spot_img

Penjualan Alkes Fluoroskopi Akan Mencapai 2,79 Miliar Dolar AS Pada 2022

Perangkat Fluoroskopi. (Gambar : vetscan.no)

Menurut riset dari MarketsandMarkets, penjualan alat kesehatan fluoroskopi akan mencapai 2,21 miliar dolar AS pada tahun ini. Dan diproyeksikan mencapai 2,79 miliar dolar AS pada tahun 2022, atau meningkat sebesar 4,8%.

Untuk diketahui, fluoroskopi adalah tindakan pencitraan medis yang digunakan oleh dokter untuk mengambil gambar dari organ tubuh tertentu dan untuk melihat video pergerakan berbagai bagian tubuh di layar secara langsung. Tindakan ini menggunakan teknologi sinar-X dan bahan pewarna pembanding.

Peralatan fluoroskopi diperkirakan akan menjadi jenis alat kesehatan terbesar tahun ini karena akan semakin banyak digunakan untuk aplikasi diagnostik kardiologi, gastroenterologi dan urologi.

Kardiologi tumbuh pada tingkat tertinggi karena meningkatnya populasi lansia, prevalensi penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dan penggunaan pencitraan fluoroskopi secara meluas untuk mendiagnosis dan mengobati berbagai kondisi jantung.

Amerika Utara saat ini mendominasi pasar, diikuti oleh Eropa, Asia Pasifik, Amerika Latin, Timur Tengah dan Afrika. Negara-negara di kawasan Asia Pasifik termasuk China, Jepang dan India diperkirakan akan tumbuh pada tingkat tertinggi selama periode perkiraan. Seperti daerah lainnya, hal ini disebabkan meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskular.

Beberapa produsen dan vendor ternama yang memiliki produk alkes ini adalah Siemens AG, GE Healthcare, Koninklijke Philips NV, Shimadzu Corporation, Ziehm Imaging GmbH, Toshiba Medical Systems Corporation, Hitachi Ltd., Carestream Health Inc., Hologic Inc., Lepu Medical Technology Co. Ltd., Agfa-Gevaert Group, dan Adani Systems Inc.

BrainScope Akan Kembangkan Alat Pendeteksi Cedera Otak Untuk Pasien Anak

Produk Brainscope untuk pasien dewasa yang sebelumnya sukses dikembangkan dan dipasarkan. (gambar:businessinsider.com)

BrainScope Company, Inc, perusahaan neuroteknologi medis mengumumkan akan mengembangkan perangkat untuk mendeteksi dan melihat cedera otak khusus untuk pasien anak.

Alat ini dirancang untuk menilai keseluruhan spektrum cedera otak, termasuk apakah anak memiliki kerusakan otak struktural ataufungsional. Perangkat tersebut akan membantu mengukur dan menafsirkan aktivitas listrik otak dan fungsi neurokognitif, serta menawarkan panel data objektif untuk membantu dokter membuat diagnosis klinis mereka.

Dalam waktu dekat, BrainScope akan mulai merekrut beberapa tenaga ahli terkemuka di wilayah Amerika Serikat untuk melakukan studi klinis pada populasi pasien anak-anak guna pengembangan produk ini.

Sebelumnya, perusahaan medis Amerika Serikat ini sukses mengembangkan dan menjual produk BrainScope One yang memiliki fungsi sama namun diperuntukkan untuk pasien dewasa.

“Kami sangat antusias untuk memulai pengembangan kemampuan pediatrik yang sangat mirip seperti BrainScope One,” kata Michael Singer, CEO BrainScope.

Saat ini ada jutaan anak yang berpartisipasi dalam aktivitas olahraga seperti sepakbola, kasti, dan lain-lain dimana memiliki risiko mengalami cedera kepala. Namun, saat ini rata-rata hanya didiagnosis dengan menggunakan metode berbasis gejala dan subyektif semata.

“Ada kebutuhan mendesak untuk perangkat medis yang cepat dan obyektif guna membantu dokter menentukan adanya cedera otak, termasuk gegar otak, yang mungkin dialami pasien anak setelah mengalami cedera kepala, terutama pada saat aktivitas olahraga,” lanjut Michael Singer.

