Tujuh puluh persen kantong pertahanan tubuh atau imunitas berada di usus. Karenanya jika pencernaan bermasalah, tidak hanya berdampak kepada masalah buang air besar dan perut namun juga bisa merambat ke masalah diabetes, jantung, bahkan kolesterol.
FibreFirst hadir ke Indonesia untuk membantu masyarakat menjaga kesehatan pencernaannya dengan cara memenuhi asupan serat dan nutrisi yang dibutuhkan. Suplemen ini bisa mendetoks saluran pencernaan dari penumpukan kolesterol, gula dan toksin. Juga memberikan vitamin-vitamin penting yang dibutuhkan oleh tubuh.
Jozef Thenu, Marketing Director FibreFirst saat acara peluncuran produk. Gambar: MedX
“Pada dasarnya pencernaan itu banyak makanan yang menumpuk. Karena pencernaan adalah gerbang kesehatan tubuh yang harus dibersihkan,” ungkap Jozef Thenu, Marketing Director FibreFirst saat acara launching FibreFirst di Watsons Lotte Shopping Avenue, Jakarta (05/04/2019).
Diformulasikan khusus di jepang, FibreFirst mengandung bahan alami yang berasal dari sayur, buah, dan biji-bijian. Beberapa kandungan yang berada di dalamnya adalah Psylium husk dan Inulin yang berfungsi tidak hanya membersihkan saluran cerna, namun juga menurunkan kadar kolesterol dan gula darah.
Lebih lanjut Jozef menyatakan, produk ini sudah memiliki lisensi BPOM dengan kode berawalan SI yang berarti telah diakui dan lulus uji sebagai produk suplemen, bukan hanya minuman rasa.
Pun suplemen ini juga aman dikonsumsi oleh ibu hamil. Kendati begitu, pihaknya tidak menyarankan ini dikonsumsi oleh anak-anak, ibu hami dan orang yang sedang mengalami peradangan usus.
FibreFirst sudah bisa didapatkan di gerai-gerai Watsons seluruh Indonesia. Kehadiran suplemen ini juga merupakan salah satu inovasi dari jaringan ritel internasional tersebut.
Gerai Watsons di Lotte Shpping Avenue, Jakarta. Gambar: MedX
“Seperti yang diketahui, Watsons Indonesia tidak pernah berhenti berinovasi baik melalui program dan produk yang kami sediakan. Hari ini kami mendukung FibreFirst sebagai salah satu produk unggulan yang ada di Watson dan kami harapkan banyak masyarakat juga semakin teredukasi dengan pentingnya menjaga kesehatan melalui konsumsi nutrisi untuk tubuh,” ucap Lilis Mulyawati Presiden Direktur Watsons Indonesia kepada MedX.
Bersamaan dengan launching ini, FibreFirst juga mengadakan kompetisi bertajuk #getactivefibrefirst dimana Anda bisa mendapatkan kesempatan memenangkan perjalanan makan-makan ke Bangkok bersama Food Blogger Hans Danial selama 3 hari 2 malam. Info detailnya bisa cek langsung di halaman Instagram FibreFirst.
Dokter spesialis gizi dr. Putri Adimukti (kanan) dan Food Blogger Hans Danial (Tengah) bahs pentingnya kesehatan pencernaan dalam talkshow yang digelar oleh Watsons dan Fibre First. Foto: MedX
Hippokrates yang merupakan seorang dokter dari Yunani Kuno, sudah sejak 2.500 tahun lalu menyebut bahwa pencernaan merupakan ujung tombak kesehatan dari seluruh tubuh manusia. Dan kesehatan pencernaan bisa mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan karena ‘markas besar’ pertahanan ada di usus. Sebuah fakta kesehatan yang tidak semua orang tahu akan hal tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh dr. Putri Adimukti, M.Kes, M.Farm, Sp. GK dalam sebuah talkshow yang diselenggarakan oleh Watsons dan Fibre First di Jakarta (05/04/2019). Ahli gizi tersebut juga mengungkapkan bahwa 70 persen kantong pertahanan tubuh atau imunitas berada di usus.
