spot_img

Jenis-jenis Glukometer, Mana yang Cocok Untuk Anda?

beeindia.in

Sebagian besar glukometer yang saat ini beredar di pasaran dan digunakan adalah jenis Glukometer Self-Monitoring. Glukometer ini mampu mengevaluasi tingkat kadar gula melalui strip sampel darah yang diambil dari kulit, biasanya melalui ujung jari.

Namun tahukan Anda kalau ada beberapa jenis glukometer lainnya. Kendati jarang digunakan atau bahkan belum beredar di pasar Indonesia tapi apa salahnya jika Anda mengetahuinya? Berikut artikelnya yang Kami ambil dari situs dignifyed.com.

Glukometer Self-Monitoring (SMBG)

Gambar: Emedis.id

Seperti yang sudah ditulis di atas, Glukometer self-monitoring adalah alat pengukur gula darah standar yang lazim digunakan. Dengan pengukur ini, pengguna hanya perlu meletakkan sampel darah ke strip pengujian. Dan dalam hitungan detik perangkat akan mendeteksi dan menampilkan hasil.

Kelebihan:

  • Portable
  • Mudah digunakan
  • Menampilkan hasil pengukuran secara cepat
  • Dapat dijual secara bebas (tanpa resep)

Kekurangan:

  • Pengguna akan mengalami rasa sakit karena harus ditusuk jarum
  • Strip pengujian harus direfill sehingga membutuhkan biaya rutin
  • Akurasi pengukuran dipengaruhi oleh faktor eksternal

Glukometer Berkelanjutan (CGM)

Gambar: Time

Glukometer jenis ini mampu mendeteksi kadar gula darah secara lebih tepat dan berkelanjutan. Mampu menganalisa tiap beberapa menit sekali sepanjang hari. Namun, sensor pemantau harus ditanam di bawah kulit melalui jalur operasi.

Dan juga untuk memastikan CGM memiliki perhitungan dengan tepat, Anda harus tetap melakukan tes darah dengan tusuk jari beberapa kali sehari dengan glukometer self-monitoring.

Sebagian besar pengidap diabetes tidak memerlukan pengujian seekstensif ini, jadi CGM tidak disaraankan untuk penggunaan umum. CGM tidak tidak dijual secara bebas, bahkan di Inonesia hanya sedikit sekali instansi kesehatan yang menggunkannya untuk pasien.

Kelebihan:

  • Bisa memantau gula darah sepanjang hari
  • Hasil analisis lebih mendalam
  • Tidak memerlukan strip pengujian

Kekurangan:

  • Membutuhkan tindak operasi untuk implantasi alat di bawah kulit
  • Tetap membutuhkan glukometer self-monitoring untuk menguji ketepatan
  • Tidak dijual bebas

Glukometer Non-invasif

Gambar: Medgadget

Walaupun sudah banyak dibahas perkembangannya beberapa tahun terakhir, namun desain perangkat jenis ini masih dalam tahap pengembangan dan belum siap dijual bebas. Gagasan dibalik perangkat ini adalah tidak dibutuhkannya lagi sampel darah, jadi tidak lagi memerlukan tusuk jari atau strip pengujian. Namun lebih kepada gelombang radio berdaya rendah yang melewati area tubuh yang mengandung darah untuk mengukur tingkat gulanya.

Kelebihan:

  • Tidak memerlukan sampel darah
  • Tidak memerlukan strip pengujian

Kekurangan:

  • Masih dalam tahap pengembangan dan pengujian, jadi belum tersedia di pasaran

Glukometer Dengan Beberapa Fitur Tambahan

Apps: Banyak glukometer memiliki aplikasi smartphone atau desktop yang menyimpan hasil pengujian dan melacak pola pengukuran. Beberapa bahkan memiliki fitur tambahan lainnya seperti diagram, dan grafik.

Bluetooth: Banyak Glukometer juga memiliki konektivitas Bluetooth untuk memindahkan data secara otomatis dari perangkat glukometer ke handphone anda.

