasi dari Siemens Healthineers ini akan memberi manfaat bagi pasien dan dokter secara luas.

Kehadirannya akan mengubah kinerja pencitraan CT scan secara besar-besaran. Diharapkan mampu berdampak positif. Salah satunya dengan meningkatkan nilai klinis untuk mencapai diagnosis yang cepat dan andal melalui kualitas gambar yang baik. Teknologi ini kemudian mampu meningkatkan ketepatan dan kepastian bagi dokter dan pasien.

“Kami sangat bangga menjadi rumah sakit pertama di Asia Tenggara yang memiliki NAEOTOM Alpha. Dengan teknologi yang canggih ini, kami akan menyaksikan keajaiban inovasi untuk mewujudkan segala kemungkinan, serta membentuk masa depan layanan kesehatan di Indonesia,” ujar Dr. Prasetyo Andriono, Sp.JP, Direktur RS Abdi Waluyo, dilansir dari Industry.Co.Id (02/06/2023).

“Teknologi terbaru ini akan membantu kami dalam memberikan perawatan terbaik bagi pasien kami. Ke depan akan meningkatkan kemampuan kami dalam mendeteksi dan mendiagnosis penyakit lebih awal dan dengan akurasi yang lebih tinggi.”

RS Abdi Waluyo adalah rumah sakit swasta tipe B yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. Berdiri tahun 1986 dengan misi untuk memberikan perawatan yang terbaik kepada pasien. Fasilitas kesehatan ini menawarkan beberapa peralatan perawatan pasien yang paling berteknologi maju di negara ini. Contohnya seperti CT scan jantung, chemical peeling, dan vaksin COVID-19. Terbaru yaitu penggunaan NAEOTOM Alpha.

 

Rumah Sakit Mata Pertama di Kaltim, Inovasi Pemprov untuk Tingkatkan Pelayanan Kesehatan Mata

rumah sakit mata pertama di Kaltim
Foto: Media Kaltim.

Rumah sakit mata pertama di Kaltim akan diresmikan dalam waktu dekat. Pembangunan fasilitas kesehatan tersebut merupakan bagian dari program inovasi pemprov untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mata bagi masyarakat Kaltim.

Mata adalah salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Namun, banyak orang yang mengalami masalah kesehatan mata, seperti rabun, katarak, glaukoma, dan lain-lain.

Di Indonesia, khususnya di Kalimantan Timur, angka kebutaan dan gangguan penglihatan masih cukup tinggi. Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2019, sekitar 1,5 juta orang di Kaltim memiliki gangguan penglihatan dan 150 ribu di antaranya sampai mengalami kebutaan.

Inovasi di bidang kesehatan mata di Kalimantan Timur tersebut dibeberkan oleh Dr. dr. H. Jaya Mualimin selaku Kepala Dinas Kesehatan Kaltim.

Dr. Jaya mengungkapkan bahwa Kaltim telah sukses mendirikan rumah sakit mata pertamanya di wilayah tersebut dalam kurun waktu 3 tahun. Ia menyampaikan hal ini saat membuka Musda ke II 2023 GAPOPIN Kaltim Kaltara yang diadakan di Hotel Harris Samarinda pada hari Sabtu (27/5/23).

“Cuma 3 tahun, Kalimantan Timur mampu mendirikan rumah sakit mata pertama di Kaltim,” katanya sebagaimana dilansir dari Media Kaltim (30/05/2023). Fasilitas kesehatan untuk menangani pasien dengan keluhan pada organ penglihatan tersebut akan berada di Jalan M. Yamin.

“Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan, khususnya kesehatan mata, menjadi hal yang sangat penting di Kaltim,” katanya.

Ia berharap dengan hadirnya rumah sakit mata pertama ini, masyarakat dapat mendapatkan layanan kesehatan mata yang lebih mudah dan berkualitas.

“Semoga inisiatif-inisiatif inovatif seperti ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Kaltim,” ucapnya.

Peresmian Rumah Sakit Pertama di Kaltim Juga Memberikan Kacamata Gratis

rs mata pertama di kaltim
Penyerahan kacamata kepada siswa SD dan SMP oleh GAPOPIN. Foto: Media Kaltim.

