spot_img

Omron healthcare dan iAPPS Kembangkan Layanan Kesehatan Preventif Untuk Kalangan Bisnis

Gambar: www.youtube.com

Produsen alat kesehatan (alkes) Omron Healthcare dan pengembang software asal Singapura iAPPS melakukan sebuah perusahaan joint venture bernama HeartVoice yang menyediakan produk jasa manajemen kesehatan untuk kalangan bisnis. Model bisnis HeartVoice sendiri fokus pada layanan kesehatan yang sifatnya preventif. Yaitu membantu pekerja mengurangi resiko kondisi kesehatan dengan gejala endemik seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes.

iAPPS sendiri merupakan pengembang sistem pemesanan dan pembayaran ActiveSG yang beroperasi  di lebih dari 20 pusat olahraga di seluruh Singapura. Terakhir, ActiveSG tercatat sudah memiliki lebih dari 1.6 juta user dan sudah mengembangkan program dan fasilitasnya sebagai kanal untuk mendorong perubahan positif perilaku masyarakat.

Sementara itu, Omron Healthcare berkomitmen mengatasi tingginya pengeluaran biaya kesehatan akibat penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup. Di Singapura, Omron memasarkan perangkat kesehatan home-use seperti pemantau tekanan darah dan pemantau komposisi tubuh, bersamaan dengan penyediaan dukungan layanan melalui aplikasi smartphone “Omron connect” untuk manajemen data kesehatan.

HeartVoice ini akan ditenagai oleh manajemen akun dan keuangan iAPPS. Dan untuk perangkat kesehatan personal seperti pemantau tekanan darah dan komposisi tubuh, tentunya akan menggunakan produk-produk besutan Omron.

Selain menyediakan jasa layanan pemantau kesehatan preventif untuk bisnis, HeartVoice juga sedang mengembangkan jasa pemantau kesehatan yang bisa bekerja dari jarak jauh atau remote untuk pasien hipertensi. Setelah nanti selesai dikembangkan, rencananya HeartVoice akan berkolaborasi dengan klinik dan institusi medis di Singapura dan negara lainnya di untuk memasarkan layanan kesehatan ini.

Saat ini HeartVoice memang baru tersedia di Singapura, namun ke depannya akan memperluas jangkauan ke negara Asia lainnya.

Pemkab Buleleng Bali Resmikan Rumah Sakit BaliMed

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana saar resmikan RS Balimed Buleleng. Gambar: wartabalionline.com

Rumah Sakit BaliMed Buleleng, Provinsi Bali sudah dibuka. Hal tersebut ditandai dengan proses peresmian pada Sabtu (02/03/2019).

Rumah Sakit BaliMed Buleleng sendiri merupakan milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) yang didedikasikan untuk memberikan layanan kesehatan kepada masyrakat Buleleng dan sekitarnya. Sedangkan pengelolaannya akan dilaksanakan oleh PT. Dharma Medistra sebagai mitra kerja Pemkab.

Menurut Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dalam membangun fasilitas kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas, harus mempertimbangkan jumlah penduduk seluruh kabupaten.

“Jumlah penduduknya berapa, rata-rata penduduk yang sakit setiap bulan berapa ini harus disurvey dan dihitung berapa prosentasenya. Sehingga kita bisa memprediksi kebutuhan kamar pasien di seluruh rumah sakit. Jika penduduknya 800 ribu, maka di kabupaten itu harus ada 800 kamar pasien, tersebar di beberapa rumah sakit,” tuturnya.

Dirinya menambahkan, ketersediaan kamar ini sangat penting. Jadi jangan sampai rumah sakit kekurangan kamar sehingga banyak pasien yang tidak terlayani. Idealnya satu banding seribu. Terkait hal ini, menurut pihak PemKab kamar pasien Kelas III, Kelas II, hingga kamar Kelas I semuanya ber-AC dan memiliki Standart Operasional Prosedur yang baik.

Tak hanya fasilitas kamar, pihak Pemkab juga menyatakan bahwa rumah sakit ini memiliki fasilitas CT-Scan dan 56 dokter spesialis. Tak hanya itu, ada juga ruang ICU, HCU, dan ICCU yang dilengkapi 13 tempat tidur

“Perbanyak dokter spesialis, dukung mereka dengan alat-alat kesehatan yang canggih. Maka pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan semakin baik. Tugas kita sebagai Pemerintah hanya menyiapkan fasilitas dan alat kesehatan yang bagus saja. Jika semuanya bagus, pasti para dokter semangat bekerja dan tulus melayani,” tutup Bupati Buleleng tersebut.

