spot_img

Iuran BPJS Dipastikan Naik, Ini Rinciannya

Iuran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dikabarkan resmi akan naik mulai 2020 nanti. Hal itu dipastikan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan yang telah diteken Jokowi pada 24 Oktober 2019.

Perpres itu sendiri ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis, 24 Oktober 2019, dan sudah diunggah ke laman Setneg.go.id. Dalam Pasal 34 beleid tersebut diatur bahwa kenaikan iuran terjadi terhadap seluruh segmen peserta mandiri kategori pekerja bukan penerima upah (PBPU) dan bukan pekerja (BP). Berikut rinciannya:

-Iuran peserta kelas 3 akan meningkat menjadi Rp 42.000, dari saat ini sebesar Rp 25.500
-Iuran peserta kelas 2 akan meningkat menjadi Rp 110.000 dari saat ini sebesar Rp 51.000
-Iuran peserta Kelas 1 akan naik menjadi Rp 160.000 dari saat ini sebesar Rp 80.000

Selain kenaikan untuk peserta mandiri, diatur juga kenaikan untuk peserta penerima bantuan iuran (PBI). Iuran bagi Peserta PBI yang didaftarkan oleh pemerintah daerah yaitu sebesar Rp 42.000, naik dari sebelumnya Rp 23.000.

Kenaikan iuran PBI yang berasal dari anggaran pemerintah ini akan berlaku surut pada 1 Agustus 2019. Selain itu, Pasal 30 mengatur kenaikan perhitungan iuran peserta pekerja penerima upah (PPU) yang terdiri atas ASN, prajurit, Polri.

Besaran iuran sebesar 5 persen dari gaji per bulan terdiri dari 4 persen yang dibayar oleh pemberi kerja dan 1 persen dibayar oleh peserta. Sebelumnya, pemberi kerja membayar 3 persen dan peserta 2 persen.

Pasal 32 mengatur batas tertinggi dari gaji per bulan yang digunakan sebagai dasar perhitungan besaran iuran peserta PPU. Batas tertinggi itu naik menjadi Rp 12 juta dari sebelumnya sebesar Rp 8 juta.

Tak hanya itu, nantinya juga akan ada sanksi berupa denda layanan bagi peserta yang tidak disiplin membayar iuran. Besaran maksimalnya mencapai Rp 30 juta. Tapi tenang, denda layanan itu tidak serta merta dijatuhkan.

Tepis Isu, IDI dan Menkes Terawan Tegaskan Siap Berkolaborasi

Menkes dr Terawan Agus Putranto (kiri), bersama dengan Ketua Umum IDI dr Daeng M Faqih

Menepis isu yang beredar bahwa Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menolak pengangkatan dr Terawan Agus Putranto sebagai Menteri Kesehatan oleh Presiden Jokowi, Pengurus Besar organisasi tersebut menyatakan siap membangun komitmen bersama dengan Kementerian Kesehatan untuk mengatasi beragam masalah kesehatan di Indonesia.

“Kami punya komitmen bersama untuk selalu komunikasi. Jadi, untuk membahas regulasi, tentang tata kelola, kami komitmen bersama-sama,” ujar Ketua Umum IDI, dr Daeng M Faqih usai pertemuan tertutup di Kantor PB IDI, Jakarta Pusat, Rabu (30/10).

Terkait narasi yang selama ini beredar, dr Daeng menyatakah hal tersebut seperti berusaha mengadu domba IDI dan Presiden atas keputusannya. Ia menganggap kabar tersebut seperti usaha memecah belah IDI yang akan berakibat buruk pada pembangunan kesehatan.

Masyarakat perlu mengetahui bahwa pembangunan kesehatan adalah partisipasi bersama semua lapisan dan elemen masyarakat. Dokter Indonesia adalah stakeholder utama dalam melakukan usaha promotif, preventif dan kuratif.

“Maka segala usaha untuk memecah belah IDI adalah usaha memecah belah pembangunan kesehatan yang ujungnya akan merugikan masyarakat,” papar dr Daeng.

Dirinya berharap, Kementerian Kesehatan-terutama Menkes-tak hanya berperan sebagai regulator, melainkan juga sebagai penggerak semua stakeholder terkait untuk saling berkolaborasi. Pasalnya, kekompakan para stakeholder dibutuhkan untuk mengatasi persoalan kesehatan yang melimpah.

Sementara itu, Menkes Terawan menyatakan bahwa masukan maupun saran IDI terkait Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan persoalan stunting, selaras dengan visi Presiden Joko Widodo.

“Harapan saya itu mampu menutup defisit BPJS sehingga kita tinggal memperbaiki tata kelolanya sehingga itu bisa tidak terjadi defisit lagi di kemudian hari yang merugikan masyarakat sendiri,” tutupnya.

BPJS Kesehatan Lakukan Pertemuan Dengan Perusahaan Asuransi Asal Tiongkok

Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris. Gambar: Netralnews.com

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan menyatakan telah melakukan pertemuan dengan Ping An, perusahaan asuransi asal Tiongkok yang sebelumnya memberikan tawaran bantuan evaluasi sistem teknologi informasi kepada badan tersebut.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris menjelaskan bahwa merupakan hal yang lumrah jika pihaknya menyambut Ping An yang terlebih dahulu menawarkan bantuan. Kedua pihak pun akhirnya melakukan pertemuan, meskipun Fachmi tidak merinci kapan waktunya.

Dalam pertemuan tersebut, lanjut Fachmi, BPJS Kesehatan dan Ping An saling bertukar pendapat, khususnya mengenai kondisi asuransi sosial di Indonesia. Dari berbagai hal, evaluasi sistem teknologi informasi BPJS Kesehatan turut menjadi pembahasan.