“Jika pencernaan sehat maka bisa terhindar dari diabetes, jantung, dan kolesterol. Pencernaan sehat juga bisa membuat seseorang lebih happy, korelasinya (dengan – red) hormon bahagia (seratonin) dihasilkan pencernaan,” ungkap dr. Putri.
Dirinya melanjutkan, dalam sehari masyarakat dewasa Indonesia rata-rata membutuhkan serat sebanyak 25-35 gram sehari. Sedangkan kandungan satu mangkuk bayam hanya memiliki serat sebanyak 3 gram, bubuk silium 3,4 gram dan 1 buah aple 3,6 gram.
Lalu pertanyaannya bagaimana jika dalam sehari seseorang belum bisa mencukupi serat dari buah dan sayur?
Pada event yang juga menghadirkan Food Blogger Hans Danial tersebut dr. Putri menyatakan bahwa mengkonsumsi suplemen serat dan nutrisi seperti FibreFirst bisa dijadikan pilihan. Karena produk yang sudah bisa dibeli di gerai-gerai Watsons ini mengandung bahan alami yang berasal dari sayur, buah dan biji-bijian. Sehingga diklaim bisa membersihkan saluran pencernaan dan pastinya menjaga kesehatan pencernaan Anda.
Data Korlantas Polri menyebutkan bahwa jumlah korban kecelakaan lalu lintas cukup tinggi dibandingkan negara-negara tetangga, sekitar 28-30 ribu per tahun. Tentunya hal ini patut menjadi perhatian Go-Jek sebagai penyedia layanan ride-hailing di Indonesia yang saat ini memiliki ratusan ribu mitra pengemudi yang beroperasi.
Terkait hal ini, salah startup unicorn asal Indonesia tersebut memiliki inisiatif untuk memberdayakan mitra pengemudinya khususnya yang yang tergabung dalam komunitas Unit Reaksi Cepat (URC) di kota Surabaya melalui pelatihan P3K.
Pelatihan yang berkolaborasi dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan RS Katolik RKZ ini diharapkan bukan hanya bermanfaat untuk diri mereka sendiri, namun juga guna menolong masyarakat.
“Komunitas URC selama ini telah berinisiatif menolong pengguna jalan yang membutuhkan dan kami sangat mengapresiasi hal tersebut. Kami juga berkomitmen untuk semakin memberdayakan mereka melalui pelatihan P3K yang diberikan oleh pihak-pihak yang berkompetensi,” ujar VP Central Region Go-Jek, Delly Nugraha.
Perwakilan RS Katolik RKZ Kota Surabaya dr. Agung Kurniawan Saputra MARS menuturkan, pihaknya untuk pertamakalinya berkolaborasi dengan layanan ride-hailing untuk mitigasi risiko lakalantas.
“Kegiatan pembekalan ilmu dasar P3K untuk mitra driver ini menarik karena teman-teman mitra driver yang sering menghabiskan waktunya di jalan memahami sisi praktis P3K. Harapan kami, semakin banyak mitra driver Go-Jek yang teredukasi sehingga dapat menolong sesama pengguna jalan bila terjadi kecelakaan,” jelas Agung.
Sementara itu, Perwakilan Divisi Edukasi Pelatihan dan Pengembangan DMII ACT Yadi Frans menyambut positif kerjasama dengan Go-Jek karena sejalan dengan komitmen untuk membuat semakin banyak masyarakat paham akan keterampilan menolong.
“Keterampilan penolong tidak boleh disepelekan, harapan kami dengan materi yang komprehensif, mitra driver sigap memberikan respons yang tepat untuk kondisi darurat di jalan raya,” ucap Yadi.
Selain mengadakan pelatihan P3K, Go-Jek Surabaya juga meluncurkan ambulans untuk membantu komunitas URC menangani luka ringan dan luka sedang di tempat kejadian kecelakaan. Mobil ini dilengkapi alat penunjang P3K dan didukung oleh tenaga medis yang siap melayani 24 jam sebagai upaya untuk memaksimalkan pertolongan pertama saat keadaan darurat di jalan raya.
Unit ambulans Go-Jek dioperasikan oleh tim medis dan pengemudi ambulans tersertifikasi, sehingga siap memberikan pengobatan dan mengantarkan korban ke rumah sakit saat terjadi kecelakaan lalu lintas atau kondisi darurat lainnya.