BrainScope sendiri telah menjadi penerima beberapa penghargaan bergengsi selama beberapa bulan terakhir, termasuk Frost & Sullivan 2017 Best Practices Award untuk Inovasi Produk Baru di Traumatic Brain Cedera Assessment Solutions Market.

Peneliti Dari IPB Kembangkan Biosensor Penyakit Asam Urat

Gambar ilustrasi. (cloudinary.com)

Asam urat atau gout adalah penyakit yang dapat menyebabkan gejala nyeri yang tidak tertahankan, pembengkakan, dan rasa panas di persendian. Meski semua sendi di tubuh bisa terkena asam urat, namun yang paling sering terserang adalah sendi jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki. Penyakit ini lebih rentan menjangkiti laki-laki dibandingkan dengan perempuan, terutama saat usia mereka di atas 30 tahun.

Asam urat bisa terjadi karena zat purin di dalam tubuh mengalami penumpukan. Selanjutnya zat tersebut diolah tubuh sehingga akan membentuk asam urat. Dan saat tubuh memproduksinya secara berlebihan, maka yang terjadi justru adalah penyakit asam urat.

Terkait dengan hal ini, peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Dyah Iswantini, Novik Nurhidayat, Akhiruddin Madu dan Deden Saprudin melakukan penelitian tentang pengembangan teknologi biosensor asam urat menggunakan Lactobacillus plantarum.

Dikutip dari situs kumparan, salah satu peneliti, Dyah Iswantini mengatakan, metode biosensor ini merupakan deteksi awal terhadap pasien yang menderita penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah seperti gout, hipertensi, dan lain-lain. Metode ini diklaim memiliki tingkat akurasi yang tinggi, serta praktis dan murah.

“Kami berhasil mengembangkan teknik deteksi asam urat dengan menggunakan Lactobacillus plantarum sebagai penghasil urikase sebagai komponen biologis yang dapat digunakan untuk mendeteksi kadar asam urat,” ujar Dyah.

Hasil riset menunjukkan bahwa pengukuran asam urat sel L. plantarum yang diimobilisasi pada membran zeolit atau kappakaraginan di atas permukaan Screen Printed Electrode (SPE) menghasilkan arus oksidasi, 29.9 µA (mikroampere). Hasil ini hampir tiga kali lebih besar daripada arus yang dihasilkan pada pengukuran arus menggunakan elektroda pasta karbon biasa.

“Dari hasil tersebut, alat biosensor asam urat yang difabrikasi massal nantinya akan menggunakan biofilm L. plantarum sebagai bioreseptornya,” tutup Dyah menyudahi penjelasannya.

Rumah Sakit Hermina Terima Investasi Senilai Rp 600 Miliar

Salah satu Rumah Sakit Hermina. (portalsemarang.com)

PT Medikaloka Hermina, pengelola Rumah Sakit Hermina mendapatkan investasi senilai USD45 juta atau setara dengan Rp600 miliar dari Creador. Hal ini menjadikan perusahaan private equity regional tersebut menguasai saham minoritas.

Senior Managing Director Creador, Cyril Noerhadi menuturkan, dalam berinvestasi, perusahaan memang memiliki prinsip hanya menjadi pemegang saham minoritas. Hermina sendiri bukanlah portofolio rumah sakit pertama mereka, sebelumnya sudah ada Paras Hospital di India.

Cyri melanjutkan, sektor kesehatan di Indonesia masih relatif sangat rendah namun, pengeluaran pelayanan kesehatannya terbilang cukup besar, yaitu 28 miliar dollar AS per tahun dan telah tumbuh rata-rata 10% dalam 5 tahun terakhir. Ke depannya, tren ini diyakini akan terus meningkat pesat seiring dengan implementasi program BPJS Kesehatan pemerintah yang akan memberikan akses kesehatan untuk seluruh rakyat Indonesia di tahun 2019.