Penanda Aktifitas: Beberapa Glukometer mampu mengingatkan Anda pada aktifitas dengan penanda waktu berdasarkan analisis pengukuran anda. Misalnya, pengingat untuk melakukan pengukuran setelah makan atau pada saat Anda merasa kurang sehat.

Fitur Suara: Beberapa Glukometer juga dilengkapi fitur suara, yang akan membaca dan menyebitkan hasil pengukuran.

Nihon Kohden Tunjuk CEO Baru Untuk Wilayah Amerika Utara

www..nihonkohden.com

Nihon Kohden, perusahaan produsen alat kesehatan ternama mengumumkan bahwa mereka telah menunjuk Yasuhiro Yoshitake sebagai Chief Executive Officer (CEO) baru untuk Wilayah Amerika Utara, menggantikan dr. Wilson P. Constantine yang sudah menjabat sejak April 2015.

“Amerika Utara adalah pasar yang dinamis sehingga memerlukan kolaborasi mendalam antara kantor pusat perusahaan di Jepang dan cabang yang ada di wilayah ini,” ujar Hirokazu Ogino Presiden dan CEO dari Nihon Kohden Corporation.

Dirinya menambahkan bahwa pengetahuan Yoshitake tentang Nihon Kohden dan pengalamannya akan membantu perusahaan melanjutkan pertumbuhan dan eksistensi Nihon Kohden di wilayah Amerika Utara.

Yoshitake sendiri pertama kali bergabung dengan Nihon Kohden pada 1988 silam. Dirinya sudah pernah memegang berbagai posisi penting di berbagai wilayah operasional perusahaan di seluruh dunia. Termasuk Eropa, China dan Timur Tengah. Sebelum ditunjuk mejadi CEO, dia menjabat sebagai General Manager of International Operations serta Corporate Director & Operating Officer.

Tak hanya kursi CEO. Perusahaan alkes asal Jepang ini juga mengangkat beberapa orang untuk memegang jabatan penting perusahaan di wilayah Amerika Utara, diantaranya:

• Harsh Dharwad yang saat ini menjadabat sebagai Vice President juga akan memiliki tanggung jawab sebagai Chief Technology Officer (CTO).
• Scott Iserman dipromosikan menjadi Chief Commercial Officer (CCO) dan akan bertanggung jawab terhadap strategi komersial dan infrastruktur.
• Shinya Hama dipromosikan menjadi Chief Operations Officer (COO), bertanggung jawab atas kefektifan operasional bisnis perusahaan, termasuk pengiriman produk dan quality control.
• Kenji Sakai bergabung dalam perusahaan sebagai Chief Financial Officer (CFO), bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang bisnis baru guna mendorong pertumbuhan perusahaan, serta memimpin departemen keuangan.

Mereka nantinya akan bekerja di bawah kepemimpinan Yoshitake langsung selaku CEO.

“Pasar layanan kesehatan Amerika adalah bagian penting dari masa depan Nihon Kohden. Kami percaya perubahan ini akan membantu perusahaan terus bertumbuh menjadi lebih baik seperti yang sudah Nihon Kohden tunjukkan beberapa tahun terakhir, serta memperluas jangkauan (produk) kami di pasar dunia,” pungkas Yoshitake seperti dikutip dari DOTmed.com

400 Produk Alkes Baru Akan Dipamerkan Pada Pameran CMEF 2019

Menurut data yang dirilis oleh Kementrian kesehatan, saat ini investasi di sektor alat kesehatan (alkes) melonjak tajam. Naik dari Rp 718 miliar di tahun 2014-2015 menjadi Rp 3,91 triliun di tahun 2016-2017. Hal ini menunjukkan industri bahwa kondisi bisnis alkes tengah mengalami transformasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, pameran CMEF Indonesia 2019 akan hadir pada tanggal 6 – 8 8 maret 2019 mendatang di Jakarta Convention Center. Perhelatan tersebut bertujuan memfasilitasi komunikasi antara perusahaan manufaktur, pemilik merek dengan distributor medis lokal agar terciptanya peluang kerja sama.