Selain di Surabaya, inisiatif serupa juga telah terlebih dahulu diluncurkan di Kota Bandung dan secara bertahap akan dilakukan di kota-kota lainnya di Indonesia.
Jio Health, startup kesehatan menyeluruh asal vietnam dikabarkan berhasil meraih pendanaan sebesar seri A dari US$5 juta dari Monk Hill Ventures.
Raghu Rai, founder dan CEO Jio Health mengatakan bahwa pendanaan ini akan menggunakan untuk pengembangan bisnis. Khususnya, penambahan kategori layanan baru bulan ini, termasuk perawatan mata dan dermatologi . Juga akan dimanfaatkan untuk keperluan marketing.
Lebih lanjut Rai menjelaskan, Jio Health diharapkan selesai ekspansi ke Hanoi sebelum akjhir tahun ini. Walaupun mengakui tertarik memperluas pasar ke negara Asia Tenggara lainnya, Rai memastikan langkah ini belum akan diwujudkan dalam waktu dekat ini.
“Kami sudah mulai menyelidiki pasar lain, namun saat ini penting bagi kami untuk fokus ke Vietnam terlebih dahulu. Namun sangat mungkin rencana perluasan internasional kami terjadi pada 2020,” ungkap Rai sebagaimana dilansir oleh Tech Crunch.
Jio Health sendiri didirikan di Amerika Serikat (AS) yang terinspirasi dari program kesehatan “Obamacare” milik mantan Presiden AS Barrack Obama. Sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke Vietnam guna menggarap potensi pasar Asia Tenggara.
Kini, Jio Health menangani aplikasi layanan kesehatan online dan fasilitas fisik offline di Saigon. Jio Health juga memiliki layanan penjualan obat beresep ataupun over-the-counter. Saat ini memiliki 130 staff, termasuk 70 petugas medis, diantaranya dokter dan 30 orang tim teknis.
Menurut Rai sang founder, ide awalnya adalah untuk memberikan layanan secara digital, tetapi juga didukung penyediaan lokasi fisik secara offline.
Gambar: Jio health
Cakupan jasa layanan Jio Health beragam, dari pediatrik, penanganan primer, penanganan penyakit kronis dan layanan pendukungnya, dan akan segera memperluas ke kategori penanganan mata, dermatologi, dan kanker.
Rai yakin Jio Health mampu membantu penggunanya menghemat biaya dan waktu dengan menggunakan konsultasi online untuk berbagai diagnosis. Startup tersebut juga bekerjasama dengan perusahaan asuransi kesehatan untuk keperluan check up tahunan.
Semuanya bermula pada 2002, saat seorang mahasiswi bernama Elizabeth Holmes yang berkuliah di Stanford University, Amerika Serikat mengemukakan idenya kepada Profesor Phyllis Gardner tentang penutup lengan atau sarung tangan untuk mengambil setetes darah penggunanya, yang kemudian bisa diperiksa apakah terdapat penyakit menular dan lantas diberi antibiotik secara langsung.
Namun sang profesor menyebut bahwa ide itu “tidak layak” dan tidak mungkin diwujudkan. Pemeriksaan kesehatan melalui darah perlu alat yang lebih kompleks daripada sarung tangan dan setetes darah.
Namun Elizabeth tidak patah semangat. Pada akhir 2003, dia mendirikan startup bernama Real-Time Cures. Aktivitas awal perusahaan ini dilakukan di ruang bawah tanah kampus dengan bermodalkan uangnya sendiri.
Pada April 2004, Real-Time Cures kemudian berganti nama menjadi Theranos, sebuah kombinasi kata ‘therapy’ dan ‘diagnosis’. Startup ini fokus dengan visi menjalankan tes laboratorium umum dengan inovasi hanya satu tetes darah. Elizabeth juga mempekerjakan Ian Gibbons, ahli biokimia asal Inggris serta menjadikan seorang profesor bernama Robertson sebagai direktur perusahaan.
