spot_img

Siloam Hospitals Tunjuk PT Philips Untuk Perawatan Aset Alat Kesehatan

Penandatanganan kerjasama antara Siloam Hospital dan PT Philips. (Foto: tribunnews.com)

Siloam Hospitals Group menunjuk PT Philips untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan aset alat kesehatan di 21 jaringan rumah sakit yang mereka miliki. Penunjukan tersebut ditandai dengan penandatanganan kesepakatan oleh Wakil Presiden Direktur PT Siloam Hospitals, Caroline Riady dan Presiden Direktur Philips Indonesia Suryo Suwignjo di Gedung MRCCC Siloam, Jakarta, beberapa waktu lalu.

“Kerjasama ini untuk memastikan kualitas layanan kesehatan optimal diberikan oleh Siloam Hospitals Group kepada pasiennya. Sekaligus untuk efisiensi serta efektivitas operasional dan biaya layanan di RS Siloam,” kata Caroline.

Caroline melanjutkan, kerjasama ini akan berlangsung selama lima tahun yang mencakup layanan pemeliharaan dan operasional untuk semua peralatan teknologi kesehatan di rumah sakit Siloam di Indonesia, antara lain Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Bali, Palembang dan kota-kota besar lainya.

Henk de Jong, kepala pemasaran internasional Philips, mengatakan sebagai perusahaan teknologi berbasis kesehatan, Philips memiliki sejarah panjang dalam inovasi kesehatan dan kolaborasi dengan mitra medis. Pihaknya menyediakan peralatan medis yang canggih dan terpelihara dengan baik untuk memberikan layanan kesehatan yang aman dan hemat biaya, yang pada akhirnya akan menguntungkan pasien.

Sebagai kelompok rumah sakit swasta terbesar di Indonesia, Siloam Hospitals menyediakan perawatan umum dan spesialis kepada 2 juta pasien setiap tahunnya. Fasilitas andalan yang dimiliki oleh jaringan rumah sakit milik Lippo Group ini antara lain ruang khusus untuk terapi image-guided dan solusi pencitraan diagnostik, seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI), Ultrasound dan memografi.

Indonesia Kini Mampu Penuhi Kebutuhan Jarum Suntik Dalam Negeri

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Nila Moeloek saat berkunjung ke pabrik produsen jarum suntik, PT Jayamas Medica Industri. (Foto: detik.com)

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Nila Moeloek menjelaskan bahwa kebutuhan jarum suntik dalam negeri terbilang sangat tinggi. Sebelumnya untuk memenuhi hal tersebut, Indonesia kerjasama dengan negara lain seperti Jepang. Namun kini tidak perlu lagi karena sudah ada produksi dalam Negeri yang bisa memenuhinya. Hal tesebut diungkapkan Nila usai meninjau langsung produksi alat kesehatan produk dari PT. Jayamas Medica Industri di krian, Sidoarjo, Rabu (04/10/2017).

Tak hanya itu, dirinya juga mendorong perusahaan yang memproduksi alat kesehatan (alkes) agar memasarkan produknya hingga ke ASEAN. Pasalnya, produksi alkes dalam negeri sudah sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) bahkan Internasional. Pemasarannya juga sudah sampai Luar Negeri hingga ke Negara Brasil.

“Saya tadi sudah melihat langsung proses produksinya, semuanya sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Tapi kenapa pemasarannya harus ke Brasil, kan sebaiknya ke pasar ASEAN dulu,” tegas Nila.

Sementara itu, CEO PT. Jayamas Medica Industri Jimmy Hartanto mengatakan, produksi dalam negeri harus diprioritaskan karena hampir 95 persen produksi alat kesehatan saat ini merupakan impor.

“Sebenarnya kita mampu untuk memproduksi sendiri dan karena memang dulu fokusnya tidak ada. Dan saat ini sudah didukung pemerintah untuk memproduksi alat kesehatan dalam negeri dan memakai produk kesehatan dalam negeri. Dengan adanya pembinaan Ibu Menkes ini, kami akan semangat lagi ke depannya,” ungkap Jimmy.

Jimmy menegaskan, dalam teknologi sedang pihaknya masih mampu. Bahkan yang padat karya bisa kompetisi dengan Negara lain seperti Tiongkok, Singapura dan negara lain. “Kita ini penduduknya banyak dan bisa menjadi prdusen di negeri kita ini. Secara kualitas, produksi kami sudah memenuhi standar Internasional,” pungkasnya.

