spot_img

Rumah Sakit Kemitraan PBNU dan Lippo Siap Layani Warga Magelang

kompas.com

Kabar baik bagi warga Magelang dan sekitarnya, Rumah Sakit Umum (RSU) Syubbanul Wathon, di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, resmi beroperasi mulai Jumat 18 Januari kemarin.

RSU ini dibangun dari hasil kemitraan pengembang nasional Lippo Group, Siloams Hospital dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU) melalui Yayasan Syubbanul Wathon Tegalrejo.

Ketua Yayasan Syubbanul Wathon KH Muhammad Yusuf Chudlori menuturkan, kehadiran RSU Syubbanul Wathon ini menjawab harapan panjang keluarga pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo akan fasilitas dan layanan kesehatan memadai.

“Awalnya kami bercita-cita punya fasilitas kesehatan yang bisa melayani 13.000 santri., Tapi kemudian justru terwujud. Rumah sakit ini bisa juga melayani masyarakat sekitarnya, dengan fasilitas modern,” ucap pria yang akrab dipanggil Gus Yusuf itu.

Gus Yusuf mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, sejak perencanaan hingga proses pembangunan yang rampung hanya dalam waktu 1 tahun 2 bulan.

Selain fasilitas modern dan tenaga medis yang berkompeten, rumah sakit ini memiliki pelayanan khusus yakni penanganan spiritual dan konseling keluarga pasien.

“Akan ada 3 ustaz yang piket tiap hari, mereka akan visit ke pasien-pasien memberikan penanganan spiritual, doa, juga konseling keluarga pasien. Pelayanan ini yang membedakan kami dengan rumah sakit lain,” imbuh Gus Yusuf.

Direktur RSU Syubbanul Wathon Dr. dr. Wahyuni Dian Purwati memaparkan, rumah sakit ini dibangun di atas lahan seluas 4.800 meter persegi, dengan total luasan bangunan 6.000 meter persegi terdiri dari 3 lantai.

“Tahap pertama ini kami sediakan 40 bed, target kami 180 bed. Layanan kelas 1, 2, dan 3, sesuai dengan kondisi masyarakat Tegalrejo dan sekitarnya,” papar Wahyu.

Selain menghadirkan peralatan modern, di RSU tipe C ini, pasien akan dilayani kurang lebih 88 tenaga medis profesional, meliputi dokter umum, dokter spesialis, perawat, tenaga medis, laboratorium, fisioterapi, administrasi dan lainnya.

“Kami juga menyerap tenaga kerja lokal yang akan dilengkapi pelatihan profesional, untuk memenuhi kebutuhan sumber daya operasional rumah sakit,” imbuh dia.

Terkait pembiayaan, dalam waktu dekat pihaknya akan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan supaya RSU ini bisa melayani seluruh lapisan masyarakat.

Adapun fasilitas yang disediakan tergolong lengkap sesuai standarisasi Permenkes tentang RSU Tipe C, seperti CT-Scan, X-Ray, USG, Laboratorium dan lainnya.

Managing Director Siloam Hospitals Dr Anang Prayudi menambahkan, RSU Syubbanul Wathon merupakan rumah sakit ke-36 dalam Lippo Group yang diwakili Siloam Hospitals.

RSU dengan nilai investasi mencapai angka sekitar Rp 150 hingga 250 miliar ini merupakan pilot project, yang nanti akan diduplikasi ke daerah-daerah basis NU seperti Jepara, Kendal, Wonosobo, Malang, Cirebon, Blora, dan lainnya.

“Ini harus jalan dulu, berhasil dulu. Kami lihat setahun ke depan perkembangan, baru kemudian diduplikasi ke daerah lain,” ucapnya.

Menurutnya, konsep RSU ini merupakan ide bagus dimana PBNU memiliki massa (Nahdliyin) yang menjadi market tersendiri.

Dr Anang juga berharap keberadaan instalasi kesehatan ini tidak hanya bermanfaat dari sisi komersial saja, namun juga peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat.