Dr. Jaya menyambut dan memberikan apresiasi atas terselenggaranya Musyawarah Daerah GAPOPIN. Ia menegaskan Dinkes Kaltim siap bekerja sama dengan para pelaku usaha optik untuk meningkatkan kualitas kesehatan mata masyarakat di daerah ini.

Setelah acara pembukaan, diserahkan 500 kacamata sebagai simbol kepada siswa SD dan SMP. Ini adalah bagian dari program “GAPOPIN Peduli” yang ingin membantu kesehatan mata masyarakat secara luas. Acara ini juga meliputi Seminar Ilmiah Optik dan Essilor Training Community.

Acara ini dihadiri oleh Ketua Umum Pusat GAPOPIN, Ketua GAPOPIN Kaltim Kaltara, wakil dari BPJS Kesehatan, dan pengurus cabang dan daerah GAPOPIN Kaltim Kaltara. Mereka menunjukkan dukungan dan komitmen mereka untuk mengembangkan sektor kesehatan mata di Kaltim.

 

RS Mata Dr YAP Yogyakarta Genap 100 Tahun, Ini Rencana Besar Mereka untuk Masyarakat

RS mata dr yap yogyakarya
Peringatan HUT Ke-100 RS Mata Dr YAP. Foto: ReJogja.

Rumah Sakit (RS) Mata Dr YAP Yogyakarta merayakan hari jadinya ke-100 pada hari Senin 29 Mei 2023 lalu. Pada hari yang sama, Alida Lienawati selaku Direktur Utama menyampaikan tema perayaan tahun ini adalah ‘Sinergi Menuju Global.’

“Kami sadar bahwa dunia terus mengalami kemajuan yang cepat. Rasanya kita harus bersaing dengan kemampuan perubahan ilmu dan teknologi kedokteran yang semakin hebat. Oleh karena itu, di usia yang sudah mencapai 100 tahun ini kami ingin meningkatkan kerjasama dengan semua elemen rumah sakit. Agar RS ini semakin kuat, semakin berkembang, semakin maju, semakin memberi manfaat bagi masyarakat banyak baik di bidang kesehatan mata, pendidikan, maupun penelitian,” ujar Alida dalam pidatonya, dilansir dari ReJogja (30/05/2023).

RS Mata Dr Yap Yogyakarta Berencana Membuka Cabang di Wonosari

Alida melanjutkan, rumah sakit mata di Jogja ini akan membuka cabang di Wonosari.

“Kami bersama pemilik Yayasan Dr YAP Prawirohusodo akan secepatnya melaksanakan proses untuk membuka cabang yang lebih dekat dengan masyarakat yang memerlukan pelayanan mata di Wonosari dan daerah-daerah lain yang membutuhkan pelayanan mata secara langsung,” katanya.

Alida juga meminta doa agar apa yang sudah direncanakan dalam rencana strategis (renstra) RS Mata Dr YAP dapat berjalan lancar. Juga bisa memberi manfaat bagi kebaikan masyarakat terutama di bidang kesehatan mata.

Pada kesempatan yang sama, dilakukan juga prosesi peletakan batu pertama untuk pelayanan high care unit serta perbaikan Lasik.

Pada peringatan HUT ke-100 RS Mata Dr YAP juga ditayangkan video sejarah pendirian RS Mata Dr YAP. Selain itu juga akan dikeluarkan buku sejarah 100 tahun RS Mata Dr YAP, dan buku biografi DR YAP Hong Tjoen.

“Judul ‘Pengabdian tanpa titik akhir’ ini adalah ide langsung dari Ketua Umum Yayasan Dr YAP Prawirohusodo GBPH Prabukusumo,” ujarnya.

Ketua Umum Yayasan Dr YAP Prawirohusodo, GBPH Prabukusumo, mengharapkan RS Mata Dr YAP tetap aktif dan memberi kontribusi untuk kesehatan masyarakat. Ia merasa bersyukur selama 26 tahun menjadi ketua umum Yayasan Dr YAP Prawirohusodo RS Mata Dr YAP mengalami kemajuan yang signifikan.