Pasien RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Kini Sudah Bisa Mendaftar Secara Online

Gambar: rssp.sragenkab.go.id

Tren digitaisasi sistem demi pelayanana yang lebih baik semakin banyak diadopsi oleh instansi-instansi layanan kesehatan di Indonesia. Tak mau ketinggalan, RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen sudah ikut berinovasi dalam hal ini.

Kini bagi pasien RSUD tersebut tidak perlu lagi mendaftar manual dengan datang langsung. Karena pendaftaran sudah bisa dilakukan lewat aplikasi online Smart IT (Daftar Online RSSP) untuk smartphone berbasis Android yang bisa diunduh di Google Playstore .

Menurut Kepala RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Didik Haryanto, aplikasi pendaftaran pasien online ini merupakan terobosan guna meningkatkan pelayanan pasien agar tidak terjadi antrean panjang di RSUD.

Sementara itu, Kasubag Teknologi Informasi (TI) Setiana menjelaskan bahwa sebenarnya aplikasi online Smart IT sudah mulai dikembangkan sejak 2017 tetapi baru bisa berjalan efektif per Juli 2018 lalu. Dan Maret 2019, mereka bertekad untuk lebih menggencarkan sosialisasi.

“Ya, kalau punya nomor rekam medis tinggal memasukkan dalam kolom yang tersedia maka secara otomatis database pasien sudah muncul secara otomatis. Nomor rekam medis itu terdiri minimal lima digit. Untuk pendaftarannya bisa dilakukan dua hari sebelumnya atau satu hari sebelumnya. Jadi tidak harus datang pada pukul 05.00 WIB hanya untuk ambil nomor pendaftaran manual di RSUD. Setelah mendaftar online, pasien akan mendapat nomor antrean sesuai hari dan jam yang dipilih,” jelas Setiana, sebagaimana MedX kutip dari Solopos.com.

Dirinya melanjutkan, dari hasil evaluasi tim IT RSUD saat ini aplikasi pendaftaran online tersebut bisa mengurangi antrean pasien rawat jalan sekitar 10%-15%. Sedangkan jumlah pasien rawat jalan rata-rata mencapai 400.000 orang per bulan.

“Kami terus sosialisasi. Rencana kami sosialisasi dengan menggandeng puskesmas agar bisa dimanfaatkan dengan baik. Pendaftaran itu mudah karena bisa dilakukan menggunakan ponsel,” pungkasnya.

Manfaatkan AI dan Big Data, Jepang Akan Revolusi Sistem Layanan Kesehatannya

Gambar: netjpc.com

Menurut perusahaan riset GlobalData, rencana Jepang untuk memaksimalkan penggunaan teknologi termasuk big data dan kecerdasan buatan (AI) dalam merevolusi sistem layanan kesehatan di negaranya dapat dijadikan contoh bagi negara lain.

Sebelumnya Jepang  berkomitmen untuk mendorong sektor layanan kesehatan sebagai prioritas pada 2016 lalu di bawah program ‘Japan Revitalization Strategy 2016 – Towards the Fourth Industrialization.’ Sebagai bagian dari strategi, penyediaan dukungan diagnosis dan obat-obatan inovatif serta peralatan medis yang menggunakan big data, Internet of Things (IoT), dan meningkatkan kualitas serta produktivitas keperawatan dengan menggunakan teknologi robot dan sensor. Ketiga hal tersebut ditetapkan sebagai area fokus utama  dalam program revolusi kesehatan ini.

GlobalData juga menyatakan bahwa Jepang selalu menjadi negara terdepan dalam hal penggunaan teknologi. Terdapat tekanan dalam ekonomi Jepang seperti perlambatan ekonomi, kenaikan pengeluaran layanan kesehatan dan populasi yang semakin menua. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan negara maahari terbit itu dalam satu dekade ke depan. Karena itulah, fokus pada penggunaan teknologi dibutuhkan secepatnya. Penggunaan efektif teknologi termasuk big data dapat mendorong perubahan revolusioner dengan meningkatkan efisiensi operasional pada berbagai tahap layanan kesehatan bersamaan dengan pengurangan biaya dan pemberian manfaat bagi pasien.”

Pemerintah Jepang sudah memulai berbagai tahap untuk memperbaharui sistem layanan kesehatan negara. Terakhir, mereka menerapkan Jisedan Iryo-kiban Ho (Undang-undang Infrastruktur Medis Generasi Terbaru) untuk mendorong penggunaan big data sektor medis bagi kepentingan penelitian penyakit dan perkembangan obat-obatan terbaru.

