spot_img

Investasi HealthTech di Asia Capai Pertumbuhan Positif Pada Semester Pertama 2019

Galen Growth Asia, sebuah perusahaan riset dan analisis yang fokus pada sektor industri kesehatan baru-baru ini mengeluarkan sebuah laporan yang menyatakan bahwa investasi di sektor kesehatan khususnya HealthTech telah mencapai pertumbuhan spositif. Dan ini diprediksi akan semakin meningkat ke depannya.

Tercatat pada pertengahan tahun 2019 saja, total investasi yang digelontorkan oleh seluruh investor untuk sektor HealthTech di kawasan Asia adalah USD 2,5 miliar. Ini termasuk investasi untuk fasilitas riset serta pendanaan bagi sejumlah startup di Asia.

Sebagai benua dengan jumlah populasi mencapai setengah penduduk dunia, memang tidak heran jika investor belakangan banyak memindahkan dana investasi untuk sektor kesehatan ke wilayah ini. Berumbuhnya rumah sakit dan sejumlah startup HealthTech menambah daftar alasan bagi investor mengambil langkah tersebut. Yang menarik, ini berbanding terbalik dengan wilayah Amerika yang tercatat justru menurun sampai 38% dibanding tahun 2018.

Tiongkok melambat, India kembali stabil dan Asia Tenggara mencapai dua kali lipat

Pada paruh pertama 2019, tiongkok mewakili 76% dari total pendanaan yaitu sejumlah USD 1,92 miliar. Kendati begitu, ini turun dari yang sebelumnya yaitu 85% dari total investasi HealtTech di Asia. Penurunan ini diprediksi akibat masalah perang dagang antara negeri tirai bambu tersebut dengan Amerika Serikat (AS).

Sebaliknya, investasi HealthTech India menemukan kembali performasnya setelah sempat turun pada 2018. Tercatat totalnya adalah USD 383 juta. Sedangnkan di negara-negara Asia Tenggara, melesat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya menjadi USD 189 juta. Walau memang harus diriser lebih mendalam, namun sejumlah pengamat menilai bahwa kenaikan investasi di kawasan ini sedikit banyak terpengaruh oleh perang dagang Tiongok – AS.

Menariknya lagi, justru investasi ini rata-rata merupakan transaksi pendanaan Seri B dan C atau sekitar 69% dari total keseleuruhan. Sedangkan pendanaan Seri A justru turun menjadi 25% saja. Dan sisanya adalah pendanaan tahap awal dan transaksi yang tidak terdeteksi.

Medical Diagnostics Masih yang Teratas

Galen Growth Asia, juga mencatat 5 sub kategori HealthTech yang paling banyak mendapatkan kucuran investasi. Diantaranya yaitu:

  1. Medical Diagnostics
  2. Online Marketplace
  3. Health Management Solutions
  4. Wellness
  5. Medical/Hospital Payments & Administration

Sedangkan sub kategori Population Health Management terhempas dari 5 besar setelah pada tahun sebelumnya sempat berada di urutan ke tiga.

Lebih dari 90% investor dan pemimpin bisnis perusahaan yang baru-baru ini disurvei oleh Galen Growth Asia juga menegaskan bahwa sektor HealthTech masih dan terus memiliki prioritas yang tinggi sebagai target investasi. Bahkan cenderung meningkat dibanding tahun sebelumnya. Kendati di masa depan masih belum bisa dipastikan apakah akan masih bergerak ke arah positif atau tidak.

Artikel disarikan dari laporan riset oleh Galen Growth Asia yang dimuat pada situs medcitynews.com

Gandeng BPJS, Cuci Darah Di Klinik Hemolife Bisa Gratis

Gambar: Detik

Klinik Hemolife resmi menjalin kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk penderita gagal ginjal.

Jadi bagi pasien yang berobat di klinik yang terletak di Jalan A.H Nasution 57, Kota Bandung itu, nantinya jika melakukan hemodialis atau cuci darah maka biayanya bisa tercover seluruhnya oleh BPJS Kesehatan.

Direktur Utama Klinik Hemolife, Suriyanto mengatakan dengan kerja sama bersama BPJS Kesehatan, artinya masyarakat Bandung, khususnya Bandung Timur yang menderita gagal ginjal tidak usah lagi khawatir lataran permasalahan jarak berobat dan juga biaya.