 

Ini Dia Daftar Startup Lolos Seleksi Program Akselerator Kemenkes, Reckitt dan East Ventures

program akselerator
Foto: fightforaccess.org.

Kemenkes bersama East Ventures (Investor di Asia untuk bidang teknologi) dan Reckitt mengumumkan startup yang lolos seleksi program akselerator. Turut terlibat pula UN Health Innovation Exchange (HIEx).

Ada dua jenis program akselerator, yaitu Fight for Access Accelerator dari Reckitt dan Health Innovation Sprint Accelerator dari East Ventures. Diharapkan dari sini akan lahir calon-calon unicorn baru.

“Pengumuman ini sekaligus sebagai kesempatan untuk mereka yang sudah mendapatkan akses ke regulatory sandbox kesehatan. Kami berharap regulasi yang dikeluarkan pemerintah dapat mengikuti perkembangan inovasi teknologi kesehatan,” ujar Setiaji selaku staf ahli di bidang teknologi kesehatan Kemenkes, dilansir dari TechinAsia (31/05/2023).

Daftar Startup yang Berhasil Lolos Program Akselerator dari East Ventures

program akselerator
Foto: east.vc.

Program Health Innovation Sprint Accelerator adalah program yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan East Ventures untuk mendukung startup dan inovator di bidang kesehatan.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan melalui inovasi di sektor healthtech dan biotech. Dari 145 startup yang mendaftar, hanya 10 yang terpilih untuk mengikuti program dan mendapatkan investasi sebesar Rp2,5 miliar dalam bentuk convertible notes.

Berikut adalah daftar 10 startup yang berhasil lolos seleksi program Health Innovation Sprint Accelerator:

  1. Fatkilla: layanan yang menyesuaikan rencana diet dan olahraga sesuai kebutuhan
  2. CoFilm+: startup yang menyediakan aplikator coating dan cat pelapis yang mampu membunuh bakteri
  3. Healthpro: startup yang memfasilitasi pemesanan tenaga kesehatan secara on-demand
  4. Neurabot: layanan yang menyajikan laboratorium digital
  5. Gizi Nusantara: aplikasi yang memberikan konsultasi gizi makanan dan kesehatan
  6. Nexmedis: startup yang memodernisasi sistem fasilitas layanan kesehatan
  7. Pathgen: startup yang menawarkan layanan diagnostik untuk mendeteksi kanker
  8. RADScan: platform online yang menggunakan AI untuk diagnostik
  9. Sepsis 360: layanan diagnostik sepsis dengan metode PCR
  10. Vinera: startup yang mengembangkan aplikasi VR untuk terapi penyakit stroke.

7 Startup yang Berhasil Lolos Program Fight for Access Accelerator

program akselerator
Foto: fightforaccess.org.

Reckitt dan Health Innovation Exchange (HIEx) mengumumkan nama-nama startup yang lolos seleksi program Fight for Access Accelerator. Program ini bertujuan untuk memberdayakan dan menginvestasikan startup kesehatan yang dipimpin oleh perempuan untuk meningkatkan akses kesehatan di Indonesia.

Berikut adalah startup yang terpilih:

  1. Neurabot: layanan laboratorium digital yang memanfaatkan kecerdasan buatan
  2. Primaku: aplikasi yang menyediakan konsultasi tumbuh kembang anak secara online
  3. Littlejoy: layanan yang memberikan solusi nutrisi gizi anak yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka
  4. PedisCare: layanan on-demand yang menawarkan perawatan luka profesional di rumah
  5. Riliv: startup yang menawarkan layanan kesehatan mental berbasis aplikasi
  6. Kita App: aplikasi yang memberikan informasi kehamilan yang akurat dan terpercaya
  7. Lovecare: startup yang menyediakan tenaga kesehatan on-demand untuk berbagai kebutuhan

Startup-startup ini akan mendapatkan dukungan berupa bootcamp, mentoring, serta pendanaan hibah sebesar US$25.000 (sekitar Rp374 juta) per startup dari Reckitt Fight for Access Fund.

 

Startup MedTech Amili Fokus Mempelajari Microbiome Usus

startup medtec amili
Foto: e27.