Di bawah undang-undang ini, privasi data tetap dijaga kepentingannya, baik itu untuk pengumpulan maupun penyebarannya. Penyebaran data adalah aspek penting setelah melonjaknya kekhawatiran di Inggris atas kasus bocornya data kesehatan 1.6 juta pasien yang tersebar di Google, termasuk akses data sensitif didalamnya.

Tidak hanya itu, Jepang juga telah menyelesaikan Proyek Medical Information Database Network (MID-NET) untuk menyusun jaringan database informasi medis baru dalam rangka penilaian keamanan oleh Kementrian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan (MHLW) serta Pharmaceuticals dan Medical Devices Agency (PMDA). Pendekatannya direncanakan berdasarkan metode pharmaco-epidemiological dengan menggunakan data real-world.

Database MID-NET mencakup informasi medis penting termasuk hasil tes laboratorium, data klaim, dan data pembayaran untuk 4 juta pasien. Database ini aktif digunakan dan akan membantu meningkatkan proses pengembangan obat-obatan dan alat kesehatan di Jepang.

Jepang juga mengklaim siap mendirikan 10 rumah sakit berbasis AI pada 2022 mendatang dengan nilai investasi lebih dari 100 juta Dolar AS. Dengan langkah ini, Jepang berencana menangkal masalah kekurangan personil medis dan kenaikan pengeluaran medis.

Kesimpulannya adalah Jepang berkeinginan keras mengembalikan posisi terdepannya dalam bidang teknologi. Fokus pada teknologi kesehatan akan menciptakan era baru bagi perusahaan farmasi dan alat kesehatan.

RSUD Kotaagung Segera Miliki Dokter Spesialis Mata

Gambar: Harianpilar.com

Pemkab Tanggamus, Propinsi Lampung dikabarkan merencanakan penambahan tenaga dokter spesialis mata untuk Sakit Umum Daerah (RSUD) Kotaagung. Pj. Sekretaris Kabupaten Tanggamus Hamid H. Lubis mengatakan, ini merupakan salah satu langkah program pembenahan RSUD.

Dirinya menyatakan bahwa program pembenahan ini akan dilakukan secara bertahap. Mulai melengkapi peremajaan prasarana alat kesehatan (alkes) hingga penambahan tenaga medis termasuk dokter spesialis mata.

“Dengan bertambahnya dokter spesialis mata ini, maka keberadaan dokter spesialis di RSUD Kotaagung semakin lengkap,” imbuh Hamid H. Lubis, sebagaimana MedX kutip dari Radarlampung.co.id.

Semua ini dilakukan guna memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat.

“Saat ini, jika sakit pada mata warga harus berobat keluar Tanggamus. Nah, dengan adanya dokter spesialis mata di RSUD Kotaagung maka mereka tidak perlu lagi jauh-jauh berobat,” lanjut dia.

Sebagai RSUD tipe C, RSUD Kotaagung telah memiliki sejumlah dokter spesialis. Diantaranya dokter spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, spesialis anastesi, spesialis ortopedi dan spesialis radiologi.

Wisata Medis Capai Nilai Industri Hingga 9 Miliar Dolar AS Pada 2020

Gambar: itmj.com

Terdapat banyak alasan untuk mengunjungi India: budaya, makanan, hingga cuacanya. Namun beberapa tahun belakangan ini muncul faktor penarik lainnya yaitu layanan kesehatan.

Menurut Kementrian Pariwisata India, wisata medis atau medical tourism negara berjuluk Negeri Anak benua tersebut diperkirakan mencapai angka 9 miliar Dolar AS pada tahun 2020 mendatang. Pertumbuhannya mencapai 200% persen.

Hal ini ada berbagai faktor, salah satunya memang mereka belakangan tengah berbenah di sektor kesehatan sehingga bisa memiliki fasilitas canggih, dokter yang kompeten, dan penanganan dengan biaya terjangkau.

“India dapat menyediakan layanan medis dan kesehatan sesuai standar internasional dengan biaya rendah,” ujar Menteri Pariwisata KJ Alphons.

Selain itu, India juga menawarkan praktek tradisional yang namanya cukup mendunia. Sebut saja, Ayurveda, Yoga, Unani, Siddha, dan Homeopathy.

Ayurveda adalah sistem pengobatan kuno India berdasarkan konsep keseimbangan dalam tubuh. Konsep ini juga menggunakan pengobatan herbal dan pernapasan Yoga. Siddha dan Unani juga serupa dengan pendekatan holistik untuk menemukan harmoni antara pikiran dengan tubuh. Siddha dipercaya berasal dari daerah Tamil Nadu, sedangkan Unani bersumber dari Yunani kuno.