Platform Wound Dressing, Alat Terapi Luka Tekanan Negatif Tanpa Kain Gauze atau Foam

medgadget

Applied Tissue Technologies, dari Hingham, Massachusetts, Amerika Serikat, baru saja mendapatkan pengasahan FDA untuk produk Platform Wound Dressing (PWD), alat terapi tempel NPWT (Negative Pressure Wound Therapy) pertama yang tidak menggunakan bahan foam atau gauze (sejenis kain kasa).

PWD memiliki bahan dasar bersifat adhesive dan dengan membran melekat yang dapat menjaga luka tetap terisolir dari lingkungan luar. Membrannya yang berdesain unik, menggantikan fungsi kain foam atau gauze yang selama ini umum digunakan pada produk NPWT lainnya.

Alat ini transparan jika dilihat dari atas, membantu pemantauan maksimal penyembuhan luka selama terapi. Saat diaktifkan, membran tersebut segera menghisap luka agar sentuhannya maksimal dan melekat kuat. Berkat pola rancangan 3D pada membran, alat ini membantu cairan dan udara memasuki permukaan luka dengan tetap menjaga tekanan rendah disekitar luka yang ditangani.

Sistem Pencitraan Perfusi Terbaru dari iCertainty

RFPi dari Greenville, North Carolina, baru saja mendapatkan pengesahan FDA untuk produknya iCertainty Blood Flow and Perfusion Imaging System. Teknologi ini membantu ahli klinis memantau langsung saturasi darah atau pembekuan darah pada jaringan yang sedang ditangani, proses yang sebelumnya harus diselesaikan melalui penanganan invasif.

Teknologi baru ini menghindari injeksi zat pewarna (dye injection) dan penggunaan fluoroscopes yang memancarkan radiasi ionisasi, dan diharapkan mampu menjadi alternatif pada pemindaian MRI interoperatif pada kasus tertentu.

RFPi yakin bahwa banyak prosedur pembedahan dapat dilakukan lebih cepat, mudah, dan dengan komplikasi yang lebih sedikit, khususnya saat pencitraan perfusi tidak dilakukan akibat tingginya biaya atau keterbatasan lainnya.

“Tingkat pembedahan ulang pada target iCertainty menunjukkan angka 20 persen – angka yang sudah lebih dari cukup mewakili ketidaknyamanan, ketidakpastian, dan kesulitan yang dialami pasien, belum termasuk kerugian biaya bagi pihak rumah sakit dan penjamin.” Ujar Jeffery Basham, CEO RFPi.

“iCertainty menawarkan standar baru dan mutakhir dari detail, kecepatan, kemudahan, dan fleksibilitas pencitraan yang akan bermanfaat bagi para ahli bedah, rumah sakit, dan pihak pembayar – dan yang paling penting, pasien yang membutuhkan.”

Sistem Pembedahan Robotik Ultrasonik Terbaru Dari TransEnterix

Medgadget

TransEnterix, produsen sistem pembedahan robotik invasif minimal, menerima pengesahan FDA untuk produk Senhance Ultrasonic Instrument System. Perangkat ini digunakan untuk sistem pembedahan robotik TransEnterix Senhance. Teknologi ini membantu interaksi sentuhan remote control perangkat laparoskopik yang membantu ahli bedah turut merasakan saat melakukan penanganan, bersamaan dengan menampilkan visualisasi 3D dari anatomi internal berkat kacamata khusus dan monitor 3D yang sesuai.

Perangkat ultrasonik ini digunakan untuk memotong atau menutup jaringan yang berbeda, dengan efek termal minimal pada jaringan terdekat lainnhya. “Penambahan teknologi ultrasonik ini adalah ekspansi signifikan dari sistem Senhance yang direkomendasikan oleh banyak ahli bedah selama prosedur pembedahan kompleks.” Ujar Dr. Steven D. McCarus, MD, FACOG, Chief of Gynecologic Surgery di Florida Hospital Celebration Health.

“Memadukan perangkat energi canggih dengan presisi, kontrol, inovasi sentuhan dan ergonomic dari interface digital Senhance dapat membantu banyak ahli bedah untuk menggunakan teknologi ini di seluruh bidang patologi dan pasien yang lebih luas.” Tambahnya.