Hanya butuh satu tahun, Theranos melaju sangat cepat. Startup ini berhasil memperoleh 23 paten teknologi. Salah satunya ialah paten berseri US7291497B2 yang bernama “Medical Device for Analyte Monitoring and Drug Delivery.” Menurut data yang dihimpun oleh MedX, paten tersebut merupakan suatu perangkat medis yang dapat dicerna, ditanamkan, atau dipakai pengguna. Juga ada agen bioaktif yang masuk ke tubuh si pengguna, dan bekerja untuk menganalisis penyakit yang mungkin diderita.
Memang ide besar dari Theranos adalah ingin merevolusi bagaimana masyarakat mengetahui penyakit yang diderita dengan mudah dan murah. Darah mengandung banyak komponen, seperti sel, trombosit, protein, dan berbagai makromolekul. Dalam pemeriksaan penyakit melalui laboratorium, komponen-komponen yang tidak diperlukan mesti dibuang dalam proses yang rumit nan mahal. Perangkat itu disebut bisa menghilangkan kebutuhan yang tidak efisien. Sehingga kebutuhan untuk kunjungan laboratorium dihilangkan yang pada akhirnya memberikan penghematan, baik dalam waktu maupun biaya.
Menjelma Menjadi Unicorn Bervaluasi US$9 miliar
Theranos dan satu set perangkatnya menawarkan 240 tes penyakit. Mulai dari kolesterol hingga kanker hanya dengan hanya setetes darah. Lebih hebatnya, analisis penyakit bisa diterima si pengguna hanya dalam waktu 15 menit.
Satu set terdiri dari jarum suntik berukuran kecil yang digunakan untuk mengambil sampel darah, serta kotak pembaca data bernama Edison yang terinspirasi dari Thomas Alva Edison, sosok yang dikagumi oleh Elizabeth.
Sedangkan cara kerjanya, setelah darah dimasukkan ke dalam Edison lantas dikirim ke pusat data Theranos untuk dianalisis. Pada tiap analisa penyakit yang hendak diketahui pengguna, Theranos mematok biaya yang murah. Analisis hemoglobin, misalnya, hanya dihargai US$1,63. Analisis kolesterol, hanya dibanderol US$2,99.
Untuk semua ini, Theranos digadang-gadang akan menjadi sebuah startup yang akan melakukan disrupsi terhadap sistem layanan di bidang kesehatan. Tak tanggung-tanggung, dalam satu kesempatan Elizabeth pernah berkata bahwa ini bisa menghemat anggaran pemerintah Amerika Serikat sebesar US$200 miliar selama satu dekade.
Prospek Theranos disertai daya tarik Elizabeth sebagai pendirinya telah menarik minat sejumlah investor. Tercatat pada 2014, pendapatan startup tersebut mencapai US$100 juta.
Kemudian Theranos menjelma menjadi sebuah Unicorn, sebutan bagi startup yang memiliki valuasi di atas USD$1 juta. Data Crunchbase mengungkap startup tersebut berhasil membukukan 10 pendanaan dengan total US$1,4 miliar. Salah satu investor terbesar ialah Puget Sound Venture Club, yang menggelontorkan dana lebih dari $500 juta. Dan valuasi startup tersebut diperkirakan menyentuh angka US$9 miliar.
Tak hanya itu, sejumlah nama besar masuk dalam kepengurusan Theranos termasuk dua mantan Menteri Luar Negeri AS, Henry Kissinger dan George Shultz. Plus berhasil melakukan kerjasama dengan Walgreens Boots Alliance Inc.(WBA) untuk membangun ribuan Pusat Kesehatan di AS.
Edison. Perangkat yang digunakan untuk menganalisa sampel darah. Gambar: suffol.edu
Fakta Terungkap
Namun capaian itu tidak bertahan lama. Diawali oleh kecurigaan seorang jurnalis Wall Street Journal bernama John Carreyrou. Dirinya berusaha menyelidiki untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam Theranos. Dan dia menemukan fakta yang cukup mengangetkan.
Salah satu upaya yang dilakukannya adalah mengorek informasi dari para karyawan Theranos. Ada yang mengatakan bahwa hasil tes tidak akurat. Misalnya, dalam tes kalsium dalam tubuh, Theranos memberi nilai 11,8 milligram per enzim liter. Padahal, rumah sakit umumnya memberikan nilai tes kalsium pada rentang 9,2 milligram per enzim liter.