Project Manager CMEF Indonesia Stenly Yonardi mengatakan, 200 pemilik merek alkes internasional serta lebih dari 400 produk alkes baru akan hadir dalam CMEF Indonesia 2019. Juga 3.000 pengunjung dari komunitas medis di Indonesia diproyeksikan akan hadir dalam pameran yang digelar selama tiga hari ini. Termasuk di antaranya perwakilan dari distributor alat kesehatan, reseller, perusahaan manufaktur, profesional rumah sakit, regulator, pemerintah dan asosiasi.

“Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menunjukkan potensi yang besar untuk pertumbuhan pasar medis. CMEF Indonesia diselenggarakan di saat yang tepat karena banyaknya peraturan pemerintah yang telah direvisi untuk mendorong investasi asing dan kemitraan demi memajukan sektor layanan kesehatan Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonominya,” ujar Stenly.

Tak hanya itu, akan ada program Seminar yang akan diselenggarakan oleh Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia (ARSADA). DImana akan bisa membantu perusahaan manufaktur dan pemilik merek alkes internasional untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang proses pendaftaran produk hingga bisa berhasil masuk ke pasar kesehatan Indonesia.

Akan digelar juga Layanan business matchmaking CMEF yang bertujuan memfasilitasi pertemuan tatap muka antar distributor alkes, perusahaan manufaktur dan grup rumah sakit guna membicarakan potensi kerja sama dan kesempatan investasi asing langsung (FDI), sekaligus memfasilitasi perluasan industri medis di Indonesia.

Pameran ini sendiri akan diselenggarakan oleh Reed Exhibitions. Sebuah Event Organizer acara medis yang cukup terkemuka. Pernah sukses menggelar acara serupa di Cina, Australia, Jepang dan Turki.

Jika tertarik berkunjung, Anda bisa mendaftar secara online dengan mengklik link berikut https://bit.ly/2PNSECG.

Pasar Penyewaan Alat Kesehatan Capai Nilai 65.4 Miliar Pada 2026 Mendatang

Ilustrasi: www.dribbble.com

Sebuah perusahaan riset asal india Acumen Research and Consulting, baru-baru ini melaporkan hasil penelitiannya yang memprediksi bahwa pasar penyewaan alat kesehatan (alkes) diperkirakan akan mencapai nilai 65,4 miliar Dolar AS pada 2026 mendatang, dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 4.5% CAGR (Compound Annual Growth Rate).

Salah satu hal yang yang menjadi faktor pertumbuhan bisnis penyewaan alkes ini adalah berkembangnya tren home care atau perawatan dan pengobatan pasien dari rumah. Dimana layanan ini menyasar lansia dan penyandang disabilitas. Juga tumbuhnya layanan leasing untuk penyewaan alkes ikut menjadi faktor utama.

Selain itu, adanya perubahan administratif dan regulasi di beberapa negara terkait pembelian alat kesehatan membuat institusi kesehatan lebih senang menyewa alkes saja karena dinilai lebih mudah dan hemat dari segi waktu dan tenaga.

Produk alkes apa sajakah yang akan laku disewakan? Penelitian oleh Acumen ini menyatakan bahwa secara global peralatan bedah, peralatan durable, alat penyimpanan, dan alat transportasi pasien menjadi yang paling diminati.

Peralatan durable diantaranya adalah perangkat mobilitas personal, keamanan kamar mandi, furniture medis, perangkat pemantauan, dan perangkat therapeutic.

Wilayah Amerika Utara sendiri sudah menikmati lonjakan pasar penyewaan alkes ini sejak 2018 lalu dan diharapkan tetap mampu mempertahankannya hingga akhir 2025 mendatang. Kendati begitu, tahun lalu Eropa merupakan wilayah yang berhasil mengumpulkan pundi-pundi terbanyak dari dari bisnis ini.

