spot_img

Investor Asal Jepang Akan Bantu RSUD Haji Makassar Untuk Tingkatkan Pelayanan

Kunjungan investor asal Jepang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Makassar. Foto: Tribun News

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Makassar dikabarkan telah mendapat kunjungan dari investor asal Jepang guna menata rumah sakit milik Pemprov Sulsel tersebut. Dikatakan oleh Direktur Rumah Sakit drg Haris Nawawi bahwa kunjungan tersebut fokus pada peningkatan standar pelayanan internasional.

Program ini sendiri merupakan inisiasi dari Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan. Adapun ruangan yang akan ditingkatkan adalah fasilitas maupun sistem pelayanannya. Yakni tempat tidur pasien dengan standar internasional di ruangan International Resource Development (IRD) di RSUD yang terletak di Jl Daeng Eppe, Makassar itu.

“Kunjungan investor Jepang di bidang pelayanan peningkatan mutu kesehatan, khususnya dalam bidang pelayanan peningkatan kesehatan ruang operasi dan ruang IRD dalam rangka menunjang program bapak Gubernur dan bapak Wakil Gubernur untuk mencapai kesehatan yang paripurna di Sulsel,” ungkap drg Haris Nawawi.

Dalam kunjungan ini sendiri hadir President Seo Corporation Kazuyoshi Soma, Managing Director Toyoda Asset Katsuji Kameda dan President Miyama Clean Toshinobu Seagusa.

Pil Telan Terbaru Pemantau Pencernaan

Terdapat beragam gangguan kondisi gastrointestinal yang mungkin dapat ditangani jauh lebih baik jika para ahli klinis mampu melihat apa yang terjadi dalam lambung pasien. Namun lambung penuh dengan zat asam dan pada akhirnya akan mengeluarkan apa saja yang ditelannya, menyulitkan sensor untuk tetap berada didalam dan memantau tubuh pasien dalam jangka waktu yang lama. Tim Peneliti MIT sedang mengembangkan cara baru menempatkan sensor dalam lambung yang akan tetap bertahan disana hingga pasien menginginkannya untuk dikeluarkan lagi.

Perangkat baru ini terbuat dari hidrogel, zat seperti gelatin, dan sodium polyacrilate, zat penyerap berkemampuan tinggi. Ukurannya hanya sebesar pil, namun begiut ditelan pil ini akan menyerap air dari lambung dan mengembang hingga hampir seukuran bola golf. Karena sudah menjadi besar, lambung tidak dapat mengeluarkannya hingga tetap bertahan didalam. Cara mengeluarkannya adalah hanya dengan meminum air yang diperkaya ion kalsium, yang akan mengerutkan bola pil dan membantunya berlanjut ke usus kecil.

Bola hidrogel ini dapat menyimpan berbagai sensor didalamnya, dan sejauh ini ujicoba termometernya sukses dipasang dan diujicoba pada hewan laboratorium. Perangkat ini mampu melacak temperatur di dalam lambung hewan selama sebulan, dan keluar kembali dengan hanya beberapa masalah kecil.

Pil Insulin Inovasi Terbaru Penangkal Diabetes

Gambar: medgadget.com

Injeksi Insulin adalah kenyataan sehari-hari pagi jutaan penderita diabetes dunia. Tidak seperti obat lain, insulin, yang merupakan protein, tidak bisa dijadikan seperti bentuk pil konvensional. Insulin hirup (afrezza) adalah opsi yang cocok bagi sebagian pasien, namun belum sepenuhnya diterapkan. Sekelompok tim peneliti dari MIT, Harvard, dan Novo Nordisk, perusahaan terdepan dalam produksi insulin, sedang mengembangkan pil yang mampu melekat sendiri pada dinding lambung untuk selanjutnya menyuntikkan obat dalam aliran darah.

Pil ini, yang sebelumnya diujicoba pada hewan babi, menggunakan mekanisme yang memastikan setelah ditelan, jarum suntiknya akan memposisikan sendiri mengarah didalam perut. Insulin kemudian didorong untuk membantu terapi, dan yang pasien butuhkan hanyalah dengan menelan pil tersebut.