“Tahun ini pertumbuhan ekonomi diprediksi 5,2%, sektor yang menarik pertumbuhan yaitu sektor kesehatan pertumbuhan 10%. jadi dua kali pertumbuhan ekonomi. Ini membuat kita sangat tertarik, di antara sektor tersebut Hermina adalah rumah sakit yang tumbuh pesat, jumlah tempat tidur, hampir 2.600 tempat tidur,” ujarnya.

Presiden Direktur Medialoka Hermina Hasmoro menyatakan, perseroan berkeinginan untuk terus tumbuh secara berkelanjutan. Setiap tahun, Medialoka Hermina akan menambah rumah sakit baru. Sementara saat ini perseroan sudah memiliki 25 rumah sakit dengan ketersediaan 2.600 tempat tidur. Kendati begitu, pihaknya menargetkan dapat memiliki 50 rumah sakit dan 4.000 tempat tidur pada 2020.

“Sejak awal tahun 2017 kami sudah menambah dua rumah sakit. Sehingga, sebelum akhir tahun harapannya bisa menambah 2-3 rumah sakit Hermina di Medan, Purwokerto, dan di kawasan Agung Podomoro Land,” pungkasnya.

Kerja Sama Mazor Robotics dan Medtronic Libatkan Investasi Sejumlah 40 Juta Dollar AS

Produk Mazor X besutan Mazor Robotics. Sumber gambar : fiercebitoech.com

Mazor Robotics baru-baru ini memasuki fase kemitraan tahap II dengan salah satu produsen alat kesehatan ternama Medtronic, melanjutkan kerja sama yang sudah dimulai sejak Mei 2016 lalu.

Perusahaan pengembang teknologi robotik untuk operasi tulang belakang tersebut mengungkapkan bahwa pada kerjasama sebelumnya telah tercapai hasil yang diinginkan. Penerimaan dan permintaan pasar global untuk produk mereka, yaitu Mazor X juga ternyata mencapai angka lebih tinggi dari perkiraan.

Adapaun kesepakatan kerja sama pada tahap ini melibatkan angka investasi sejumlah 40 juta dollar AS yang diberikan pihak Medtronic kepada Mazor. Plus menjadikan raksasa alat kesehatan asal Minnesota, Amerika Serikat itu mendapatkan hak distribusi global eksklusif untuk produk Mazor X.

Investasi ini selain akan memperkuat neraca keuangan Mazor, nantinya juga akan digunakan pihak perusahaan untuk mengembangkan produk potensial lainnya. Kabarnya perangkat ini menggabungkan kemampuan Mazor dalam perencanaan bedah dan operasi serta kemampuan navigasi dan sistem implan milik Medtronic. Prototype-nya akan didemonstrasikan dalam beberapa bulan ke depan.

 

Teleflex Akuisisi Produsen Alat Kesehatan Urologi Senilai 1,2 Miliar Dollar AS

Teleflex Inc, produsen alat kesehatan ternama asal Amerika Serikat resmi mengakuisisi NeoTract Inc untuk memperkuat portofolio produknya di bidang urologi. Dikabarkan pembelian ini bernilai 1,2 miliar Dollar AS.

NeoTract merupakan perusahaan yang mengembangkan UroLift System, sebuah perangkat minimal invasif untuk mengobati pria dengan gangguan saluran kemih bagian bawah akibat pembesaran prostat.

NeoTract menargetkan pasar yang bernilai lebih dari 30 miliar Dollar AS dan perusahaan tersebut mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 20 persen atau lebih dalam 13 dari 14 kuartal terakhir, kata Teleflex. Pendapatan perusahaan asal California, Amerika Serikat ini diperkirakan mencapai 115 juta Dollar AS pada tahun 2017, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 51 juta Dollar AS. Selain itu, diperkirakan akan meningkat setidaknya 40 persen pada tahun 2018 mendatang.

Pihak NeoTract sendiri mengaku sangat antusias dengan bergabungnya perusahaan mereka dengan Teleflex. “Kami sangat antusias untuk bergabung dengan Teleflex. Kami berbagi visi dalam pengembangan produk UroLift. Hal ini sekaligus adalah hasil kerja keras dan dedikasi seluruh tim NeoTract,” pungkas CEO NeoTract, Dave Amerson.