Senhance Ultrasonic Instrument System juga mendapat EU regulatory approval beberapa bulan lalu.

RSUI Akhirnya Resmi Dibuka

tempo.co

Setelah ditunggu sejak 2018 lalu Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) akhirnya membuka pelayanan perdana untuk umum. Promo khusus pelayanan perdana ini berlaku mulai 16 Januari hingga 28 Februari 2019.

Waktu operasional layanan rawat jalan RSUI adalah Senin hingga Jumat pukul 09.00 – 16.00 WIB. Pada waktu tersebut, masyarakat bisa mengakses layanan Klinik Umum, Klinik Spesialis, serta Klinik Gigi dan Mulut.

Pada Klinik Spesialis, RSUI antara lain menawarkan layanan: bedah, penyakit dalam, anak, obgin, saraf, jantung, gizi, kulit dan kelamin, psikiatri, paru, mata, serta rehabilitasi medik.

Meski telah membuka pelayanan untuk umum, sementara ini RSUI belum bisa melayani pasien BPJS/JKN/KIS dan asuransi lainnya.

Menurut laman resmi, pasien yang hendak berobat di RSUI harus mengisi form registrasi secara online, mengambil nomor antrean dan melakukan registrasi ulang paling lambat pukul 15.00 WIB.

Sebelumnya RSUI telah membuka layanan perdana rawat jalan khusus bagi civitas UI yang terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa pada 29 November hingga 31 Desember 2018 lalu.

RSUI berada di lokasi kompleks area Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK), Kampus UI Depok. Rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit Pendidikan Tinggi Negeri (RS-PTN) pertama di Indonesia yang mempunyai konsep dan rancang bangun fisik dengan konsep hijau (Green Hospital Concept). Konsep tersebut menjadikan RSUI ramah lingkungan dan berorientasi pada keselamatan pasien.

Sensor Implan Biodegradable Pemantau Aliran Darah

medgadget

Tim Peneliti di Stanford University mengembangkan sensor aliran darah biodegradable yang dapat direkatkan sekitar arteri selama pembedahan pembuluh darah, dan memantaunya dengan terperinci. Perangkat nirkabel bertenaga baterai ini membantu petugas klinis melihat pembuluh mana yang terhalangi, dan menunjukkan komplikasi setelah pembedahan sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Karena sensornya bersifat biodegradable, maka tidak memerlukan pembedahan pengangkatan alat setelah perangkat ini dipasang, dan dapat terurai dan menghilang dalam tubuh dengan sendirinya.

Menilai tingkat kesuksesan pembedahan pembuluh darah terbilang sulit, dan kadang jika terdapat masalah, seringkali terlambat untuk ditangani. Bahkan, pada kasus teertentu pasien membutuhkan pembedahan pembuluh darah kedua. Jika dokter mampu memantau aliran darah melalui pembuluh yang baru saja ditangani mereka dapat segera menangani masalahnya, dan kemungkinan bisa mencegah masalah yang lebih besar lagi. Pentingnya hal ini mendorong sekelompok peneliti di Stanford mengembangkan pemantau aliran darah yang dapat direkatkan disekitar pembuluh arteri selama pembedahan pembuluh darah, tanpa harus diangkat lagi kemudian jika sudah tidak diperlukan.

Pembuluh yang berdenyut akan mengenai permukaan sensor, yang kemudian akan disimpan sebagai aliran listrik. Perangkat ini dapat dipantau tanpa kabel melalui perangkat diluar tubuh, yang dapat terhubung melalui antena sensor, menyediakan pengukuran aliran darah nirkabel bagi petugas klinis. Tim peneliti berharap nantinya perangkat pengukuran eksternal dapat diintegrasikan ke perangkat yang melekat di tubuh atau smartphone.

Untuk menciptakan pemantau aliran darah, tim peneliti mengadaptasi teknologi sensor yang sebelumnya mereka kembangkan untuk membantu pasien prostetik merasakan sentuhan. “Kami selalu tertarik untuk memaksimalkan manfaat sensor ini pada aplikasi peralatan medis, namun butuh waktu lama untuk menemukan kecocokannya.” Ujar Zhenan Bao, salah satu anggota tim peneliti.