Begitu insulin dilepaskan, dengan jumlah yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien, pil akan melepaskan diri dari dinding lambung dan meninggalkan tubuh bersamaan dengan sisa kotoran. Pil ini terdiri dari biodegradable polymer dan sebagian kecil besi baja, jadi terdapat sedikit kekhawatiran terhadap efek samping pil tersebut. Namun walaupun sedang dikembangkan untuk penghantaran insulin, pil ini juga berpotensi efektif untuk menghantarkan obat berbahan protein lainnya.

Tim peneliti kini sedang berusaha mengoptimalkan pil ini dan sedang memikirkan cara terbaik memproduksinya, untuk mewujudkan pencapaian besar yang selama ini hanya diimpikan dunia obat-obatan.

Kementrian Kesehatan Gelar Rapat Kerja Nasional dan Pameran Alat Kesehatan Buatan Dalam Negeri

Gambar: tribunnews.com

Kementerian Kesehatan menggelar Rapat Kerja Nasional 2019 di ICE BSD Tangerang Selatan mulai tanggal 11 hingga 13 Februari 2019 kemarin

Rakernas tersebut melibatkan sebanyak 1.948 peserta yang berasal dari Kemenkes, Dinkes dan lintas sektor swasta sepakat menghasilkan munculnya target Kemenkes yaitu meningkatkan cakupan Kesehatan Semesta (UHC).

Pada rakenas ini Kemenkes juga menggelar beragam pameran kesehatan, mulai dari alat kesehatan, obat-obatan-obatan dan eksibisi kesehatan seperti yang salah satunya ditawarkan oleh Nuri Teknik (Nuritek).

“Alhamdulillah, sudah setiap tahun kami berkesempatan mengikuti Rakernas Kemenkes yang dipercaya Perusahaan kami selalu menjadi kontribusi di bidang kesehatan di Indonesia. Kita banyak mendapatkan buyer, menampilkan produk kita yang nggak kalah bersaing dengan produk-produk asing,” papar Ahmad Syarifudin selaku Direktur Utama Nuri Teknik saat acara Rakernas Kemenkes.

“Sekarang kami hadirkan yang utama, 250 produk. Ada gynecological chair electric, ICU bed untuk anak, menja operasi, lemari mayat. Semuanya dibuat di Indonesia. Produk dalam negeri, semua dibuat di Cianjur,” kata sambungnya.

Meski dibuat di Indonesia, pria yang akrab disapa Iden ini menjamin setiap alat kesehatan yang dibuat Nuritek memiliki kualitas nomor satu dan tidak kalah dengan alat buatan luar negeri.

Begitu juga soal harga. Iden mengatakan setiap alat kesehatan yang ditawarkannya cukup terjangkau sehingga tak heran banyak yang terus melakukan pemesanan secara berulang.

“Kualitas dari kita bagus. Semua bahan baku kita pakai dalam negeri juga. Kita pakai dari Krakatau Steel. Walau bahan baku lebih mahal tapi harga kita murah jadi seimbang. Nggak kalah sama produk luar. Makannya banyak banget yang balik lagi ke kita untuk pesan,” tambah Ahmad.

“Contohnya kaya ICU bed pertama untuk anak. Itu sistemnya bisa diatur sendiri. Itu satu-satunya. Ada juga tempat tidur, dia baru banget,” tambahnya.

Dari beragam alat kesehatan yang ditawarkan, tempat tidur dan ginecolog elektrik menjadi salah satu di antara ratusan alat yang diminati.

Menariknya, konsumen bisa memesan barang dengan desain sesuai keinginan mereka. Di samping itu, setiap tahunnya, Nuritek selalu mengeluarkan model yang berbeda sehingga menghadirkan beragam pilihan menarik untuk konsumen.

“Tempat tidur, kursi ginecolog paling banyak (banyak peminat). Model selalu berganti setiap tahunnya. Gambar bisa sesuai permintaan. Untuk penjualan, kita udah masuk 34 provinsi. Kita jual dari Irian sampai Aceh. Sasaran kita rumah sakit, puskesmas apalagi sekarang ada BPJS,” paparnya.