Kenaikan jumlah penyakit kronis seperti Parkinson, Huntington, dan Atherosklerosis menjadi faktor tumbuhnya bisnis penyewaan alkes di sana. Ada beberapa faktor pendukung lain seperti bertumbuhnya layanan home care dan perkembangan populasi lansia. Institusi pendidikan dan laboratorium penelitian di wilayah tersebut juga terlihat lebih suka menyewa alat dibanding membeli.

Sedangkan performa CAGR terbaik diperoleh kawasan Asia Pasifik, pertumbuhan populasi lansia dan perkembangan aktivitas pemerintahan yang stabil dalam penciptaan iklim ekonomi adalah faktor pendorong penting bagi perkembangan di wilayah ini.

Jika sebuah bisnis bertumbuh, tentunya juga akan ada perusahaan yang menikmati “kuenya”. Untuk penyewaan alkes ini, nama-nama Woodley Equipment Company Ltd., Hill-Rom Holdings, Inc., Westside Medical Supply, Nunn’s Home Medical Equipment, Universal Hospital Services, Inc., dan Siemens Financial Services, Inc dilaporkan menjadi yang paling aktif dan tentu saja berhasil meraih keuntungan secara signifikan.

Johnson & Johnson Akuisisi Pengembang Teknologi Medical Robotic Auris Health

Gambar: Auris Health

Johnson & Johnson (J&J) nampaknya ingin lebih serius pada teknologi medical robotic atau pemanfaatan teknologi robot untuk keperluan layanan kesehatan. Pasalnya perusahaan kesehatan raksasa tersebut telah resmi mengakuisisi sebuah startup bernama Auris Health.

Dilansir oleh Forbes, untuk mendapatkan Auris Health, J&J harus menggelontorkan dana sebesar 3,4 miliar Dolar AS plus 2,35 miliar Dolar AS yang akan diberikan jika kedua perusahaan berhasil mencapai target yang sesuai dengan perjanjian awal akuisisi ini.

Auris Health sendiri didirikan pada 2007 silam oleh Hari Sundram, Christopher J.P. Velis dan Frederic Moll yang juga pernah mendirikan Intuitive Surgical, sebuah startup pengembang medical robotic yang kini memiliki valuasi 61 miliar Dolar AS.

Kembali ke Auris Health. Sejak 2011 lalu startup ini sukses meraih pendanaan dari Debt dan Equity Financing dengan jumlah lebih dari 800 juta Dollar AS. November sebelumnya pada pendanaan seri D1, Auris dinyatakan memiliki valuasi hingga 2.2 miliar Dolar AS.

Kendati begitu, pengamat bertanya-tanya tentang langkah J&J. Mengingat Auris saat ini baru memiliki satu produk yaitu teknologi rebotik untuk biopsi paru-paru yang mana membutuhkan waktu lama untuk bisa mendapatkan ijin resmi dari badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA). Apakah ada teknologi lain yang sedang dikembangkan oleh Auris? Sampai artikel ini diturunkan, baik media maupun pengamat masih belum mengetahuinya.

Untuk diketahui, ini bukanlah pertama kalinya J&J mengakusisi startup pengembang medical robotic. Tahun 2015 lalu, bersama dengan Alphabet (Google) mereka mengakuisisi Verb Surgical.

Kunjungi China, Indonesia Akan Jalin Kerjasama di Bidang Kesehatan

Kunjungan Staf khusus Menteri Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan ke beberapa tempat di China. Gambar: Times Indonesia

Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Staf khusus Menteri Bidang Peningkatan Pelayanan Kesehatan, Prof. Dr. Akmal Taher, SpU(K) beserta Sekretaris Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan drg. Arianti Anaya, MKM beberapa waktu lalu melakukan pertemuan dan kunjungan ke negara China.