Didirikan tahun 2019 oleh CEO Jeremy Lim bersama David Ong dan Jonathan Lee, startup MedTech Amili bergerak di penelitian lanjutan microbiome usus. Dari penelitian ini kemudian akan dijadikan berbagai produk dan layanan praktis.

Microbiome adalah komunitas mikroorganisme yang biasanya dapat ditemukan hidup bersama di setiap habitat. Definisinya pada tahun 1988 oleh Whipps et al. diartikan sebagai “Komunitas mikroba khas yang menduduki habitat yang cukup terdefinisi dengan baik yang memiliki sifat fisio-kimia yang berbeda. Istilah ini tidak hanya mengacu pada mikroorganisme yang terlibat tetapi juga mencakup teater aktivitas mereka”.

Dalam hal ini, microbiome usus dapat disimpulkan sebagai jutaan mikroorganisme yang hidup bersama di dalam usus. Mikroorganisme ini termasuk bakteri, virus, dan jamur yang hidup pada saluran pencernaan. Mereka memegang peranan penting dalam hampir seluruh aspek kesehatan manusia. Mulai dari pencernaan, fungsi imun, kesehatan mental, dan perlindungan diri dari penyakit.

Saat ini, startup MedTech Amili menyediakan serangkaian pelayanan microbiome usus. Perusahaan ini bertujuan membantu tenaga medis profesional dalam memberikan pelayanan pasien. Selain itu juga mengembangkan formula probiotik yang dirancang khusus untuk konsumen Asia. Perusahaan rintisan ini juga menjadi bank transplantasi microbiome.

Startup MedTech Amili Menciptakan Basis Data Microbiome Multietnis Asia

Amili menjalin kerjasama dengan rekan peneliti regional. Dari situ mereka membuat basis data microbiome multi etnis. Data tersebut digunakan untuk pengembangan ke depan. Salah satunya layanan uji microbiome pertama kalinya di Singapura yang bisa dilakukan di rumah.

Perusahaan rintisan ini juga menyediakan campuran probiotik pertama kalinya di wilayah Asia. Termasuk di dalamnya prebiotik dan postbiotik.

Amili memiliki tiga aset dasar yang sangat penting:

  • Basis data microbiome multi etnis di Asia
  • Bank mikrobiom dengan penyimpanan sampel untuk analisis metagenomik dan metabolomik
  • Membuat seperangkat alat analitik, jalur informasi, dan mesin pendeteksi yang dijadikan satu ke dalam Amili Prime.

“Selain bidang kedokteran, mikrobiom juga penting dalam bidang pangan dan pertanian. Amili juga berharap dapat berkontribusi dalam inovasi di bidang ini, terutama dalam makanan yang meningkatkan kesehatan dan menangani masalah pendek dan gizi buruk,” kata Lim selaku CEO dilansir dari e27 (30/05/23).

Telah Mendapatkan Pendanaan Seri A

Vulcan Capital (kini Cercano Ventures), lengan investasi dari almarhum Paul Allen, salah satu pendiri Microsoft Corp, memimpin dana Seri A sebesar US$10,5 juta untuk Amili pada bulan Juni 2022. Beberapa perusahaan lain yang juga ikut serta adalah Grup Pruksa, TVM Capital Healthcare, Emtek Group, Capital Code, Pureland Group, Blue7, GK Goh, dan SEEDS Capital.

Amili adalah perusahaan teknologi kesehatan. Mereka berfokus pada penyediaan layanan kesehatan digital yang terjangkau dan berkualitas di Asia termasuk Indonesia. Pendanaan ini diharapkan dapat membantu Amili mengembangkan platformnya dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik.

 

Sistem Penanganan Limbah Medis: Solusi Mengurangi Dampak Negatif dari Sampah Rumah Sakit

sistem penanganan limbah medis
Ilustrasi penyortiran sampah rumah sakit. Foto: Wikipedia.

Berbagai bahan yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit, klinik, atau tempat lainnya dapat menjadi limbah yang berbahaya. Karena itu dibutuhkan sistem penanganan limbah medis yang baik dan aman.