Perangkat ini baru saja diujicoba pada tikus sejauh ini, dan bahkan dalam bentuk kecil peralatan implan ini sukses menyediakan data aliran darah pada saat direkatkan ke pembuluh arteri pada tikus. Namun, sensor ini memiliki berbagai macam penerapan potensial. “Pengukuran aliran darah penting pada banyak sepsifikasi medis lainnya, jadi sensor nirkabel biodegradable ini dapat berdampak besar diberbagai penerapan di bidang medis seperti vaskuler, transplantasi, rekonstruksi dan pembedahan jantung.” Ujar Paige Fox, anggota tim lainnya dalam studi tersebut.

Komitmen PERSI Sukseskan Program JKN

suara.com

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) teguh menyatakan komitmen untuk menyukseskan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di tengah adanya perbedaan pandangan soal akreditasi rumah sakit.

Ketua Umum PERSI Kuntjoro Adi Purjanto menyatakan adanya perselisihan akreditasi yang mengakibatkan pemutusan kontrak kerja sama antara rumah sakit dengan BPJS Kesehatan tidak boleh mengurangi akses masyarakat untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang optimal.

“PERSI itu realistis. Ada yang lebih utama dilakukan, yaitu terpenuhinya kebutuhan layanan kesehatan masyarakat. Kami juga menyadari pentingnya akreditasi rumah sakit,” kata Ketua Umum PERSI Kuntjoro Adi Purjanto, usai pelantikan Pengurus Pusat PERSI periode 2018-2021, Rabu lalu di Jakarta.

Kuntjoro menjelaskan sejumlah rumah sakit belum memiliki sertifikat akreditasi hingga 31 Desember 2018 sehingga BPJS Kesehatan belum memperpanjang kerjasama untuk menerima pasien JKN. Penjelasan ini menanggapi kabar penyebab putusnya kerjasama disebabkan keterlambatan pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan.

“Persoalan keterlambatan klaim memang menjadi masalah bagi operasional rumah sakit. Cash flow terganggu. Tetapi itu bukan salah satu syarat kontrak kerjasama dengan BPJS Kesehatan. Rumah Sakit dan BPJS Kesehatan sama-sama saling membutuhkan,” tegas Kuntjoro.

Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan dua surat rekomendasi perpanjangan kontrak kerja sama bagi rumah sakit yang belum terakreditasi melalui surat Menteri Kesehatan Nomor HK. 3.01/MENKES/768/2018 dan HK.03.01/MENKES/18/2019 untuk tetap dapat melanjutkan kerja sama dengan BPJS kesehatan.

Surat rekomendasi diberikan setelah rumah sakit yang belum terakreditasi memberikan komitmen untuk melakukan akreditasi sampai dengan 30 Juni 2019.

Perpanjangan kerja sama dengan rumah sakit yang belum terakreditasi agar tetap dapat memberikan pelayanan bagi peserta JKN ini ditegaskan Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan pada konferensi bersama Menteri Kesehatan Nila Moeloek dan Direktur Utama BPJSK Fachmi Idris, Senin 7 Januari lalu.

PERSI menyambut baik kebijakan yang memihak pada kepentingan bersama baik masyarakat peserta JKN, rumah sakit dan tentunya Pemerintah. PERSI menjelaskan kompleksnya persoalan mutu dan akses pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit.

Adanya tingkatan kelas rumah sakit yang didasarkan pada kemampuan pelayanan juga mengindikasikan perbedaan kemampuan sumber daya yang tersedia. Ditambah lagi disparitas ketersediaan sumber daya dan fasilitas rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia.

PERSI juga mengharapkan dukungan dan fasilitasi berbagai pihak seperti Pemerintah, Pemerintah Daerah dan BPJS Kesehatan dalam mendukung akreditasi rumah sakit.