Diantaranya adalah mengunjungi Rumah Sakit Fuwai, Rumah Sakit Beijing Shijitan, Universitas Peking, serta National Medical Product Administration (NMPA) yang merupakan institusi pemerintah China setingkat wakil menteri yang mengatur tentang registrasi dan pengawasan Pre-market dan Post Market obat-obatan, alat kesehatan dan kosmetik.

Tujuan kunjungan itu adalah untuk menjajaki kerjasama bidang kesehatan dengan negeri tirai bambu tersebut. Ini karena mereka adalah salah satu negara yang telah menetapkan Kebijakan Registrasi Alat Kesehatan (Alkes), Uji Klinis Alkes dan Sistem Pengawasan Alat Kesehatan Pre dan Post Market. Bahkan China telah membangun pusat uji klinis untuk alat kesehatan, dimana pengawasan dilakukan baik di tingkat Pusat dan Provinsi.

Dilansir oleh Times Indonesia, Prof. Taher mengatakan bahwa kerja sama kesehatan antara Indonesia dan China mempunyai potensi yang besar untuk terus ditingkatkan guna mendukung Pembangunan Kesehatan di kedua Negara.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal NMPA China Xu Jinghe menyatakan siap membantu Indonesia dalam membangun sistem uji klinis alat kesehatan yang akan dilakukan.

Hasil kerjasama dua negara Asia ini diantranya adalah:

  1. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan profesional seperti beasiswa dari Universitas Tsinghua dan beberapa pelatihan dan Universitas Beijing;
  2. Penelitian bersama terkait Transplantasi Organ;
  3. Kerja sama Sister Hospital antara RS Jantung Harapan Kita dan Fuwai University;
  4. Kerja sama RSCM dengan Asian Pediatric Interventional Pulmonology Association;
  5. Kerja Sama antara Renji Hospital, Tongji University School of Medicine, in Shanghai dan RS Vertikal Kemenkes RI;
  6. Kerja sama membangun sistem Pelayanan Kesehatan Tradisional yang terintegrasi dengan Sistem Kesehatan di Indonesia khususnya untuk Program Pencegahan Penyakit.

Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun memandang kerjasama di bidang kesehatan ini merupakan hal yang dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia. Sebagai contoh, banyak dokter Indonesia yang belajar tentang ilmu kesehatan tradisional di China. Bahkan tidak menutup kemungkinan bisa diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan primer guna mendukung program JKN.

Eka Hospital Buka Dua Cabang Rumah Sakit Baru Tahun Ini

Gambar: Orami.co.id

Tahun ini Eka Hospital akan membuka dua rumah sakit baru di kawasan wisata Cibubur dan kota harapan indah Bekasi. Hal tersebut diumumkan oleh Corporate Marketing and Public Relations Director dr. Rio Hermanto Nurya dalam acara Corporate & Insurance Gathering Eka Hospital beberapa waktu lalu.

Dilansir oleh sindonews.com, dr. Rio menyatakan bahwa kedua rumah sakit baru yang akan dibuka itu memiliki banyak unggulan. “Kita punya 3 keunikan layanan, pertama electronic medical record, one patient one room, dan full time doctors,” kata dia.

Pelayanan tersebut mengacu kepada international patient safety goals layanan rumah sakit tipe B, seperti pada layanan Eka Hospital BSD dan Pekanbaru.

Tak hanya itu, mereka juga akan mengoptimalkan sistem IT rumah sakit, sehingga pasien dapat manfaat pelayanan kesehatan yang besar dan efisiensi pengobatan.

Peneliti Ungkap Riwayat Pencarian Google Bisa Menjadi Basis Data Untuk Pengobatan Pasien IGD

Gambar: mobihealthnews.com

Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh BMJ Open mencatat bahwa tidak sedikit pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang dirawat, sebelumnya melakukan pencarian perihal penyakit mereka lewat Google.