“Kalau sudah gagal ginjal, itu artinya harus terus cuci darah, gak bisa sehari dua hari, itu cukup mahal,” jelas Suriyanto, Direktur Utama Klinik Hemolife.

Di klinik tersebut, sudah disiapkan lima unit mesin dialis modern atau mesin cuci darah. Selain itu, klinik ini juga akan dikelola oleh tim dokter berpengalaman, perawat, apoteker dan tenaga pendukung yang juga berpengalaman.

Suriyanto berharap, dengan kerja sama yang telah terjalin dengan BPJS Kesehatan ini, akan semakin membantu masyarakat dalam penderita gagal ginjal untuk layanan cuci ginjal.

Sementara itu, Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bandung Mokhamad Cucu Zakaria mengatakan Klinik Hemolife menjadi Klinik Hemodialisa ke dua yang ada di Bandung yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Dan dirinya memastikan, masyarakat yang melakukan cuci darah di Klink Hemolife akan dicover seluruhnya oleh BPJS.

“Iya nanti dicover semua, karena cukup mahal ya,” ungkap Cucu.

Dia menjelaskan, biaya cuci darah bagi penderita gagal ginjal memerlukan biaya yang cukup besar. Kalau saja rata-rata sekali cuci darah, maka harus mengelurkan paling tidak Rp1.000.000. Sedangkan minimal penderita gagal ginjal harus cuci darah minimal dua kali seminggu.

“Jadi kalau sebulan Rp8.000.000, itu kan mahal,” pungkas Cucu.

Jusuf Kalla: Jika Tidak Diperbaiki, Defisit BPJS Bisa Capai 100 Triliun

Terkait defisi anggaran Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang demikian besar, Pemerintah Indonesia diketahui telah melakukan rapat besar untuk merampungkan proposal guna mengatasi hal tersebut.

Badan Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo membeberkan proposal akhir yang diyakini bisa menjadi langkah positif terkait defisit ini. Salah satunya adalah melakukan pemotongan dana kapitasi ke daerah.

“Misal Papua, dana kapitasi sekian (dialokasikan) tidak cukup. Atau dikasihkan malah lebih wong tidak ada pelayanan karena tidak ada yang menggunakan. Kita ingin membayar sesuai dengan real performance,” kata Mardiasmo seperti dilansir oleh situs Bisnis.com.

Untuk itu, model desentralisasi beban keuangan BPJS Kesehatan akan sangat tergantung dengan negoisasi badan kesehatan publik itu dengan masing-masing pemerintah daerah.

Dana kapitasi adalah pembayaran per bulan yang dibayar kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.

“(Skenario mekanisme desentralisasi) diberikan keleluasaan waktu membayar (kepada BPJS Kesehatan) sesuai dengan kebutuhannya,” katanya.

Mardiasmo menyebutkan terdapat sejumlah opsi yang disiapkan untuk menyelesaikan persoalan defisit kesehatan. Meski begitu ia menyebutkan opsi kenaikan iuran termasuk yang dipertimbangkan dampak baik buruknya.

“Nanti kita lihat dulu policy making-nya seperti apa. dana kapitasi kan masih banyak. Arahan Pak Wapres bagaimana DJSN itu harus tidak hanya pusat tapi juga dengan pemda,” katanya.

Memang pada rapat tersebut akhirnya menyepakati dilakukan pembagian wewenang BPJS Kesehatan. Jika saat ini BPJS Kesehatan terpusat di Jakara, ke depan akan dibagi kewenangannya kepada masing-masing pemerintah daerah.

Hal ini diamini oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia mengatakan bahwa tidak mungkin suatu instansi bisa mengontrol 200 juta lebih anggotanya. Harus didaerahkan. Didesentralisasi. Supaya rentang kendalinya dekat.

Dengan mendekatkan BPJS di bawah pemerintah daerah ini, Jusuf Kalla meyakini kecurangan yang terjadi di badan publik ini dapat teratasi.