Hasil buangan dari kegiatan di fasilitas kesehatan (faskes) dapat mengandung zat-zat berbahaya seperti mikroorganisme patogen, bahan kimia, obat-obatan, logam berat, atau bahan radioaktif. Apabila ini semua dibiarkan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Ancaman seperti pencemaran tanah, air, dan udara, penyebaran penyakit menular, keracunan, atau bahkan kematian bisa saja terjadi.

Artikel ini akan mencoba membahas apa dan bagaimana sistem penanganan limbah medis yang baik. Diharapkan dapat menjadi informasi bagi pemilik faskes khususnya rumah sakit, dan pelaku industri kesehatan secara luas.

Definisi Sistem Penanganan Limbah Medis (Medical Waste Treatment System)

sistem penanganan limbah medis
Ilustrasi penyortiran sampah rumah sakit. Foto: Wikipedia.

Secara umum, sistem penanganan limbah medis dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan limbah medis. Seluruhnya dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi volume, toksisitas, dan potensi infeksi dari limbah medis. Juga demi memanfaatkan sumber daya dan energi yang terkandung di dalamnya.

Halaman berikut: Saran WHO tentang Sistem yang Baik

RS Paru Kabupaten Jember Sukses Operasi Aneurisma Otak Perdana

rs paru kabupaten jember
Operasi aneurisma di RS Paru Jember. Foto: Antara.

Pada hari Sabtu (27/05/2023), Rumah Sakit (RS) Paru Kabupaten Jember berhasil melaksanakan tindakan operasi aneurisma otak untuk pertama kalinya. Tindakan ini dilakukan bersama pendampingan dari tim dokter RSUD dr Soetomo Surabaya.

Operasi bedah saraf clipping aneurisma otak tersebut dilakukan terhadap seorang pasien berusia 47 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Lokasi tindakan berada di salah satu ruangan operasi RS Paru Kabupaten Jember.

“RS Paru menjadi rumah sakit pertama yang mengadakan operasi bedah saraf clipping aneurisma otak. Khususnya di Jawa Timur bagian timur. Sebelumnya penanganan bedah saraf seperti ini hanya mungkin dilakukan di RSUD dr Soetomo Surabaya dan RSUD Syaiful Anwar Malang,” ucap Direktur RS Paru dr Sigit Kusumajati dilansir dari Antara.

Ketika pasien stroke yang diakibatkan pecahnya aneurisma harus dirujuk ke RSUD dr Soetomo, mereka harus menempuh waktu yang tidak sedikit. Mulai dari menunggu antrian karena pasien cukup banyak, sementara harus segera ditangani secepat mungkin.

Kemampuan RS Paru Kabupaten Jember Ditengarai Mampu Mengurai Masalah Penanganan Stroke

rs paru kabupaten jember
Ilustrasi stroke. Foto: Wikipedia.

Seiring kemampuan RS Paru Kabupaten Jember dalam menangani bedah saraf aneurisma otak diyakini mampu membantu memecahkan sengkarut penanganan stroke khususnya di Jawa Timur. Masyarakat tidak perlu pergi jauh demi mendapatkan tindakan.

“Masyarakat Jember atau kabupaten lain di wilayah Tapal Kuda tidak perlu datang ke Surabaya untuk mengikuti bedah saraf aneurisma otak. Sebab RS Paru Jember dapat menyediakan pelayanan bedah saraf tersebut. Tentunya didukung SDM dan alat kesehatan yang kompeten,” tuturnya.

Ia memaparkan RS Paru Jember telah lama menyiapkan pelayanan operasi tersebut sejak tahun 2017. Tetapi baru tahun 2023 dapat mengadakan operasi bedah saraf clipping aneurisma. Tindakan itu didampingi tim RSUD dr Soetomo dan dukungan dari Pemprov Jatim untuk menyediakan alat kesehatan canggih yang diperlukan.

Sementara ketua tim operasi bedah saraf dari RSUD dr Soetomo, dr Asra Al Fauzi, Sp.BS(K) mengungkapkan bahwa operasi tersebut dilakukan untuk menghalau pecahnya pembuluh darah. Karena apabila dibiarkan bisa mengakibatkan pendarahan otak hingga kematian.