Pada 2015 lalu, India menempati posisi ketiga tujuan wisata medis paling terkenal dan berhasil meraup untung hingga 3 miliar Dolar AS. Jumlah wisatawan asing yang berkunjung dengan visa medis saat itu berkisar di angka 234.000 orang. Dan pada 2017, angkanya meningkat hingga 495.056 orang.

“Perijinan visa e-tourist juga sudah diperluas menjadi kunjungan medis juga. Visa kunjungan medis sudah diperkenalkan untuk mempermudah proses kunjungan bagi wisatawan medis. Durasi kunjungan maksimum di India menggunakan e-medical visa tidak lagi hanya selama enam bulan.” lanjut Alphons.

Untuk diketahui, di seluruh dunia sekitar 14 hingga 16 juta pasien bepergian ke luar negeri guna mendapatkan perawatan sepanjang 2017 lalu. Menurut data Patients Beyond Borders, pasar pariwisata medis global diperkirakan akan bernilai 45.5 hingga 72 miliar Dolar AS.

Fujifilm Resmikan Kesepakatan Kerjasama Dengan Gastrologix Untuk Produk Endoskopinya

Gambar: www.worldvectorlogo.com

Fujifilm Medical Systems Amerika Serikat baru saja meresmikan kemitraannya dengan Gastrologix, sebuah Organisasi Pembelian Kelompok (GPO) di wilayah Amerika Serikat (AS) yang menyediakan pengadaan alat kesehatan (alkes) khusus untuk dokter spesialis gastroenterologi.

Dikutip dari situs DOTmed, kerjasama ini menjadikan Fujifilm sebagai sumber tunggal atau sole-source untuk alat-alat Endoskopi bagi Gastrologix. Sehingga GPO tersebut bisa menyalurkan teknologi endoskopi yang berkualitas ke jaringan dokter-dokter spesialis gastroenterologi di AS dengan harga lebih terjangkau.

“Kami menghargai kepercayaan Gastrologix kepada Fujifilm dengan memilih kami sebagai vendor untuk solusi pencitraan endoskopi,” kata Johann Fernando Chief Operating Officer FUJIFIM Medical Systems AS.

Gastrologix sendiri mengklaim bahwa mereka memiliki misi untuk membantu praktik dokter spesialis gastroenterologi agar lebih efisiens yang pada akhirnya akan memperkuat ikatan antara dokter dan pasien.

Adapun kerjasama ini mencakup seluruh produk endoskopi Fujifilm, termasuk ELUXEO Endoscopic Visualization System, 700 Series Endoscopes, 530 Series Bronchoscopes dan endoscopes, bronchoscopes video ultrasonic, serta Double Balloon Endoscopy System.

Kolaborasi RSK Dharmais, Prudential dan YOAI, Bangun Bangsal Khusus Pasien Kanker Berusia Remaja

Bekerja sama dengan Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) dan Prudential Indonesia, RS Kanker Dharmais Jakarta resmi membuka fasilitas ruangan rawat atau bangsal khusus bagi pasien kanker yang berusia remaja. Fasilitas ini merupakan yang pertama di Indonesia.

Bangsal khusus pasien kanker tersebut diresmikan kemarin (27/2). Turut hadir meresmikan adalah Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F. Moeloek dan Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia.

Menkes Nila mengatakan masalah kanker adalah masalah yang harus diselesaikan bersama. Pada anak-anak, kanker yang menyerang kebanyakan adalah leukemia. Dia juga berpesan kepada asuransi swasta untuk ikut mengkampanyekan program Germas (Gerakan Masyarakat Sehat).

Pada kesempatan yang sama, Jens Reisch President Director Prudential Indonesia mengatakan kesehatan dan keselamatan merupakan salah satu inti dari Program Community Investment Prudential Indonesia seiring dengan upayanya dalam menciptakan Indonesia yang lebih sehat.

“Kami telah berkolaborasi dengan YOAI sejak 2003, dan kami berkomitmen untuk membantu anak-anak penderita kanker agar bisa mendapatkan bantuan pengobatan dan perawatan di bangsal yang memadai di rumah sakit,” ujar Jens.

Pada awalnya RS Kanker Dharmais memiliki ruangan khusus anak-anak. Pada tahap pertama luasnya hanya 500 meter persegi. Kemudian diperluas kembali menjadi 1.000 meter persegi. Dan saat ini juga memiliki ruangan khusus penderita kanker usia remaja yang berada di lantai empat dan memiliki lebih dari 40 ruang perawatan. Untuk membangun semua ini menghabiskan dana sekitar 4,5 miliar yang merupakan pemberian dari Prudential Indonesia kepada RS Kanker Dharmais.