Kacamata EnChroma, Solusi Untuk Penyandang Buta Warna

Apa jadinya ketika orang-orang yang selama ini menyandang buta warna bisa melihat seluruh warna dengan lengkap untuk pertama kalinya? Seperti menemukan sesuatu yang baru dalam hidup, pastinya.

Hal tersebut dapat terwujud dengan kacamata EnChroma, solusi untuk penderita buta warna. Dengan menggunakan alat yang ditemukan oleh seorang ahli bedah mata asal Amerika Serikat ini, para penyandang buta warna pun bisa melihat warna-warna yang mungkin selama ini hanya bisa mereka dengar tanpa tahu seperti apa warna aslinya. Bagaimana cara alat ini bekerja sehingga bisa menghasilkan efek yang sedemikian hematnya?

Kita bisa melihat cerahnya warna-warni lingkungan sekitar karena mata kita memiliki reseptor warna yang disebu sel kerucut (cone cells). Mata yang sehat dan normal memiliki sel kerucut yang bisa menangkap tiga pigmen utama warna: pigmen merah, hijau dan biru.

Untuk mereka yang menderita buta warna, salah satu sel kerucut pada mata tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga mereka tidak mampu membedakan warna dengan benar. Pada kebanyakan kasus buta warna, kerusakan terjadi pada sel kerucut merah atau hijau, menyebabkan penderitanya kesulitan membedakan berbagai macam warna. Selain itu, pada beberapa kasus sel kerucut akan menangkap warna dengan spektrum yang tumpang tindih.

Inti dari kemampuan EnChroma adalah, mampu membantu fungsi sel reseptor mata yang rusak. Kacamata itu memiliki filter yang bisa menangkap cahaya dimana spektrumnya saling tumpang tindih.

Perbedaan kacamata EnChroma dengan kacamata pada umumya adalah dari lensanya yang lebih keras serta tahan terhadap goresan. Kacamata ini juga telah dilengkapi oleh fitur color correction yang hanya mampu bekerja pada sinar cahaya yang terang.

Kendati begitu, Jay Neitz, seorang ahli mata dan profesor oftalmologi di University of Washington, mengingatkan bahwa kacamata EnChroma tidak bisa menyembuhkan buta warna. Sama halnya dengan fungsi kacamata untuk membantu penderita rabun jauh melihat lebih jelas, kacamata EnChroma hanya membantu para penderita buta warna untuk melihat dan membedakan warna.

Pemerintah Sumba Barat Daya Bangun 12 Gedung RSUD Tambahan

Pembangunan 12 unit gedung baru RSUD SUmba Barat Daya. (Foto: Akun Youtube Kaleku Dotnet)

Berbekal alokasi anggaran dari Kementerian Kesehatan RI sebesar Rp 30 miliar, Kabupaten Sumba Barat Daya tengah membangun tambahan gedung untuk rumah sakit umum daerah (RSUD) sebanyak 12 unit. Tak hanya itu, dana tersebut rencananya juga akan digunakan untuk pengadaan alat-alat kesehatan.

Dikutip dari Pos Kupang, Bupati Kabupaten Sumba Barat Daya Markus Dairo Tallu, S.H menargetkan pembangunan dan pengadaan alat kesehatan tersebut rampung pada akhir Desember 2017 dan akan resmi beroperasi pada awal Januari 2018. Dirinya juga mengatakan bahwa penambahan gedung RSUD tersebut akan meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di daerahnya.

12 Unit gedung baru itu dibangun di atas lahan seluas 10 ha dan berlokasi di Desa Weelonda, Kecamatan Kota Tambolaka. Dikatakan bahwa letaknya cukup strategis sehingga dapat mempermudah akses bagi masyarakat SBD dari wilayah Kodi, Wewewa dan Loura.

Bupati MDT meminta dukungan penuh masyarakat SBD agar proses pembangunan gedung RSUD lebih cepat rampung sehingga secepatnya dapat beroperasi guna melayani masyarakat SUmba Barat Daya. Untuk diketahui, sebelumnya pada tahun anggaran 2017, pemerintah Kabupaten mendapat alokasi anggaran tahap I pembangunan gedung RSUD Tambolaka sebesar Rp 7 miliar.