Sementara tiap bulannya, Nuritek mampu memproduksi ribuan alat kesehatan. Ahmad Syarifudin pun berharap hadirnya pameran ini bisa mendorong pemerintah lebih memerhatikan dan mendukung produk dalam negeri. Selain itu, produk dalam negeri juga dapat lebih maju karena memiliki kualitas yang tidak kalah dengan alat kesehatan dari negara lain.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yakni Kementerian Kesehatan atas perhatian dan dukungannya sekarang sudah keberpihakan yang signifikan mengarahkan kepada pengguna atau pemakai terhadap pemakaian atau pembelian produk dalam negeri juga mendukung industri dalam negeri dalam berkarya,” pungkas Ahmad.

Toilet Pemantau Kondisi Jantung Otomatis Terbaru dari Rochester Institute of Technology

Gambar: medgadget.com, rit.edu

Pemantauan harian fungsi kardiovaskuler memerlukan kerjasama dan komitmen tinggi dari pasien. Perangkat monitor harus disiapkan, hasil analisis harus dicatat, dan kemudian diberikan kepada petugas medis atau perawat. Walaupun sudah terdapat monitor elektrokardiogram (ECG), gelang pemantau tekanan darah, dan teknologi lain yang digunakan di lingkungan rumah tangga, namun biasanya mereka jarang digunakan karena masalah keganaan (usabilitas), faktor ergonomik, dan kepatuhan dari pihak pasien sendiri.

Sekelompok tim peneliti dari Rochester Institute of Technology baru saja mengembangkan tutup toilet yang dapat memantau parameter kardiovaskular penting bersamaan saat sedang digunakan pasien. Hampir dipastikan tidak ada orang yang dapat menahan kebutuhan pergi ke toilet, jadi bisa dipastikan jika pasien memiliki perangkat ini dirumah maka parameter tersebut akan dapat dipantau secara reguler (sesuai kebutuhan).

Tutup toilet canggih ini mampu mengukur tekanan darah diastolik dan sistolik, stroke volume, oksigenasi darah, denyut jantung, variabilitas denyut jantung, durasi QRS, dan interval QT yang dikoreksi. Pasien juga dapat ditimbang beratntya, walaupun membutuhkan pasien untuk mengangkat kakinya saat pengukuran.

Toilet ini sudah diujicoba dan dibandingkan hasilnya dengan monitor pemantau standar-rumah sakit, dan menunjukkan kemampuan baik perangkat ini saat mengukur tekanan darah, stroke volume, dan oksigenasi peripheral yang tidak jauh dari “standar emas”.

Inovasi Teknologi Kesehatan Anak Negeri TeleCTG Terbaru Dari Sehati

Gambar: Tribunnews.com

Startup gabungan teknologi kesehatan Sehati TeleCTG, belum lama ini menghadirkan TeleCTG, sebuah produk inovasi portabel yang bertujuan menjadi solusi terjangkau bagi tingginya angka kematian ibu di Indonesia.

Anda Waluyo Sapardan, Co Founder dan Chief Operating Officer Sehati TeleCTG, menjelaskan TeleCTG dikembangkan dari adanya kegelisahan mengenai tingginya angka kematian Ibu di berbagai daerah di Indonesia.

Pengembangan produk itu juga untuk mewujudkan upaya pemerataan pelayanan kesehatan bagi Ibu Hamil di berbagai daerah Indonesia.

“Melalui TeleCTG, kami ingin menyediakan perangkat portabel yang dapat dengan mudah diakses dan terjangkau bagi para Ibu dan Bidan di daerah, khususnya selama 1000 HPK, untuk menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang diperlukan,” kata Anda saat ditemui di acara Pameran Inovasi Alat Kesehatan yang diadakan Kementerian Kesehatan di Nusantara Hall, ICE BSD, Selasa (12/2/2019).

Anda menjelaskan TeleCTG diterapkan dalam ekosistem mandiri yang dilakukan secara simultan melalui aplikasi Bidan Sehati.

Aplikasi yang diperuntukkan bagi Bidan ini sekaligus dapat difungsikan sebagai pencatatan data ibu hamil secara digital, seperti halnya buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), yang membantu Bidan mendeteksi berbagai faktor risiko pada ibu hamil.

Melalui aplikasi ini, kondisi Ibu Hamil akan terpantau dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan aplikasi ini, Bidan juga dapat bertindak sebagai agen informasi dan edukasi bagi para ibu untuk membantu Ibu di Indonesia menjalani kehamilan yang menyenangkan dan menenangkan.