Organisasi yang memayungi 18 asosiasi perumahsakitan Indonesia ini juga berharap putusnya kontrak kerjasama ini menjadi momentum solusi bagi berbagai masalah pelaksanaan JKN di rumah sakit.

“PERSI pasti mendorong anggotanya untuk patuh pada regulasi, seperti akreditasi ini. Dan di awal tahun 2019 ini, PERSI juga sangat berharap pembayaran klaim lebih lancar, tarif INA CBGs dan sistem rujukan juga disempurnakan,” pungkas Kuntjoro.

Perangkat Elektronik ClearUP Terbaru Untuk Atasi Rasa Sakit Akibat Sinus Dari Alergi Rhinitis

Tivic Health, dari San Fransisco, Amerika Serikat lolos uji pengesahan untuk produk barunya ClearUP yang membantu menangani rasa sakit sinus akibat alergi. ClearUP digunakan untuk mengirimkan arus listrik ke hidung, pengguna hanya cukup mengoleskan perangkat di permukaan kulit diluar sepanjang nasal passages (jalur udara pada hidung) selama terapi dijalankan. Perangkat ini hanya mengirimkan arus bertenaga kecil melalui pola sinyal khusus yang terbukti efektif dalam praktek klinis.

Hanya terdapat satu tombol untuk ditekan dan perangkat dapat mengirimkan tiga tingkat intensitas terapi yang berbeda, tergantung pada kebutuhan pasien. Hanya membutuhkan sekitar lima menit untuk menggunakannya dan perangkatnya akan membantu pengguna menyusuri titik penanganan dengan akurat.

ClearUP diperkirakan siap dijual pertengahan tahun ini pada kisaran harga sekitar $149.

Pemindai Tingkat Kesegaran Makanan Terbaru

medgadget

Pembusukan makanan adalah masalah global dan merepotkan kehidupan masyarakat. Metode modern dalam mengenali makanan yang sudah tidak layak konsumsi mencakup mencium aromanya, menemukan bagian yang lembek, atau bahkan bertanya kepada orang yang dianggap lebih tahu.

Tim peneliti di Fraunhofer Institute for Optronics, System Technolgies and Image Exploitation IOSB, Fraunhofer Institute for Process Engineering and Packaging IVV, Deggendorf Institute of Technology dan Weihenstephan-Triesdorf University of Applied Sciences di Jerman sedang mengembangkan pemindai portable untuk menguji tingkat kesegaran makanan.

Perangkat mengandalkan sensor inframerah-dekat yang mampu menjalankan analisis spektral dari cahaya yang direfleksikan dari bahan yang diuji. Software khusus juga akan mengolah data dari sensor dan mencocokannya dengan pola yang sebelumnya diidentifikasi dari makanan yang berbeda.

Sejauh ini baru dua jenis makanan, tomat dan daging giling, yang bisa diuji dengan tingkat akurasi baik termasuk dengan perkiraan sisa usia kesegaran makanan tersebut. Teknologi ini masih membutuhkan pengembangan agar bisa dilatih secara maksimum dan bisa digunakan seluas mungkin, namun tahun 2019 teknologi ini ditargetkan segera bisa diuji di supermarket seluruh Jerman.

Usulan Sistem Kesehatan Terbaik Dari Guru Besar FKUI

fkui-twitter

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dokter spesialis mata Ratna Sitompul membeberkan suatu konsep sistem kesehatan terintegrasi bernama Academic Health System (AHS). Pemikiran ini berdasarkan pandangan bahwa Indonesia butuh sistem kesehatan terbaik demi memperkuat pelayanan kesehatan masyarakat.

AHS adalah sistem terintegrasi yang melibatkan universitas, rumah sakit pendidikan, dan pemerintah daerah. Kunci utama AHS yakni fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan. Sinergitas tersebut merupakan upaya mencari cara guna meningkatkan kolaborasi dan tantangan baru.

“Konsep AHS ini sudah diterapkan beberapa negara, seperti Amerika, Belanda, dan Singapura. Pada umumnya, sistem kesehatan terbaik dunia dilaksanakan negara-negara yang melaksanakan integrasi pelayanan kesehatan,” beber Ratna saat ditemui dalam acara pengukuhan guru besar tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Gedung IMERI FKUI, Jakarta, Sabtu, 12 Januari 2019.