Dan sumber lain yang diwawancarai oleh Carreyrou mengungkapkan bahwa sebagian besar tes sama sekali tidak dilakukan di laboratorium Theranos, namun menggunakan mesin konvensional yang dibeli dari pemasok utama. Untuk hal ini Theranos dianggap telah melakukan penipuan.
Runtuhnya Sang Unicorn
Setelah laporan terkait perusahaan tersebut diterbitkan oleh Wall Street Journal pada Oktober 2015 nasih buruk mendera sang Unicorn. Mulai dari dibukanya penyelidikan pihak regulator keuangan AS Securities and Exchange Commission hingga dicabutnya lisensi Theranos oleh Pusat Layanan Medicare dan Medicaid.
Hal ini membuat Theranos harus menutup sejumlah laboratorium dan memberhentikan 40% karyawannya. Masih ada lagi, Forbes merevisi nilai aset kekayaan Elizabeth Holmes selaku founder menjadi 0. Pun dirinya harus kehilangan kendali perusahaan dan diminta mengembalikan saham perusahaan senilai US$500.000.
Theranos, sang unicorn akhirnya runtuh. Pemerintah Arizona menuntut Theranos membayar ganti rugi pada 1,5 juta produk yang mereka jual pada masyarakat negara bagian tersebut.
Elizabeth Holmes. Founder dan mantan CEO Theranos. Gambar: Mashable
Direktur Eksekutif GP Farmasi Indonesia Dorodjatun Sanusi (tengah. Gambar: SWA Online
Sudah menjadi rahasia umum kalau BPJS Kesehatan mengalami defisit anggarann dengan jumlah yang sangat banyak. Hal ini tentu berdampak pada seluruh pihak yang terkait. Salah satunya bisa mengganggu proses produksi hingga distribusi obat.
Terkait hal ini, Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi memberikan solusi melalui skema “Free & Fee“. Sistem yang dilandaasi perpres 82/2018 ini diyakini bisa meningkatkan pelayanan yang komprehensif dan lebih bermutu dengan tanpa meningkatkan beban bagi BPJS Kesehatan dan Pemerintah.
“Pada skema ‘Free’, peserta kategori Penerima Bantuan Iuran secara gratis dirancang untuk menerima basic treatment pada kelas Rumah Sakit (RS) tertentu. Serta pemberian obat basic yang sesuai ketentuan,” ucap Direktur Eksekutif GP Farmasi Indonesia Dorodjatun Sanusi. Hal tersebut diungkapkannya dalam Diskusi Media bertajuk “Evaluasi Kinerja BPJS Kesehatan dalam Aspek Pelayanan Pasien” yang diselenggarakan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) beberapa waktu lalu.
Dorodjatun Sanusi melanjutkan, melalui rancangan seperti ini peserta diberikan jumlah obat yang sesuai dengan penyakitnya sehingga mereka tidak perlu direpotkan dengan pembatasan yang selama ini diterapkan. Sehingga proses perawatan menjadi lebih optimal dan kualitas hidup pasien menjadi lebih baik.
Untuk mendukung skema yang diusulkan tersebut, pelibatan asosiasi profesi (dokter dan spesialis) berperan penting agar dapat menyusun petunjuk pelaksanaan yang detil atas kewajiban rincian komponen obat per jenis penyakit yang sesuai dengan International Therapeutic Management.
“Supaya menciptakan pressure yang cukup kepada pembuat kebijakan. Masyarakat yang memang mampu dan bersedia untuk membayar lebih semestinya diberikan peluang dan jangan terlalu dibatas,” tambah Dorojatun.
Sementara itu, pihak IDI sepakat perihal mendesaknya upaya yang didorong oleh berbagai pihak pemangku kepentingan. Daeng M. Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar IDI menuturkan program JKN yang berupaya untuk menanggung semua aspek layanan kesehatan dihadapkan pada tantangan atas ketersediaan obat yang terbatas. Dengan sumber daya pendanaan yang memadai, maka hal ini dapat ditangani secara saksama dan diselesaikan melalui cara yang baik.