“Supaya 2.500 rumah sakit yang melayani BPJS bisa dibina, diawasi oleh Gubernur Bupati setempat. Sehingga sistemnya lebih dekat. Orang lebih mudah melayani masyarakat,” tutur politisi yang juga akrab dipanggil JK ini.

Sementara itu, dalam rapat yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo tersebut, Jusuf Kalla menyampaikan juga kekhawatirannya defisit anggaran yang dialami BPJS Kesehatan ini.

“Kalau kita tidak perbaiki BPJS ini, seluruh sistem kesehatan kita runtuh, rumah sakit tidak terbayar, bisa tutup rumah sakitnya. Dokter tidak terbayar, pabrik obat tidak terbayar, tegas Jusuf Kalla.

Untuk membenahi permasalahan ini, kata JK, rapat secara prinsip menyepakati dilakukan kenaikan iuran. Meski begitu besaran iuran belum diputuskan karena menunggu kajian dari tingkat menteri.

“Tahun ini kurang lebih Rp 29 triliun. Kalau begini terus, tahun depan diperkirakan bisa Rp 40 triliun. Tahun depannya lagi bisa Rp100 triliun. Jadi sistemnya harus diubah,” tambah Jusuf Kalla.

Lebih lanjut disebutkan dalam rapat itu akan adanya perbaikan manajemen di BPJS Kesehatan. Terutama terkait dengan kontrol kepatuhan pembayaran dan pembayaran yang harus dijalankan oleh badan.t menjadi Rp 9,1 triliun.

Rencana Kemenkes Bebaskan Indonesia Dari Alkes yang Mengandung Merkuri

Kementrian kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Dirjen Kesmas dr. Kirana Pritasari, MQIH bahwa pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2019 tentang Pengurangan dan Penghapusan Merkuri baru saja dikeluarkan pada bulan April 2019.

DImana hal ini sejalan dengan undang-Undang Nomor 11 tahun 2017 tentang Pengesahan Konvensi Minamata Mengenai Merkuri mengatur tata kelola merkuri, yang harus dilakukan oleh negara pihak yang mengikuti Konvensi Minamata untuk melindungi kesehatan dan lingkungan termasuk Indonesia.

Amanah untuk sektor kesehatan yang tertuang di dalam Peraturan Presiden tersebut adalah penghapusan merkuri di Pertambangan Emas Skala Kecil dan kesehatan.

Sedangkan untuk bidang kesehatan, Kemenkes sudah berencana menghapus alat kesehatan yang mengandung merkuri. Targetnya, 100% fasilitas pelayanan kesehatan tidak lagi menggunakannya pada akhir tahun 2020.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dalam percepatan penghapusan alat kesehatan bermerkuri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah dengan melakukan workshop sinergi dan kolaborasi pemangku kepentingan dalam pelaksanaan penghapusan dan penarikan alat kesehatan bermerkuri. Tujuan dari pertemuan ini adalah mewujudkan penghapusan alat kesehatan bermerkuri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada tahun 2020 sebagai salah satu upaya melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sedangkan tujuan khususnya yakni:

1. Tersosialisasinya Peraturan Presiden nomor 21 tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Pengurangan dan Penghapusan Merkuri (RAN-PPM)

2. Sinergitas dan kolaborasi para pemangku kepentingan dalam pelaksanaan penghapusan dan penarikan alat kesehatan bermerkuri di fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Diperolehnya komitmen pemangku kepentingan dalam percepatan pelaksanaan penghapusan alat kesehatan bermerkuri di fasilitas pelayanan kesehatan

4. Diperolehnya masukan terhadap rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang mekanisme penghapusan dan penarikan alat kesehatan bermerkuri di fasilitas pelayanan kesehatan.

Untuk diketahui, merkuri merupakan bahan berbahaya dan beracun yang menjadi isu internasional, karena potensi dampaknya yang sangat besar terutama dampak kesehatan.

Bentuk dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat terpajan oleh merkuri antara lain adalah kerusakan sistem saraf pusat, ginjal, paru-paru, khususnya dampak terhadap janin berupa kelumpuhan otak, gangguan ginjal, sistem syaraf, menurunnya kecerdasan, cacat mental, serta kebutaan.