Dalam konsep AHS, rumah sakit pendidikan dan fakultas kedokteran punya fungsi tak hanya sebagai penyedia layanan kesehatan, kelengkapan peralatan, dan tenaga ahli saja, tapi juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter.

Kehadiran konsep AHS juga membuat daerah perlu merancang sistem kesehatan yang terintegrasi. Hasil studi menunjukkan, AHS yang terintegrasi dengan sistem kesehatan dapat meningkatkan hubungan performa sebesar 26 persen.

“Ini berkaitan dengan perkembangan penelitian juga. Pencatatan soal data penyakit pasien, demografi pasien, serta cakupan layanan kesehatan yang dilayani lengkap. Tapi dari penelitian lain, penerapan AHS butuh dana besar,” jelas Ratna, yang baru saja dikukuhkan sebagai guru besar FKUI.

AHS ikut berperan meningkatkan pengembangan dan inovasi pelayanan. Kerjasama AHS dan industri akan menghasilkan produk diagnostik cepat, alat diagnostik baru, metode terapi, dan obat baru.

“Contohnya, saat ini ada pengembangan penelitian Stem Cell FKUI-RSCM buat terapi stem cell untuk pasien seperti gagal jantung, jantung koroner, patah tulang gagal sambung, dan kaki diabetes,” Ratna menjelaskan.

Adapula contoh lain, kehadiran glaucoma drainage device baru oleh dokter spesialis mata Virna Dwi Oktariana untuk mengatasi peningkatan glaukoma tahap lanjut di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penelitian lain, penggunaan freeze-dried amnion membrane transplant (AMT) yang dapat meningkatkan ketajaman penglihatan. Inovasi tersebut juga memperbaiki kornea mata pasien.

“Yang pasti dalam kurun waktu empat tahun terakhir, ada peningkatan jumlah publikasi ilmiah di UI. Sebanyak 50 persen didominasi publikasi soal inovasi teknologi dalam bidang kesehatan,” tambah Ratna.

Di Indonesia, ada beberapa universitas yang menerapkan konsep AHS, meliputi Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanudin, dan Universitas Airlangga. Tapi penerapan AHS pada universitas tersebut ada kebijakan yang saling tindih.

Integrasi antara fakultas kedokteran, rumah sakit pendidikan, rumah sakit jejaring, dan pemerintah daerah sulit dilakukan. Oleh karena itu, butuh upaya diskusi untuk mencari jalan keluar.

Ratna, yang pernah menjabat sebagai Dekan FKUI periode 2008-2017 menuturkan, konsep AHS juga membantu penanganan masalah kebutaan katarak. Strategi cerdik dengan pemanfaatan dokter layanan primer (DLP).

“Dokter layanan primer sangat dibutuhkan demi menjangkau masyarakat. Peran mereka sangat besar untuk melihat dan menanggulangi gangguan penglihatan. Deteksi dini gangguan penglihatan, misal katarak bisa dilakukan,” Ratna menerangkan.

Penerapan AHS pada DLP, yakni DLP dibekali dengan ilmu dan kemampuan mumpuni. Bekerja di fasilitas kesehatan primer, DLP perlu dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan diagnostik yang tepat.

Ini bertujuan menangani katarak secara cepat sehingga tidak menyebabkan kebutaan. Di sisi lain, perlu juga menerapkan pelayanan mata berkonsep high volume, high quality, dan low cost. Kualitas tinggi artinya operasi katarak dapat menjamin hasil yang baik, keamanan pasien, dan minimnya komplikasi setelah operasi.

Untuk kategori low cost artinya hanya dapat diwujudkan dengan sistem pendanaan yang baik. Ada efisiensi kerja dengan pemanfaatan alat. Ketika pendanaan terbatas, sistem pelayanan mata tidak dapat berjalan lancar. Oleh karena itu, perlu kolaborasi untuk membangun sistem dengan manajemen kuat.