“Bila pendanaan dapat ditangani dengan baik, secara berangsur kita dapat memperbaiki sistem pelayanan yang ada. Perbaikan cukup mendesak karena penyedia layanan kesehatan dan dukungan obat turut dirugikan,” katanya.
Sementara itu, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) menekankan pentingnya penyempurnaan pengelolaan BPJS Kesehatan, meskipun secara regulasi Rumah Sakit Swasta tidak diwajibkan berpartisipasi. Namun demikian peran mereka tetap menjadi kunci dalam mendorong keberhasilan program JKN di Indonesia.
Menurut Noor Arida Sofiana Wakil Ketua Umum ARSSI, beberapa masalah yang dihadapi Rumah Sakit Swasta terkait kecepatan dan ketepatan pembayaran tagihan oleh BPJS Kesehatan yang dinilai cukup lambat. Tantangan yang dihadapi BPJS Kesehatan mendorong kekosongan obat di Rumah Sakit. Belum lagi tak jarang obat yang diperlukan terlambat datang. Sedangan layanan kesehatan berkaitan pada kepentingan masyarakat luas.
Pertamina TBBM Panjang dan Rumah Zakat memberikan bantuan alat kesehatan dan pendampingan Posyadu untuk Posyandu Teratai di Kampung Baru 3 Panjang Utara, Bandar Lampung. Ini merupakan program rutin CSR Pertamina yang sudah dilangsungkan sejak 2018.
Bantuan tersebut diberikan bersamaan dengan diresmikannya Posyandu Teratai. Hadir mewakili Pertamina TBBM Panjanga adalah Romiyanda, sedangkan Rumah Zakat diwakili Sulaiman, S.Pd selaku Branch Manager wilayah Lampung.
“Semoga tahun 2019 ini kita bisa melaksanakan program untuk masyarakat setelah melakukan socialmapping sehingga program dari CSR Pertamina benar-benar tepat sasaran,” ujar Romiyanda.
Sementara itu Rumah Zakat sebagai mitra pelaksana program berharap pendampingan Posyandu ini dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama ibu dan balita, sehingga derajat kesehatan masyarakat di Kampung Baru 3 semakin meningkat.
Program bantuan ini sendiri mendapat sambutan positif dari Camat Panjang Ahmad Nur Rizki, S. ST. Ia mengatakan progam ini sangat membantu Posyandu untuk bisa lebih berkembang
“Terima kasih kepada PT Pertamina dan Rumah Zakat yang telah menyalurkan dana CSRnya ke Posyandu Teratai di kampung Baru 3 Panjang Utara ini, harapan ke depan semoga tidak hanya Posyandu Teratai saja yang mendapatkan bantuan dari CSR Pertamina tapi juga 10 Posyandu yang ada di Kelurahan Panjang Utara ini juga bisa merasakan kebahagian sebagaimana dirasakan oleh kader Posyandu Teratai ini,” ucapnya.
dr. Daeng M Faqih, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia. Gambar: Detik health
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dr. Daeng M Faqih memaparkan defisit keuangan yang dialami Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan berdampak pada seluruh pihak yang terkait mulai dari rumah sakit hingga pasien.
Dirinya mengatakan bahwa kondisi defisit keuangan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional paling banyak berdampak pada pelayanan fasilitas kesehatan kepada pasien.
“Defisit ini paling banyak di antara yang menyebabkan kualitas pelayanan itu karena kalau defisit nggak dibayar kemudian rumah sakit gagal bayar ke pihak ketiga,” ucap dr. Daeng.
Rumah sakit menunggak pembiayaan obat-obatan dan peralatan kesehatan penunjang seperti obat-obatan dengan bahan habis pakai yang apabila tidak ada akan menghambat kerja dokter dalam menangani pasien. Jika suatu rumah sakit tidak bisa menangani pasien dikarenakan keterbatasan obat-obatan dan peralatan akan berakibat pada merujuknya pasien ke rumah sakit lain.
Dalam kondisi itu, pasien akan mengalami keterlambatan dalam penanganan yang berdampak pada kondisi kesehatannya.
“Penanganan pasien itu kan ada masa emasnya, kan ada ‘golden period’-nya. Itu yang bisa hilang,” jelas Daeng.