Dr Asra yang sekaligus pendiri Brain & Spine Center di Surabaya juga menyampaikan tidak semua RS mampu melaksanakan bedah saraf aneurisma. Alasannya karena dibutuhkan kualitas SDM berkualitas dan alkes canggih.

Ia menyampaikan bahwa RS Paru Jember sudah memenuhi syarat untuk melakukan operasi bedah saraf aneurisma. Karena memiliki SDM berkualitas dan sistem alat kesehatan yang mendukung.

“Mungkin satu atau dua kali kami bisa membantu dalam melaksanakan tindakan operasi bedah saraf clipping aneurisma otak, setelah itu saya percaya tim dokter RS Paru sudah memiliki pengalaman untuk bisa melakukan operasi tersebut sendiri,” katanya.

 

Business Forum Indonesia Iran Upaya Menguatkan Sistem Kesehatan Dalam Negeri

business forum indonesia iran
Forum bisnis Indonesia dan Iran. Foto: Sehat Negeriku Kemkes.

Business forum Indonesia dan Iran diadakan untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan sistem kesehatan melalui bidang farmasi dan alat kesehatan. Lokasi pertemuan berada di Hotel JW Marriot, Jakarta dilansir dari situs Sehat Negeriku Kemkes, pada hari Rabu (24/5).

Banyak perusahaan swasta dan pemerintah atau negara yang berinvestasi besar-besaran pada perdagangan obat dan alat kesehatan. Sementara itu Iran telah menorehkan kemajuan luar biasa di sektor kesehatan.

Produksi untuk memenuhi kebutuhan farmasi dan alat kesehatan 95% terjadi di dalam negeri. Kemudian kebutuhan medis terpenuhi secara nasional pada tahun 2022 sekaligus mengukuhkan Iran sebagai negara tangguh di dunia.

Obat-obatan yang diproduksi swasta antara lain anti kanker dan aneka jenis vaksin. Kemudian berbagai alat modern seperti ventilator, CT scan, alat yang ditujukan untuk pasien penyakit jantung, implan gigi dan perangkat lain di dunia medis sudah produksi secara domestik.

Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, selaku Wakil Menteri Kesehatan RI menilai business forum Indonesia dan Iran ini penting. Khususnya dalam mendukung sistem kesehatan Indonesia. Kerja sama tersebut meliputi ketahanan sistem melalui pengembangan farmasi dan alat kesehatan, investasi, transfer pengetahuan teknologi dan rantai pasok di sektor kesehatan.

Business Forum Indonesia Iran Menghadirkan Inovasi Industri Kesehatan

Di dalam forum bisnis tersebut juga dihadirkan inovasi di dalam dunia teknologi kesehatan. Salah satunya operasi menggunakan robot hasil kerjasama kedua negara.

“Pada hari Selasa (23/5) kemarin, kami menampilkan terobosan dalam inovasi operasi robotik (telerobotic surgery) hasil dari kerjasama dengan Iran. Inilah bentuk kerja sama antara ilmuwan bedah dan industri dari kedua negara. Mereka saling berbagi pengetahuan teknologi,” ujar Prof. Dante.

Vice-President I.R. Iran Scientific & Technology and Knowledge-Based Economy, Rohullah Dehghani Firouzabadi menambahkan, salah satu bentuk kerja sama yang akan direalisasikan ke depan terkait dengan bidang kesehatan dan industri farmasi.

Sebagaimana telah dipahami, nilai bisnis seputar alat medis dan obat-obatan mencapai angka $500 miliar.

“Di Iran sendiri terdapat 10.000 perusahaan swasta. Mereka bergerak di bidang kedokteran farmasi sampai obat-obatan. Kemudian ada lebih kurang 640 perusahaan spesialis di bidang peralatan medis,” ujar Firouzabadi.

“Menurut pendapat saya bahwa kerja sama antara Iran dan Indonesia dapat diwujudkan. Salah satunya melalui kerja sama antara perusahaan-perusahaan dengan kepentingan dan tujuan yang sama di bidang ini. Kita bisa memproduksi obat-obatan maupun peralatan-peralatan medis bersama. Kemudian juga mentransfer pengetahuan teknologi kesehatan kami,” tutur Firouzabadi.