RSBP Batam Kembangkan Teknologi Blockchain Untuk Medis Seharga USD 10 Juta

Kepala BP Batam Edy Putra Irawadi (kanan) bersama CEO dClinic Richard Satur (kiri) saat menandatangi kerja sama blockchain antara BP Batam dan dClinic di Fullerton Hotel, Singapura. Gambar: sumatera.bisnis.com

Rumah Sakit Badan Pengusahaan (RSBP) Batam, BP Batam dan dClinic telah resmi menandatangani kontrak kerja sama untuk menjalankan sejumlah proyek blockchain untuk bidang medis di Batam.

Tak tanggung-tanggung, Kerja sama ini bernilai USD 140 juta serta menjadikannya proyek blockchain terbesar tidak hanya di Indonesia tapi di Asia Tenggara.

Nantinya, teknologi yang dikembangkan akan meliputi rangkaian sistem terpadu dalam penyimpanan, pengambilan data yang aman dari konsumen atau pasien, dan catatan kesehatan elektronik. Sehingga memungkinkan pihak rumah sakit untuk menyimpan catatan atau rekam medis seorang pasien dengan lebih akurat dan bisa saling terhubung antar instansi kesehatan.

“Tujuan utamanya adalah untuk menyalurkan teknologi ini ke seluruh Batam dan tentunya Indonesia,” kata Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi dan Kemaritiman Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Pambudi sebagaimana dilansir oleh situs bisnis.com.

Kerja sama yang ditandatangi di Fullerton Hotel, Singapura ini, kata Pambudi, menandakan Indonesia cukup mampu dan matang untuk mengejar posisinya sebagai pusat dari keunggulan blockchain. Kondisi ini bisa membawa kepemimpinan dan inovasi digital ke seluruh dunia. Perjanjian ini juga menjadi langkah besar menuju rencana untuk membuka kesempatan bagi Batam dan Indonesia dalam proyek investasi bersama di blockchain.

“Batam merupakan tempat yang tepat sebagai Centre of Excellence untuk blockchain dan khususnya untuk kemajuan layanan teknologi medis. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah Indonesia untuk menciptakan zona ekonomi medis dan digital di Batam,” lanjut Pambudi.

Sementara itu, Direktur RSBP Batam Sigit Riyarto menuturkan, kerja sama ini akan memperbaiki sistem komunikasi dengan pasien. Melalui komunikasi yang lebih baik dengan pasien, akan membantu sistem perawatan kesehatan dan membantu membawa perubahan dalam cara berkomunikasi dan meyakinkan konsumen. Pada prosesnya pihak RSBP Batam akan memperkenalkan BMB ini hingga ke seluruh wilayah Indonesia yang dimulai dari Batam terlebih dahulu.

Sedangkan Kepala BP Batam Edy Putra Irawadi menjelaskan, kerja sama yang terjalin ini merupakan langkah maju yang harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Hal tersebut juga sejalan dengan rencana BP Batam yang ingin mengembangkan zona ekonomi medis khusus. Aturan terkait dengan rencana tersebut tengah disiapkan oleh BP Batam. Peraturan baru ini dirancang untuk menciptakan model baru yang inovatif dalam pemberian layanan kesehatan.

“Kita hadirkan inovasi dibidang kesehatan, kita siapkan aturan untuk mendukung inovasi ini agar bisa berkembang,” tadas Edy.

Startup Kesehatan Malaysia Naluri Raih Pendanaan USD 1,5 Juta

Naluri, sebuah startup teknologi kesehatan asal Malaysia telah meraih pendanaan pra Seri A USD 1,5 juta. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Global Founders Capital. Turut serta dalam pendanaan tersebut adalah tanford-StartX Fund, TH Capital, dan beberapa investor swasta.

Menurut pihak Naluri, dana tersebut akan digunakan untuk membantu perusahaan agar bertumbuh selama 12 bulan ke depan. Diantaranya adlaah memperluas penggunanya, merekrut staf senior, ekspansi tim ke luar negeri, dan untuk membentuk kemitraan dengan perusahaan asuransi terkemuka, pengusaha perusahaan, penyedia layanan kesehatan, dan perusahaan farmasi.

Naluri didirikan pada 2017 oleh Azran Osman-Rani (CEO) yang adalah mantan kepala iflix Malaysia dan AirAsia X Bhd, bersama dengan dokter Jeremy Ting dan dokter Hariyati Shahrima.