Siemens Healthineers Attelica Kini Tersedia Untuk Pasar Global

Attelica dari Siemens Healthineers (Foto: medgadget.com)

Attelica Solution, peralatan laboratorium dan analisis kimia besutan Siemens Healthineers kini telah tersedia untuk pasar global. Perangkat ini memiliki sistem magnetik dua arah untuk memindahkan sampel, sehingga memungkinkan hasil kerja sepuluh kali lebih cepat daripada menggunakan konveyor konvensional. Alat analisa immunoassay sangat cepat, menghasilkan 440 tes per jam.

Perangkat ini memiliki sistem modular dan bisa menguji hingga sepuluh komponen yang berbeda. Juga dapat ditempatkan dalam berbagai posisi, lurus, bentuk U ataupun bentu L, tergantung pada ukuran dan bentuk ruangan tempat mereka akan diletakkan.

Atellica dapat dikonfigurasi bersama dengan sistem Otomasi Aptio Siemens untuk menyediakan platform pengujian komprehensif yang mencakup analisis kimia klinis, immunoassay, hemostasis, hematologi, dan protein plasma.

Mampu menghasilkan 440 tes per jam. (Foto: medgadget.com)

Tak hanya itu, Attelica mampu memproses lebih dari 30 jenis wadah sampel yang berbeda, termasuk cangkir sampel pediatrik dan tube-top yang dapat disedot dari tabung utama. Dengan menggunakan reagen dan bahan yang sama di berbagai pengaturan analisis yang berbeda, laboratorium dapat menyederhanakan persediaan dan memberikan hasil tes pasien yang konsisten kapanpun dimanapun.

Perangkat ini juga dilengkapi dengan teknologi pengangkutan, sistem penglihatan multi-kamera, perutean sampel cerdas, kontrol kualitas dan kalibrasi otomatis.

Samsung Jalin Kerjasama Dengan Aplikasi Chat Khusus Instansi Rumah Sakit

Tampilan Aplikasi tigerText. (Fote : tigertext.com)

Samsung Electronics akan menjalin kemitraan strategis dengan TigerText, penyedia aplikasi chatting yang khusus diperuntukkan untuk instansi rumah sakit / klinik (RSK). Nantinya, aplikasi ini akan mendapatkan sertifikasi resmi dan tersedia untuk Samsung Galaxy J7, Galaxy S8 dan Note 8.

Melalui aplikasi ini, dokter, perawat beserta dan RSK dapat berkomunikasi secara lbih efektif, real-time dan aman. TigerText mengintegrasikan seluruh hal terkait informasi RSK dan pasien dalam satu aplikasi, seperti data catatan kesehatan elektronik (EHR), pusat jadwal dokter dan operasi pasien, keperluan scan dan laboratorium, pusat database perawat yang dapat dipanggil/dihubungi kapan saja.

Kerjasama ini juga menghasilkan sistem keamanan terkait data sensitif di dalam aplikasi bernama Knox Security Solution. Sistem ini menyediakan panel control yang memungkinkan admin atau bagian IT mengelola dan mengatur penggunaan aplikasi.

Pihak TigerText menyatakan bahwa kerjasama dengan vendor smartphone ini bukanlah yang pertama kali. Bulan Juni 2016, mereka telah bermitra dengan Honeywell untuk perangkat Dolphin CT50h. Selain itu, mereka juga mengumumkan telah menjalin kerjasama dengan 300 RSK di Amerika Serikat. Hmmm…kira-kira kapan ya aplikasi ini masuk ke Indonesia?

Mengenal Rail Clinic, Kereta Kesehatan Ala PT KAI

Rail Clinic. (Foto : Dok. PTKAI)

Bertepatan dengan hari lahirnya yang ke-72, Kamis (28/9), PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) meluncurkan kereta kesehatan atau Rail Clinic generasi ke-4 di Stasiun Kiaracondong, Bandung. Adapun Rail Clinic generasi pertama diresmikan pada 12 Desember 2015, dan sekaligus mendapatkan piagam rekor MURI sebagai kereta kesehatan pertama di Indonesia.

Rail Clinic sendiri adalah kereta dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Yakni, meliputi pemeriksaan umum, gigi, kehamilan, mata, serta pelayanan kefarmasian.

Memasuki versi generasi ke-4, sudah dilengkapi dengan fasilitas laboratorium hematology analizer sysmex berbasis komputer yang berfungsi untuk mengukur sampel darah sehingga mampu membantu mendiagnosis penyakit, seperti kanker, diabetes, dan sebagainya.