Menurut platform jurnal kesehatan online tersebut, ini berarti bisa jadi adanya korelasi antara riwayat penyakit dalam rekam medis dengan riwayat pencarian Google mereka. Hal tersebut bisa dimanfaatkan sebagai basis data untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi instansi kesehatan seperti rumah sakit atau klinik. Misalnya untuk mempermudah pihak dokter melakukan diagnosa dan memutuskan metode pengobatan yang tepat terhadap pasien.

Dalam penelitian tersebut, dari 103 data pasien yang berhasil dikumpulkan dan dianalisis, 6 persen dari 591.421 query pencarian unik mereka berkaitan dengan kesehatan dan penyakit yang mereka derita saat ini. Proporsi ini meningkat 15 persen jika analisis pencariannya dibatasi pada kunjungan IGD tujuh hari terakhir. Selama tujuh hari pencarian tersebut, 56 persen sedang mempelajari gejala penyakit, 53 persen mempelajari informasi rumah sakit, sedangkan 23 persen sisanya mempelajari penanganan penyakit.

Tim peneliti mengamati sejumlah pasien yang sedang dalam perawatan IGD dari Maret 2016 hingga Maret 2017. Semua peserta memiliki usia diatas 18 tahun dan dirayu untuk memberikan catatan riwayat pencarian Google serta rekam medis mereka dengan imbalan kupon lotre berhadiah kartu bingkisan senilai USD 40 atau sekitar IDR 580.000. Konten dari data pencarian kemudian dievaluasi oleh dua orang coders yang memisahkan mana riwayat yang berkaitan dengan kesehatan dan mana yang tidak.

Pihak peneliti mengklaim bahwa ini merupakan penelitian pertama yang memadukan data pencarian Google dan data rekam medis pribadi. Dan sebenarnya, sejumlah pihak dalam industri kesehatan sudah cukup lama tertarik terkait hal ini.

Kendati begitu, penelitian ini masih tahap awal dan masih banyak hal yang harus digali dan dipelajari sebelum menarik kesimpulan lebih dalam.

“Dengan Mengetahui apa yang pasien cari sebelum mengunjungi IGD dapat membantu kami mengantisipasi kebutuhan mereka dan mengarahkan untuk mendapatkan layanan pengobatan yang tepat. Dan mengetahui apa yang mereka cari setelahnya dapat membantu kami berkomunikasi lebih baik dan membantu pasien pada perawatan setelah kunjungan,” tulis peneliti dalam jurnal tersebut.

Rumah Sakit UI Sudah Beroperasi, Ini Daftar Layanan dan Jadwal Dokternya!

Gambar: Detik.com

Kabar gembira untuk warga Depok dan sekitarnya. Saat ini Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) sudah mulai beroperasi dan menerima pengobatan untuk pasien umum. Rumah sakit pendidikan tinggi negeri (RS-PTN) pertama di Indonesia tersebut diresmikan sejak 13 Februari 2019 lalu.

RSUI digadang-gadang sebagai rumah sakit dengan fasilitas canggih dan modern, serta dikonsep sebagai fasilitas pelayanan kesehatan satu atap (one stop health services).

Untuk bangunannya sendiri, RSUI memiliki luas gedung 82.074 m2 yang terdiri dari 14 lantai. Memiliki kapasitas 300 tempat tidur, dan berdiri di atas bantalan pondasi anti gempa yang mampu menahan guncangan hingga 9.0 skala Ritcher. Tak hanya itu, setiap lantai memiliki kompartemen tahan api dan bebas asap sebagai area aman tempat berkumpul yang bertujuan untuk memudahkan evakuasi pada musibah kebakaran.

Gambar: Detik.com

Untuk pelayanan pengobatan, Direktur Utama RSUI Dr. dr. Julianto Witjaksono,Sp.OG (K), MGO mengatakan bahwa RSUI akan fokus pada masalah kesehatan di wilayah Kota Depok dan juga nasional. Diantaranya adalah penyakit jantung, kematian ibu dan bayi baru lahir, diabetes, dan pasien lansia.