Selain itu, masalah keuangan pada BPJS Kesehatan juga berimbas pada tenaga kesehatan yaitu dokter dan perawat yang tertunggak dibayarkan jasanya. Oleh karena itu dr. Daeng menegaskan bahwa penyelesaian dalam masalah keuangan pada Program JKN yang paling mendesak adalah mengatasi defisit yang diderita.
Richmar, produsen alat kesehatan asal Amerika Serikat memperkenalkan elektroda anti-microbial yang berfungsi mencegah infeksi bagi pengguna perangkat elektroterapi.
Elektroda MicroBlock dirancang untuk menekan dan memusnahkan pertumbuhan bakteri penyebab penyakit umum dan superbug seperti Staphylococcus Aureus Anti-Methicillin (MRSA) pada pasien yang menggunakan perangkat Stimulasi Syaraf Elektrik Transcutaneous (TENS) di rumah sakit, pusat rehabilitasi atau instalasi medis lainnya.
Elektroda MicroBlock efektif melawan bakteri yang berada dalam area “zona perlambatan” – yaitu area yang langsung mengelilingi dan terdapat dalam elektroda. Hasil pengujian MicroBlock diantaranya:
Zona perlambatan disekitar permukaan elektroda MicroBlock mencapai 5.65 mm saat diamati.
Tidak terdapat pertumbuhan bakteri E. Cloaceae (CRE), S. Aureus (MRSA), E. Coli (misalnya ESBL), E. Faecalis (VRE), P. Aeruginosa atau A. Baumannii.
Efektivitas yang ditunjukkan elektroda antimicrobial mencapai hampir 100% saat mengurangi pertumbuhan keenam mikroorganisme tersebut.
“Pengujian ilmiah MicroBlock, dalam riset dan pengembangan selama 16 bulan, telah membuktikan keampuhannya dalam memusnahkan bakteri penyebab infeksi.” Ujar senior VP Richmar Ryan Moore.
Ryan moore melanjutkan, bukti pengujian menunjukkan bahwa bakteri dapat disebarkan melalui elektroda dari satu penanganan ke penanganan lainnya, dengan potensi menularkan bakteri ke pasien sasat sistem imun mereka tidak dalam kondisi baik.
“Bahkan CDC memperkirakan 1 dari 31 pasien rumah sakit setidaknya memiliki satu kasus infeksi akibat layanan kesehatan. MicroBlock mengurangi resiko ini dengan memusnahkan mikroba pada permukaan elektroda saat penanganan,” pungkas Ryan.
Produsen farmasi dan alat kesehatan, PT Phapros terus berupaya yang terbaik demi laporan neraca keuangannya 2019 ini.
Setelah berhasil mengalami pertumbuhan yang signifikan tahun kemarin, perseroanperusahaan BUMN tersebut menargetkan pertumbuhan30% di tahun ini. Sebuah target yang dinilai cukup tinggi.
“Di 2019 ini kami targetkan pertumbuhan bisnis sekitar 30%,” ujar Barokah Sri Utami, Direktur Utama PT Phapros.
Beberapa portofolio produk farmasi untuk ortopedi, anestesi serta saluran pernapasan atas masih dijagokan Phapros untuk meraih kinerja yang memuaskan di 2019 ini. Berkaca pada laporan keuangan sepanjang 2018 kemarin, revenue mereka tercatat hanya naik 2%.
Meski beban pokok penjualan naik tipis 0,7% year on year (yoy) menjadi Rp 439 miliar di tahun kemarin, namun laba kotor tidak dapat terungkit tinggi. Laba kotor yang tercatat sepanjang tahun 2018 ialah Rp 583 miliar atau naik 3,2% dibandingkan tahun 2017 yang nilainya Rp 565 miliar.
Namun demikian di pos penghasilan lain-lain ada kenaikan hingga 15 kali lipat dari Rp 2 miliar di 2017 menjadi Rp 30 miliar di 2018 tersebut. Alhasil laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan naik 5,6% di tahun 2018 itu yakni senilai Rp 132 miliar, dimana pada tahun 2017 hanya Rp 125 miliar.