Tak hanya itu, generasi terbaru ini juga dilengkapi perpustakaan manual dengan beragam buku untuk kalangan anak-anak sampai pengetahuan umum untuk dewasa dalam gerbong kereta bernama Rail Library. Di dalam gerbong ini terdapat fasilitas e-library atau perpustakaan elektronik berupa enam buah monitor layar sentuh dengan database berbagai bacaan, video edukatif, dan lagu anak-anak.

Menurut Direktur Utama KAI, Edi Sukmoro, Rail Clinic memberikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat sebagai bentuk kepedulian KAI melalui program Corporate Social Responsibility, terutama masyarakat yang tinggal berdekatan dengan stasiun atau rel kereta api.

Meski begitu, kegunaan Rail Clinic tidak sebatas hanya untuk membantu masyarakat dalam pelayanan kesehatan gratis, tetapi juga bisa dilibatkan untuk pertolongan korban bencana alam termasuk dalam upaya melakukan evakuasi.

Pembuatan Rail Clinic dilatarbelakangi oleh semangat PT KAI untuk memberikan pelayanan lebih kepada masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan dengan memanfaatkan jalur KA. Sehingga, dapat menembus daerah yang sulit dilalui oleh kendaraan bermotor.

 

 

 

PT Danpac Pharma Targetkan Pertumbuhan Penjualan

Produk-produk besutan PT DanpaC Pharma. (Foto: Dok PT Danpac Pharma)

PT Danpac Pharma, perusahaan yang menjual alat kesehatan berupa alat tes kehamilan, alat tes kesuburan, dan kontrasepsi menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 15% sepanjang tahun ini.

Dikutip dari bisnis.com, Yoevan Wiraatmadja, Presiden Direktur Danpac Pharma mengatakan perusahaaan berani membidik pertumbuhan dua digit ketika industri lain tengah lesu karena permintaan masyarakat untuk alat kesehatan tidak ikut menurun.

“Kami optimistis target tersebut akan tercapai, sampai Agustus 2017 kami sudah tumbuh dua digit. Bisnis alat kesehatan masih oke,” katanya.

Terkait dengan volume penjualan, Yoevan enggan menyebutkan secara rinci. Namun, sebagai gambaran dia mengatakan saat ini dengan potensi kehamilan sebesar 5 juta wanita per tahun, Danpac memiliki pangsa pasar sebesar 60% hingga 70% secara nasional untuk alat tes kehamilan.

Menurutnya, permintaan masyarakat untuk alat kesehatan terus bertumbuh seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan penjualan perseroan yang positif juga disebabkan karena alat kesehatan yang dijual merupakan alat sekali pakai. Kendati begitu, tetap tetap ada tantangan yang dihadapai, yaitu persaingan dengan produk impor dari China yang lebih murah.

Saat ini, Danpac juga tengah membangun pabrik sendiri yang diperkirakan selesai dalam 1 tahun hingga 2 tahun mendatang. Pembangunan tersebut dilakukan dengan menggandeng perusahaan asal Singapura, Steril Medical Singapore. Dan saat ini tengah proses pengurusan izin di Kementerian Kesehatan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Dari sisi penjualan, alat tes kehamilan merupakan produk yang paling banyak dijual dengan porsi lebih dari 50%. Danpac baru saja meluncurkan produk barunya, yaitu Sensitif Digital, berupa alat tes kehamilan yang menampilkan hasil secara digital.

Danpac sendiri merupakan perusahaan yang menjual alat kesehatan berupa alat tes kehamilan, alat tes kesuburan, dan kontrasepsi yang berdiri sejak 2004. Beberapa merek yang beredar di pasar antara lain Sensitif, Akurat, Ovutest, Jitu, Sensitif Vivo, dan Narcotest.

Fujifilm Indonesia Angkat Pimpinan Baru Untuk Garap Sektor Kesehatan

Mr Noriyuki Kawakubo, Presiden Direktur PT Fujifilm Indonesia (tengah) bersama jajaran direksi. (Foto : wartaekonomi.co.id)

Fujifilm, perusahan asal Jepang yang selama ini dikenal sebagai produsen produk fotografi ini ditenggarai akan merambah bisnis alat kesehatan dan produk perawatan kulit. Untuk itu, mereka memutuskan untuk mengangkat presiden direktur baru PT Fujifilm Indonesia yang memiliki pengalaman luas menggarap bisnis ini.