Saat ini layanan unggulan yang dimiliki RSUI adalah Neurokardivaskuler, Intensive Cardiology Care Unit (ICCU), dan Cath-lab.

Neurokardivaskuler merupakan program unggulan RSUI yang melibatkan kerjasama 2 departemen, yaitu neurologi dan kardiologi. ICCU merupakan salah satu sarana pelayanan klinik jantung yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien penderita penyakit jantung yang membutuhkan perawatan dengan observasi ketat. Cath-lab merupakan salah satu fasilitas pemeriksaan radiologi secara angiografi untuk proses diagnostiknya.

Untuk daftar lengkap pelayanan beserta jadwal dokternya bisa Anda lihat di bawah ini.

Klik untuk memperbesar gambar. Sumber: Akun Twitter @dayatia

Kendati begitu, saat ini RSUI memang belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. dr. Julianto mengatakan bahwa kerja sama ini prosedurnya sudah diurus sejak September 2018. Diharapkan proses tersebut bisa segera selesai dan bisa melayani pasien BPJS Kesehatan. Khusus warga Kota Depok yang masuk dalam kategori kurang mampu, tetap bisa berobat gratis karena ditanggung oleh Pemerintah Kota.

“Jadi yang masuk sini yang bayar cash atau mempunyai jaminan atau masyarakat miskin yang ditanggung oleh Pemkot Depok sudah bisa kita terima, pasien-pasien miskin yang tidak tercover BPJS dan dibiayai oleh Pemkot Depok. Jumlahnya sekitar 2.000-an,” pungkas dr. Julianto.

Langkah Akuisisi Trisonics Dari Probo Medical

Gambar: crunchbase.com

Probo Medical perluas langkah dalam dunia ultrasound dengan mengakuisisi Trisonics.

Mengkhususkan dalam bidang penjualan, proses refurbishment, dan perbaikan peralatan medis, termasuk resale perangkat pemeriksa ultrasound transesophageal, perusahaan portofolio Varsity Healthcare Partners kini menyediakan divisi pelayanan ultrasound yang lebih ekstensif kepada para pelanggannya.

“Trisonics adalah perusahaan besar dan kami bangga menerima mereka bergabung kedalam keluarga besar Probo Medical.” Ujar David Trogden, Presiden Probo Medical.

“Tim Trisonics adalah salah satu yang paling berpengalaman dalam industri dan akan menambahkan nilai yang besar kedalam bisnis kolektif kami.”

Berawal dari spesialisasi dalam penyediaan dan perbaikan perangkat pemeriksaan, Probo Medical kini menambahkan jasa refurbishment pada portofolionya sejak 2018 lalu saat bergabung dengan MedCorp.

Bermarkas di Fishers, Indiana, Probo Medical memiliki lebih dari 120 karyawan, yang tersebar di empat daerah. Bisnisnya mencakup operasional pemeriksaan ultrasound di Fishers dan Tulsa, Oklahoma, kantor MedCorp untuk penjualan ultrasound di Tampa, dan yang terbaru jaringan layanan dan penjualan di seluruh Amerika Serikat Timur oleh Trisonics, yang bermarkas di Harrisburg Pennsylvania.

Trisonics akan tetap bergerak dibawah nama terdahulunya dan boleh mempertahankan tim layanannya, sebagai bagian dari kesepakatan baru tersebut. Seluruh perangkat ultrasound dan penyedia jasa layanannya bersertifikasi ISO 113485 dan terdiri dari tim yang berpengalaman, dan teknisi layanan lapangan yang kompeten.

“Trisonics memiliki banyak opsi saat mencari mitra, namun Probo menyediakan kombinasi sempurna dari pertumbuhan, pengalaman industri, dan visi dalam industri bersama ini.” Terang CEO Jen Riner.

Sementara ini belum ada rincian finansial yang dipublikasikan.