Lalu kenapa ada ruangan kanker khusus remaja? Menurut Direktur Utama RS Kanker Dharmais Abdul Kadir, ini karena pasien kanker tinggal di RS selama berbulan-bulan. Dalam tempo yang lama tersebut, remaja penderita kanker tetap harus menjalani kegiatan sekolah. Kemudian mereka juga butuh tempat bersosialisasi. Di bangsal khusus tersebut, juga disiapkan ruangan untuk psikolog bagi penderita kanker yang membutuhkan pendampingan.

Eka Hospital Pekanbaru Gelar Seminar Pencegahan Kecelakaan Kerja

Gambar: detaksatu.com

Dalam Rangka Memperingati Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional 2019, Eka Hospital Pekanbaru menggelar Seminar & Workshop K3 di Auditorium Lt. 8 Eka Hospital Pekanbaru pada Selasa (26/2/2019) lalu.

Menggandeng Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Riau beserta BPJS Ketenagakerjaan, perhelatan ini memiliki tema “Pencegahan dan Penatalaksanaan Awal Kecelakaan kerja”. Acara tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu dr. Kristina A. W., SpEM dan dr. Reny Mulyani, SpOK.

Pada kesempatan tersebut, CEO Eka Hospital Pekanbaru, Romi Jaya menegaskan bahwa K3 merupakan salah satu aspek perlindungan ketenagakerjaan dan menjadi hak dasar dari setiap tenaga kerja yang ruang lingkupnya telah berkembang sampai kepada keselamatan dan kesehatan masyarakat secara nasional.

“Oleh karena itu dalam kondisi apapun K3 wajib untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan standar baik nasional maupun internasional,” ujarnya.

Kendati begitu, Romi mengingatkan kepada seluruh insan K3 untuk tidak lengah karena kelengahan bisa berakibat fatal. Sesuai dengan kaidah K3, sesuatu yang kelihatan sangat sepele apabila diabaikan bisa menimbulkan petaka besar yang sangat merugikan perusahaan dan berujung pada penyesalan.

Sementara itu, dr. Kristina A. W., SpEM yang membawakan tema “Layanan Trauma Center Eka Hospital Pekanbaru, Luka Bakar dan Luka Robek dan Pendarahan,” mengingatkan kepada para insan K3 agar lebih respon dalam hal terjadi kecelakaan kerja di perusahaan, terutama dalam pertolongan pertama yang dilakukan.

Sedangkan dr. Reny Mulyani, SpOK yang membawakan tema “Manajemen Kelelahan Kerja,” menyampaikan bahwa setiap penempatan kerja seseorang harus dilihat dari aspek kesehatanya. Untuk itu antara insan K3 dan bagian SDM harus bisa saling berkolaborasi agar tidak terjadi insiden di tempat kerja.

Medtronic Luncurkan Alat Terapi Untuk Penderita Epilepsi

Gambar: www.mpo-mag.com

Menurut penelitian, sekitar sepertiga penderita epilepsi sudah tidak bisa lagi diobati dengan metode penggunaan obat dan ini membuat penderitanya memiliki sedikit kemungkinan untuk sembuh. Hal ini membuat salah satu raksasa produsen alat kesehatan Medtronic meluncurkan produk Deep Brain Stimulation (DBS) untuk membantu mengobati penderita epilepsi melalui jalur terapi.

Terapi DBS menggunakan pengiriman arus listrik kecil kepada nukleus anterior di dalam Thalamus. Bagian otak ini biasanya yang dilalui jaringan saat penyakit ini kambuh, dan menstimulasinya terbukti membantu mengurangi kejang-kejang akibat pernyakit ini. Terapi ini diperuntukkan untuk pasien epilepsi yang sudah mencoba tiga jenis obat berbeda namun masih belum ada kemajuan signifikan.

Berdasarkan ujicoba yang dilakukan, menunjukkan 75% pengurangan dari frekuensi kejang akibat epilespi rata-rata tujuh tahun setelah implantasi. Menunjukkan sebuah hasil yang cukup positif.

“DBS menyediakan opsi penanganan bagi pasien penderita epilepsi dan sudah tidak bereaksi terhadap obat-obatan,” ujar Robert E. Gross ketua dan Professor dari Emory University Department of Neurosurgery.

Dirinya melanjutkan, pasien pertama yang ditanamkan perangkat ini menunjukkan hasil positif. Terhitung dua bulan sejak perangkat diaktifkan, frekuensi kejang-kejangnya berkurang hingga lebih dari 50 persen. Dan mereka berharap peningkatannya bertambah pesat ke depannya.