Aplikasi lainnya yakni Ibu Sehati, difungsikan untuk panduan umum dan informasi terkait kehamilan yang perlu diketahui para ibu.

Dari aplikasi ini Ibu juga akan mendapatkan tips kehamilan mingguan, membuat jadwal kunjungan ke dokter dan laboratorium, serta mencatat data kesehatan dan non-kesehatan di jurnal elektronik.

“Ekosistem yang kami bangun dalam penggunaan Sehati TeleCTG dapat memudahkan para Ibu mendapatkan berbagai informasi dan edukasi dalam menjaga kesehatan selama masa kehamilan. Selain itu, data ibu hamil bisa terekam secara digital dalam aplikasi tersebut, sehingga memudahkan kerja Bidan dalam upaya pencegahan sakit dan kematian ibu dan bayi,” katanya.

Adapun bidan Riyana, operational officer Sehati, secara sederhana menjelaskan cara kerja produk tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan janin dalam kandungan.

Pemantauan itu digambarkan melalui tiga grafis yang menunjukkan detak jantung janin, kontraksi rahim, serta pergerakan janin di dalam rahim.

“Tiga hal tersebut akan terpantau dalam grafis yang akan dibaca oleh bidan. Dari grafis tersebut dapat diketahui seberapa sejahtera janin di dalam rahim, seperti berapa denyut jantung janin, gerak napas janin, dan gerak badan janin. Dari grafis tersebut, bidan juga bisa menilai apakah ada masalah yang dihadapi janin,” kata Riyana.

TeleCTG dikembangkan dari konsep Cardiotocography (CTG) yang telah ada dengan menggunakan sensor detak jantung dan kontraksi untuk melihat kondisi kesehatan dan kesejahteraan janin dalam kandungan Ibu Hamil.

TeleCTG terhubung dengan aplikasi mobile Bidan Sehati yang dapat digunakan untuk memonitor kondisi kehamilan dan bayi melalui fitur Antenatal Care (ANC). Kedepannya, TeleCTG akan didistribusikan ke berbagai daerah di Pulau Jawa, serta diekspor ke negara-negara seperti Vietnam dan Filipina yang memiliki karakteristik dan isu yang sama dengan Indonesia.

Riyana juga menyebut Sehati TeleCTG peduli akan peningkatan kompetensi Bidan dengan cara mengadakan kelas Online ber-SKP yaitu merupakan program Bidan Sehati dalam upaya meningkatkan kualifikasi bidan melalui kelas online khusus melalui grup Telegram dan akan mendapatkan sertifikasi bernilai 1 SKP IBI.

SKP adalah Satuan Kredit Profesi yang dikeluarkan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Manfaat mengikuti kelas online dari Bidan Sehati yaitu Bidan akan mendapatkan update ilmu dari narasumber yang ahli di bidangnya tanpa harus meninggalkan tempat bekerja, serta dapat berbagi pengalaman atau diskusi seputar pelayanan kebidanan dengan sesama Bidan.

Seperti diketahui, menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sudah menjadi salah satu tujuan yang tercantum dalam Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Milenium yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 2000 dan telah berakhir pada tahun 2015.

Meskipun begitu, kasus AKI di Indonesia masih menjadi tantangan yang terus menjadi perhatian berbagai pihak hingga saat ini. Pada 2015, rasio AKI di Indonesia mencapai 305 per 100.000 kelahiran.

Berbagai kendala dalam hal akses dan keterjangkauan terhadap tenaga ahli kesehatan yang dapat mendampingi Ibu Hamil selama kehamilan dan pada proses pra dan pascapersalinan menjadi faktor yang menyebabkan kasus Angka Kematian Ibu masih terus menjadi permasalahan di Indonesia.

Kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) tersebut juga mempengaruhi kualitas hidup manusia Indonesia di kemudian hari.

Perangkat Wearable Terbaru untuk Gangguan Afektif Musiman, Jetlag, dan Gangguan Pekerja Shift

medgadget

Active Wearables, startup teknologi medis asal Austria, meluncurkan Pocket Sky, perangkat wearable yang dirancang untuk menangkal kondisi yang dihasilkan dari pergantian waktu dan buruknya akses ke sinar matahari. Perangkat ini dapat dipakai seperti kacamata dan memeancarkan sinar biru untuk menggantikan cahaya matahari, agar bisa menekan produksi melatonin. Active Wearables menyatakan teknologi ini dapat membantu pasien dengan kondisi gangguan yang disebabkan keterbatasan sinar matahari, seperti gangguan afektif musiman, atau masalah ritme jantung, seperti jetlag atau gangguan pekerja shift.