Philips Gandeng HeartFlow Kembangkan Teknologi Analisis Jantung Koroner

Royal Philips mengumumkan telah menjalin kemitraan dengan HeartFlow Inc untuk mempromosikan penggunaan HeartFlow FFRct Analysis, yang befungsi untuk mengukur bagian dalam arteri koroner pasien yang dipadukan dengan kateter canggih Philips. Ini berguna untuk menangani pasien yang mengidap jantung koroner.

Christopher Barys, dari pihak Philips mengatakan penyakit jantung adalah salah satu penyebab utama kematian di dunia. Untuk mengatasi hal ini, rumah sakit mengadopsi teknologi baru yang memperbaiki diagnosis dan perawatan pasien dengan mengurangi prosedur invasif yang tidak perlu.

The HeartFlow FFRct Analysis adalah satu-satunya teknologi noninvasif yang tersedia secara komersial yang menilai tingkat dan dampak penyakit arteri koroner terhadap aliran darah ke jantung. Data dari angiogram CT koroner dipindahkan dari sistem rumah sakit ke sistem cloud computing, dan HeartFlow menggunakan teknologi canggih untuk menghasilkan model 3-D digital dari arteri koroner pasien.

Algoritma komputer mengevaluasi jutaan persamaan kompleks untuk mensimulasikan aliran darah dalam model dan menentukan dampak penyumbatan. Para dokter dan pihak medis kemudian dapat meninjau hasilnya pada antarmuka web yang aman.

Selain perjanjian kolaborasi komersial antarkedua perusahaan, mereka juga telah menandatangani perjanjian eksklusif untuk mengembangkan solusi pendeteksi sinar-X yang berasal dari sinar-X dari laboratorium laboratorium.

“Perjanjian kolaborasi kami dengan Philips yang memiliki solusi terpadu di dalam laboratorium kateter, akan membantu teknologi HeartFlow untuk pasien yang dicurigai dan berpotensi terancam nyawanya (akibat penyakit jantung),” kata Dr. John H. Stevens, CEO HeartFlow.

Habiskan Rp 1,8 M, CT Scan RSUD Cut Meutia Kembali Dapat Digunakan

CT Scan milik RSUD Cut Meutia. Sumber gambar : Serambi Indonesia

RSUD Cut Meutia Aceh Utara telah merhasil memperbaiki CT-Scan (Computerized Tomography Scanner) milik mereka. Alat kesehatan ini sudah dapat difungsikan kembali secara normal untuk pelayanan terhadap pasien yang memerlukan gambaran otak dan tindakan medis lainnya.

“Sudah selesai dikerjakan pada sore kemarin (Sabtu (26/8) sore-red) oleh teknisi yang kita datangkan dari Jakarta. Proses perbaikan alat tersebut membutuhkan waktu selama dua hari, tapi biaya untuk perbaikan alat itu cukup besar mencapai Rp 1,8 miliar,” ujar Syaiful, Humas RSUD Cut Meutia Aceh Utara, dikutip dari Serambi Indonesia.

Dirinya mengungkapkan, biaya Rp 1,8 miliar itu sudah termasuk biaya penggantian spare parts CT Scan. Selain itu juga telah disiapkan mesin Uninterruptible Power Supply (UPS) automatis berkapasitas besar guna mengantisipasi terjadi kerusakan kembali. Untuk diketahui, rusaknya alat tersebut diduga karena pasokan arus listrik yang tak stabil selama ini.

“Kita sudah menyediakan mesin UPS otomatis berkapasitas besar. Sehingga meski listrik padam, alat tersebut masih dapat difungsikan,” lanjut Syaiful.

Alat pemindai otak dan sumsum tulang belakang tersebut mulai rusak pada September 2016, sehingga selama ini pelayanan terhadap pasien terhenti total.

CT Scan sendiri adalah alat yang termasuk sangat penting di rumah sakit, apalagi untuk pasien yang mengalami kecelakaan. “Untuk menggunakan alat tersebut, kita sudah lama memiliki tenaga medis yang mampu mengoperasikan. Perbaikan itu kita lakukan juga sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit kita ini,” pungkasnya.