Sosok tersebut adalah Noriyuki Kawakubo. Bergabung dengan Grup Fujifilm di tahun 2010, dirinya berkontribusi dalam pengembangan bisnis alat-alat kesehatan perusahaan asal negeri sakura ini. Kemudian dipercaya untuk mengembangkan PT Fujifilm Indonesia sejak Juli 2017.

“Sesuai dengan filosofi perusahaan kami untuk membuat teknologi termutakhir agar dapat memberikan produk dan jasa dengan kualitas tinggi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup orang-orang di seluruh dunia. Fujifilm juga hadir di Indonesia melalui berbagai macam lini bisnisnya untuk berkontribusi ke masyarakat melalui produk-produk kami,” ujar Kawakubo, Jakarta, belum lama ini.

Di Indonesia, pendapatan Fujifilm sendiri masih didomonasi oleh bisnis tradisional di produk fotografi. Kendati begitu, ke depan akan bergeser seiring dengan masuknya unit bisnis baru ini.

Jatmiko Dwiwantoro, National Sales Manager Medical Fujifilm Indonesia mengatakan, kebijakan universal healthcare coverage yang dijalankan Pemerintah melalui BPJS Kesehatan ikut mendoorng tumbuhnya bisnis alat kesehatan di Indonesia.

“Ini jadi kesempatan bagi produk medical Fujifilm untuk berkembang di Indonesia, terutama untuk produk-produk back end. Kita baru mulai sekarang. Untuk bisa menjual produk medical di Indonesia prosesnya tidak mudah. Harus melakui proses registrasi di Kementerian Kesehatan dan itu memakan waktu antara enam bulan sampai satu tahun,” jelasnya.

PT Fujifilm Indonesia sendiri statusnya kini menjadi anak usaha langsung dari Fujifilm Holdings Corporation. Berkantor pusat di Kota Kasablanka, Jakarta, perusahaan ini resmi didirikan pada 29 September 2011 dengan kantor cabang di Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Makassar serta kantor respresentasi di Medan dan Palembang.

Bersifat Mendesak, RSUZA Aceh Akan Tambah Unit CT Scan

Tim dokter RSUZA Banda Aceh. (Gambar : Serambi Indonesia)

Dengan tujuan untuk mengurangin antrean pasien radiologi, Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh akan menambah satu unit lagi computerized tomography scanner (CT Scan). Sebelumnya rumah sakit tersebut hanya memiliki satu unit saja.

Dikutip dari Serambi Indonesia, Wakil Direktur Pelayanan Medis RSUZA, Dr. dr. Azharuddin, SpOT(K) Spine FICS mengatakan bahwa selama ini jumlah pasien yang melakukan CT Scan sampai 40 orang/hari. Tidak hanya CT Scan biasa, tapi juga ada yang menggunakan kontras yaitu semacam obat yang disuntik kemudian jalannya obat itu baru di-scan sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama lagi.

“Kalau yang CT Scan tanpa kontras mungkin tidak terlalu lama prosedurnya sekitar 5-10 menit. Namun demikian, tiap pasien dapat menghabiskan waktu 20-30 menit dengan berbagai proses lainnya. Lebih lama lagi kalau yang CT Scan MRI bisa sampai satu jam tiap pasien. Apalagi kalau pasiennya tidak berdaya, gak bisa jalan dan harus digotong untuk pindah memindah,” jelas dr. Azharudin.

Dirinya melanjutkan, keberadaan unit CT Scan sifatnya sangat mendesak terutama pada pasien-pasien dengan penyakit yang mengancam nyawa. Alat ini dapat digunakan untuk mendiagnosis dan memonitor beragam kondisi kesehatan, tanpa CT Scan tidak dapat diketahui penyakitnya.

Selain itu, tidak banyak rumah sakit daerah yang memiliki unit CT Scan, sehingga ketika ada kecelakaan harus dirujuk ke Banda Aceh. Menurut d. Azharuddin, hal ini perlu mendapatkan kepedulian dari pemerintah daerah setempat, sebab tidak mungkin mendatangkan dokter ahli bedah saraf apabila di rumah sakit tersebut tidak ada CT Scan.

Untuk masalah dana, d. Azharuddin menjelaskan bahwa pengadaan ini akan dimasukkan dalam anggaran 2018 pada pengadaan alat prioritas. Harga CT Scan sendiri sangat bervariasi. Mulai Rp 7 miliar hingga Rp 12 miliar per unit, tergantung kualitasnya. Sementara yang dimiliki RSUZA saat ini bernilai Rp 12 miliar dengan kualitas sedang menengah.