Pengidap gangguan afektif musiman dapat menderita sepanjang musim dingin. Gangguan ini berhubungan dengan tingkat sinar matahari yang rendah, dan perawatan yang membutuhkan pemaparan sinar, yang para penderitanya biasanya dapatkan melalui “kotak cahaya” yang dipasang dalam rumah mereka untuk memancarkan sinar matahari buatan.

Namun, terapi cahaya sangat sulit dilakukan saaat berada di tempat kerja atau saat bepergian. Untuk mengatasinya Active Wearables merancang Pocket Sky untuk membantu pasien menjalani terapi cahaya menggunakan perangkat wearable ini. Perangkat ini digunakan seperti kacamata biasa dan memancarkan sinar biru, tanpa komponen ultraviolet berbahaya dari sinar matahari.

Berbobot hanya 12 gram, perangkat ini diklaim sebagai solusi terapi cahaya portable terdepan. Selain untuk mengatasi gangguan iefektif musiman, teknologi ini juga berpotensi membantu pekerja shift mengurangi resiko dampak pergantian shift kerja. Di Amerika Serikat, 15% pekerja bekerja pada shift diluar jam normal, dan peralihan shift berkaitan dengan gangguan tidur jangka panjang dan resiko yang lebih tinggi pada berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung dan kanker.

Sinar biru dapat menekan produksi melatonin, hormon yang terlibat dalam proses tidur, dan pekerja shift berpeluang menggunakan perangkat ini untuk mensinkronisasi jam tubuhnya saat menyelesaikan shift kerja. Manfaat potensial lainnya adalah membantu memindahkan efek jetlag saat bepergian atau saat kembali dari perjalanan jauh.

Hanya perlu dipakai 20 menit per sesi, perangkat ini disarankan digunakan sekali pada saat pagi hari dan selama diperlukan sepanjang hari. Perangkat ini juga diklaim bisa meningkatkan konsentrasi, stamina, dan performance.

Perangkat ini dilengkapi pengisi nirlaba dan umur baterai yang diperkirakan kuat hingga dua minggu.

Evaluasi Awal Fokus Utama Startup Kesehatan Teknologi 2019 di Indonesia

Gambar: wartaekonomi.co.id

Asosiasi Health Tech Indonesia (Healtech.id) berencana akan berfokus untuk mendorong penyusunan regulasi oleh pemerintah pada tahun 2019 ini. Dalam pelaksanaannya, Healthtech.id bekerja sama dengan Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia, Kemenkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika), dan Kemenkes (Kementerian Kesehatan).

Ketua Healthtech.id, Bimantoro, menyarankan agar regulasi itu memiliki sudut pandang sandbox untuk inovasi layanan kesehatan digital. Dengan begitu, para startup kesehatan teknologi bisa menciptakan inovasi layanan kesehatan yang tak membentur aturan.

“Sebelumnya di sektor fintech (financial technology), OJK sudah menjalankan regulasi sandbox (POJK 13/2018), itu berhasil merevolusi cara untuk mengatur inovasi-inovasi baru. Jadi kita tidak hanya berpikir dalam pilot project yang kecil,” jelas Bimantoro.

Aturan bersudut pandang sandbox juga dinilai dapat menjadi lisensi sementara bagi para pelaku startup di sektor kesehatan. Sehingga, mereka bisa mengevaluasi satu sama lainnya dalam mengembangkan inovasi layanan kesehatan digital.

“Dengan inovasi kesehatan digital, kita bisa maju lebih cepat. Daripada kita tidak ada aturannya, lebih baik kita menyiapkan diri untuk bisa teratur,” kata Bimantoro.

Sebab, menurutnya, tenaga kesehatan cenderung takut untuk membuat inovasi karena tidak ingin membentur aturan yang berlaku. Sekalipun berani, mereka tak tahu batasan-batasannya.