Startup ini menawarkan perawatan terapeutik kesehatan berbasis bukti (evidence-based) yang menggabungkan ilmu perilaku, sains, dan teknologin digital untuk menangani pasien. Dengan program perangkat lunaknya, Naluri menyediakan pelatihan kesehatan terstruktur dan dukungan psikologis bagi pengguna untuk mencegah, mengelola, atau mengobati gangguan atau penyakit medis.

“Kami telah melihat sekitar 60 persen pengguna mencapai setidaknya satu peningkatan kesehatan yang signifikan secara klinis sehingga mengurangi risiko diabetes atau penyakit jantung hingga 30-50 persen. Mempertimbangkan bagaimana klien inti kami memutuskan untuk memperluas kemitraan mereka dengan kami ke tahap 2 roll-out, kami telah mulai bekerja untuk memperluas layanan kami ke pasar yang lebih besar di seluruh Asia Tenggara, ”kata dokter Ting.

Sementara itu, CEO Osman-Rani mengatakan bahwa layanan dan program kesehatan konvensional selama ini tidak memberikan cukup dukungan berkelanjutan bagi pasien. Sebagian besar hanya berfokus pada sesi konsultasi transaksional yang berlangsung selama satu kali, kemudian mengabaikan pelacakan hasil kesehatan yang signifikan secara klinis seperti penurunan berat badan, gula darah, tekanan darah, dan penurunan kolesterol, atau peningkatan kuantitatif dalam tingkat depresi, kecemasan, dan stres. Dan Naluri hadir untuk menjadi solusi akan hal tersebut.

Sebelumnya, Naluri telah mengumpulkan pendanaan awal dari BioMark dan 500 Startup sebesar USD 242.800.

Produk Bioteknologi Berbasis Mikroalga Pertama di Indonesia Resmi Berdiri

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek meresmikan berdirinya PT Evergen Resources (PT ER) di Kendal, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Langkah ini sekaligus merupakan munculnya bioteknologi berbasis mikroalga pertama di Indonesia.

Saat ini PT. ER tengah mengembangkan produknya yang berupa bahan aktif antioksidan Astaxanthin, yang akan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun pasar ekspor ke berbagai negara.

Menurut Menkes Nilan, mendukung pendirian perusahaan ini juga dalam rangka mendorong pengembangan industri bahan baku sediaan farmasi di Indonesia dan sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Permenkes No. 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

Peraturan ini merupakan acuan bagi pemerintah dan sektor swasta dalam pengembangan industri khususnya industri bahan baku sediaan farmasi untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku sediaan farmasi.

Menkes percaya PT Evergen Resources dapat memenuhi kebutuhan bahan baku natural astaxanthin bagi industri farmasi, industri kosmetika, dan industri makanan yang saat ini kebutuhan astaxanthin masih dipenuhi melalui impor dari Jepang, China dan India.

Dan dirinya berharap, ke depannya perusahaan tersebut dapat terus berinovasi untuk menghasilkan bahan baku lain yang dapat digunakan untuk produk kesehatan dengan tetap memperhatikan pemenuhan standar mutu.

Halodoc Amankan Pendanaan Seri B-plus Dari 2 Perusahaan Asuransi dan Gates Foundation

Halodoc, startup kesehatan asal Indonesia telah mengamankan pendanaan Seri B-plus dari sejumlah investor strategis. Diantaranya adalah dua perusahaan asuransi Prudential Life dan Allianz X, serta Bill & Melinda Gates foundation. Untuk jumlah pendanaannya sendiri, masih belum diketahui.

Capaian ini diraih hanya berselang lima bulan setelah startup yang didirikan oleh Jonathan Sudartha itu meraih pendanaan Seri B sebesar USD 65 juta dari UOB Venture Management dan sejumlah investor lainnya.

Halodoc mengembangkan platform mobile dimana pengguna bisa terhubung dengan para dokter kapan saja. Aplikasi tersebut juga melayani pesan antar obat-obatan yang beroperasi di 50 kota di Indonesia, serta layanan panggil cek laboratorium. Halodoc mengklaim bahwa mereka rata-rata melayani sekitar 7 juta pasien per bulan.