Ingin Perkuat Sektor Wisata Medis, Taiwan Jalin Kerja Sama dengan Indonesia

Rumah sakit Chang Gung Memorial. Sumber gambar : wikipedia.org

Setelah selama ini menjalin hubungan yang baik dengan Indonesia dalam sektor perdagangan, Taiwan ingin menjajaki sektor lain yaitu bidang kesehatan melalui konsep wisata medis guna membangun platform kesehatan antarkedua negara.

Hal ini diungkapkan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan bersama Taiwan External Trade Development Council (Taitra) di Jakarta, Rabu (30/8). “Indonesia merupakan negara besar dan pasar yang cukup menjanjikan untuk semua sektor, termasuk kesehatan,” ujar Wakil Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan Ho Chi-Kung di Jakarta.

Menurut dia, jumlah orang Indonesia yang berobat ke Taiwan terus meningkat. Ini menjadi salah satu pemicu berkembang pesatnya wisata medis Taiwan. Dirinya mengungkapkan ada beberapa faktor yang mendorong negaranya menjadi tujuan wisata medis favorit bagi orang indonesia. Diantaranya yaitu rumah sakit di Taiwan mengusung teknologi canggih dalam pelayanannya namun memiliki harga yang kompetitif. Setelah berobat, pasien juga bisa melakukan perjalanan wisata lainnya, seperti kuliner.

Ho Chi-Kung melanjutkan, sebenarnya banyak orang Indonesia yang berobat ke berbagai rumah sakit di Taiwan. Mereka berobat untuk berbagai jenis penyakit seperti penyakit kanker maupun gangguan tulang hingga penyakit berat lainnya.

Selain berobat pasien dari Indonesia banyak yang datang ke berbagai rumah sakit di Taiwan hanya untuk melakukan medical check up. Ke depan, kerja sama dalam bidang kesehatan akan dirumuskan lebih baik lagi dan melibatkan antar rumah sakit dan antar pemerintahan Indonesia dan Taiwan.

Kerja sama antara Indonesia dan Taiwan juga dilakukan dalam bentuk training atau pelatihan dokter Indonesia di rumah sakit Taiwan. Rumah sakit di Taiwan juga akan menerima pasien yang tak tertangani oleh dokter di Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir perwakilan dari beberapa rumah sakit di Taiwan seperti Hualien Tzu Chi, pusat tali pusar terbesar di dunia, kemudian rumah sakit Chang Gung Memorial, pusat proton pertama untuk terapi. Ada juga Taipei Veterans General Hospital yang memiliki jaringan medis untuk operasi rongga dada, Shin Kong Wu Ho-Su Memorial, salah satu rumah sakit terbaik Taiwan, dan E-da, rumah sakit terbaik di selatan Taiwan.

HeartMate 3 (LVAD), Alat Pompa Jantung Besutan Abbott

HeartMate 3 (LVAD) besutan Abbott. Sumber gambar : medgadget.com

HeartMate 3 (LVAD), produk pompa jantung besutan Abbott telah mendapatkan persetujuan dan ijin edar dari pihak Badan Pengawas Obat dan Kesehatan Amerika Serikat (FDA). Alat ini dirancang untuk meningkatkan curah jantung pada pasien gagal jantung yang dalam masa pemulihan atau sedang menunggu proses transplantasi.

Alat ini menggunkan teknologi bernama Full MagLev, memberikan alur yang luas agar darah bisa mengalir dan tidak menciptakan gesekan. Perangkat ini mampu memompa hingga 10 liter darah per menit. Sistem ini dapat diprogram oleh dokter, termasuk jumlah bantuan yang diberikan ke jantung.

Pompa ini akan memungkinkan dokter untuk lebih membantu pasien yang membutuhkan dukungan jangka pendek dan hemodinamik, seperti dalam bentuk transplantasi dan pemulihan miokard. Serta menawarkan fitur lanjutan dalam penggunaan terapi bantuan ventrikel kiri (LVR).

Pihak Abbott yakin bahwa dengan lebih banyak penelitian dan peningkatan kesadaran, HeartMate 3 akhirnya bisa menjadi pilihan standar untuk membantu pasien dengan gagal jantung tingkat lanjut.