“Semua itu tak berani deh kalau lihat peraturan-peraturan. Banyak yang tidak berani. Sekalinya ada yang berani, tidak tahu batasan-batasannya. Kan harus mengerti IT, sedangkan masalah digital dan teknologi kan berbeda,” papar Bimantoro lagi.

Healthtech.id sendiri telah menaungi 30 perusahaan rintisan (startups) di bidang kesehatan. Di dalamnya terdapat 6 model bisnis yang berbeda. Mulai dari telekonsultasi, layanan kesehatan on-demand, bentuk portal informasi, marketplace e-commerce, e-learning untuk profesional, dan sistem informasi seperti yang dipakai di klinik, di rumah sakit.

“Dari 6 model itu, masing-masing saja kalau dirata-rata ada 2 sampai 7 perusahaan yang berjalan. Dengan adanya sandbox, kami bisa berjalan lebih baik dan lebih memahami kondisi,” ujar laki-laki yang juga CEO Prosehat itu.

Dalam mendorong regulasi itu, Healthtech.id telah berdiskusi dengan Pusat Data Penelitian Kemenkes dan juga BPJS untuk bekerja sama. Asosiasi itu juga didukung oleh Kemenkominfo.

“Kami juga mendapat dukungan dari Ditjen Aptika dan bagian Ekonomi Digital di Kemenkominfo,” tutupnya.

Gandeng LIPI, Phappros Alat Deteksi Dini Kanker Serviks yang Nyaman Untuk Wanita

Gedung PT Phapros. Foto : Tribunnews.com

PT Phapros Tbk, yang merupakan anak perusahaan PT RNI (Persero) yang bergerak di industri farmasi dan alat kesehatan dikabarkan saat ini tengah menggandeng LIPI untuk mengembangkan alat deteksi dini kanker serviks yang menggunakan darah dan urine sebagai sampelnya. Hal ini sekaligus merupakan Instruksi Presiden Nomor 6/2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alata Kesehatan.

Dikutip dari ayobandung.com, Direktur Utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami menyatakan bahwa Human Papiloma Virus (HPV) yang merupakan penyebab kanker serviks bisa menyebar ke semua organ vital melalui peredaran darah. Untuk itu dibutuhkan sebuah alat deteksi dini kanker yang menggunakan darah sebagai salah satu sampelnya.

“Banyak pasien kanker serviks yang datang ke rumah sakit sudah dengan stadium lanjut karena enggan melakukan screening dengan pap smear yang membuat mereka merasa kurang nyaman. Untuk itu, kami menggandeng LIPI untuk mengembangkan diagnostic kit kanker serviks yang bisa membuat perempuan nyaman melakukan screening,” ujar Sri Utami.

Untuk diketahui, alat deteksi dini atau diagnostic kit kanker serviks ini merupakan penemuan dari Sukma Nuswantara yang merupakan seorang peneliti LIPI dan ke depannya akan segera diuji klinis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Teknologi Biosensor Pengukur Glukosa Terbaru Dari iQ Group

iQ Group Global, sebuah konsorsium asal Australia, telah mengumumkan sedang mengembangkan biosensor yang mampu mengukur glukosa hanya melalui kelenjar ludah pengguna. Teknologi ini, yang sebelumnya dikembangkan di University of Newcastle Australia, menggunakan transistor film tipis organik, yang akan bekerja jika dipadukan dengan oksidasi glukosa, yaitu pengukuran konsentrasi glukosa pada sebuah sampel.

Sedangkan sistem keseluruhannya mencakup Unit Biosensor Glukosa, yang akan melakukan pengukuran, dan sebuah aplikasi smartphone terkait yang mengolah biosensor dan menampilkan hasil analisisnya setelah sampel selesai diambil.

Glukosa dalam kelenjar ludah cenderung lebih sedikit daripada yang terdapat dalam darah, jadi sensornya harus jauh lebih sensitif daripada glukometer biasa yang digunakan pasien pengidap diabetes secara umum. Berkat sensor yang kemampuan sensor liniernya hampir sempurna, pada tingkat konsentrasi dua ukuran seperti yang terdapat dalam darah, sistem ini sangat berpotensi menjadi solusi pemantau glukosa non-invasif praktis pertama yang ada di pasaran.

Teknologi ini masih berada dalam tahap pra-komersial dan studi validasi ekstensifnya masih belum selesai dilakukan.