“Sebagai aplikasi layanan kesehatan online dengan misi untuk menyederhanakan layanan kesehatan, kemitraan strategis ini akan membantu meningkatkan kualitas dan jumlah pilihan layanan kesehatan yang tersedia untuk masyarakat Indonesia yang tinggal di luar kota-kota besar – khususnya di luar Jawa di mana infrastruktur layanan kesehatan masih kurang,” kata Jonathan Sudharta, Founder dan CEO Halodoc

Sementara itu, Carsten Middendorf, Direktur Investasi Allianz X menyatakan bahwa Halodoc berhasil mendorong transformasi digital industri kesehatan Indonesia melalui pendekatan holistik kepada pasien dan mitra strategis seperti Allianz dan GO-Jek.

IoT Diprediksi Akan Berkembang Pesat Pada Sektor Kesehatan di Indonesia

Asosiasi IoT (Internet of Things) Indonesia menilai implementasi IoT akan merambah sektor kesehatan di Indonesia secara pesat dalam waktu dekat. Setidaknya pada tahun 2021 mendatang.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya. Dirinya bahkan melihat bahwa implementasi IoT sudah diterapkan pada sekolah kesehatan sebagai alat latihan para calon petugas kesehatan.

“Artinya sudah masuk ke sana IoT di Indonesia,: ucap Teguh seperti MedX kutip dari Bisnis.com.

Ke depan, lanjut Teguh, perangkat IoT tidak hanya tersebar di fasilitas kesehatan seperti sekolah kesehatan, rumah sakit dan farmasi, namun juga akan hadir ke rumah konsumen juga, seperti alat pengukur tensi dan timbangan.

Bahkan dirinya berani memprediksi, nanti sekurangnya terdapat 20% dari total 90 juta rumah tangga yang akan menggunakan perangkat kesehatan yang terhubungn dengan IoT.

“Ini ada kesempatan di situ (untuk perkembangan IoT – red), mulai dari sebelum sakit, kemudian mendeteksi sakit, perawatan sakit dan menjaga kesehatan kembali. Mata rantai ini menjadi potensi,” kata Teguh.

Sektor farmasi pun akan turut terpapar oleh teknologi ini. Bahkan saat ini telah masuk pada sistem pemesanan obat. Dia menuturkan, saat ini pemesanan obat bisa melalui gawai dan langsung diantarkan kepada pemesan.

“Kalau biasanya pemeriksaan kesehatan setahun satu kali, nanti 2021 pemeriksaan kesehatan bisa setiap hari di rumah. Itu akan menjadi gaya hidup baru,” tandas teguh.

Elon Musk Kembangkan Chip Yang Bisa Ditanam Pada Otak Manusia

Elon Musk. SUmber gambar : technobuffalo.com

Melalui startup bernama Neuralink yang didirikannya, salah satu miliarder dunia Elon Musk ingin mengembangkan sebuah sebuah chip yang bisa ditanamkan di otak manusia.

Layaknya film sci-fi, chip ini nantinya membuat sesorang yang lumpuh bisa mengendalikan ponsel atau bahkan melakukan telepati.

“Uji coba manusia dapat dimulai pada akhir tahun depan, meskipun perusahaan belum memiliki persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS untuk studi semacam itu,” ucap Elon Musk.

Mengenai gagasan ini, sejumlah pihak mengapresiasinya. Bahkan menyebut bahwa Neuralink bisa menjadi anugerah bagi orang-orang dengan kondisi seperti quadriplegia.

Neuralink, yang didirikan pada tahun 2016, telah menguji versi awal dari kabel implan ini pada tikus. Musk mengatakan uji coba terhadap manusia dapat dimulai pada akhir tahun depan, meskipun perusahaan belum memiliki persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) terkait proyek ini.

Untuk diketahui, Elon Musk adalah seorang pengusa dan miliarder asal Amerika Serikat. Dirinya merupakan pendiri PayPal, sebuah perusahaan menyediakan jasa transfer uang digital dimana produknya saat ini memiliki jutaan pengguna di seluruh dunia. Dirinya juga mendirikan proyek startup ambisius lain seperti SpaceX dan Tesla.