Meskipun begitu, dirinya menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan tertentu dari pertemuan tersebut karena hanya berupa jamuan. Fachmi pun menilai bahwa pertemuan tersebut sesuai dengan adab orang timur dalam menjamu tamu.

“Kita ini sebagai orang timur kalau orang bertamu ya kita terima, begitu,” jelas Fachmi sebagaimana dikutip dari situs Bisnis.com.

Sebelumnya, Direktur Teknologi Informasi BPJS Kesehatan Wahyuddin Bagenda menjelaskan bahwa pihaknya tengah memproses tawaran dari Ping An. Namun, Wahyuddin tidak menjelaskan proses tersebut seperti bagaimana dan kini berada dalam tahap apa.

Dia menjelaskan bahwa tawaran tersebut disampaikan dengan baik oleh pihak Ping An. Oleh karena itu, Wahyuddin menjelaskan bahwa tawaran tersebut akan dikaji terlebih dahulu.

“Masih dalam proses, kami proses. Tawaran itu kan baik, masa kami tiba-tiba menolak. Nanti tunggu saja,” pungkas Wahyuddin.

Mendesak, Indonesia Butuh 400 Lebih Rumah Sakit yang mampu Tangani Strok

Menurut data WHO, 15 juta orang di dunia terkena stroke setiap tahunnya. Di tahun 2014, prevalensi nasional bahkan mencapai 3.049.200 pasien, dengan tren yang terus meningkat.

Terkait hal tersebut, Angels Initiative, sebuah program besutan Boehringer Ingelheim memperkirakan Indonesia membutuhkan setidaknya 435 rumah sakit yang berkualifikasi siap menangani pasien strok. Artinya, rumah sakit tersebut telah memenuhi standar untuk menunjang hasil penanganan serangan strok yang lebih baik untuk tiap pasien.

“Angka ini dilihat dari populasi di Indonesia yang hampir 270 juta,” sebut Head of Medical, Representatif Angels Initiative di Indonesia dr Temmy Winata.

Dari populasi ini, Angel Initiative mendapati bahwa populasi yang berusia di atas 20 tahun mencapai angka 170 juta. Bila disesuaikan dengan angka insiden strok di Indonesia, didapati bahwa ada ratusan ribu penderita strok setiap tahunnya di Indonesia.

Jumlah rumah sakit dengan kualifikasi siap strok di Indonesia, lanjut Temmy, belum mencukupi angka tersebut. Dari 120 rumah sakit yang teradaftar dalam program Angels Initiative, baru sekitar 37 rumah sakit di antaranya yang sudah terkualifikasi sebagai rumah sakit siap strok.

Salah satu rumah sakit yang tergabung dalam program Angels Initiative dan sudah memiliki kualifikasi sebagai rumah sakit siap strok adalah Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Bahkan mereka mengklaim bahwa waktu door to needle rumah sakit ini bahkan lebih cepat dari standar panduan dunia dalam penanganan strok.

Door to needle sendiri adalah istilah untuk mengukur berapa waktu yang dibutuhkan pasien strok untuk mendapatkan obat sejak masuk ke rumah sakit. Standar panduan door to needle untuk penanganan strok adalah 60 menit, sedangkan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional mampu menanganinya dalam 27 menit.

“Jadi kalau datang pasien, tidak ada waktu yang terbuang. Satu menit saja kami hargai, karena (dalam satu menit) bisa kehilangan 32 ribu sel otak,” jelas Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dr Mursyid Bustami SpS(K) KIC MARS.

Dedikasi ini mengantar Rumah Sakit PON mendapatkan Gold World Sroke Organization (WSO) Angels Award. Ini merupakan penghargaan pertama yang didapatkan oleh rumah sakit di Indonesia. WSO Angels Award merupakan pengakuan dan penghargaan terhadap tim maupun individu yang berkomitmen untuk emningkatkan kualitas praktik penanganan strok dan membangun budaya pengawasan yang berkelanjutan.

Tangani Defisi BPJS, Menkes Terawan Akan bentuk Tim Kecil Khusus

Menteri Kesehatan RI yang baru, Dokter Terawan Agus Putranto. Gambar: Kompas

Dokter Terawan Agus Putranto yang dikenal dengan metode “cuci otak” dan menjadi kontrovesi di kalangan dokter Indonesia kini menjadi Menteri Kesehatan RI. Pekerjaan pertama yang dilakukan Terawan adalah mengunjungi kantor BPJS Kesehatan pada Jumat (25/10) pagi untuk berdiskusi dengan jajaran direksi BPJS Kesehatan guna menyelesaikan berbagai permasalahan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional.

Pada kesempatan tersebut, Menkes Terawan menyampaikan pihaknya akan berkoordinasi untuk membentuk tim kecil bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Direktur BPJS Kesehatan Fahmi Idris pun menyepakati pembentukan tim dalam rangka mengusut tuntas akar masalah defisit BPJS Kesahatan.

“Masyarakat sudah tahu permasalahannya ada di defisit dan defisit itu berusaha kita pecahkan bersama,” imbuh Terawan.

Untuk masalah defisit BPJS ini, dirinya mengaku segera akan membentuk sebuah tim kecil khusus. Tim kecil ini nantinya bertugas membahas langkah strategis yang diperlukan atau yang sangat diperlukan untuk mengatasi defisit. Teknisnya, dari Kemenkes dan BPJS Kesehatan mengurai satu persatu masalahnya.

Misalnya terkait masalah penyakit jantung yang tagihannya sampai lebih dari Rp 10 triliun, upaya yang akan ditempuh adalah dengan memanggil ketua perhimpunan seperti Perki (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia) terkait penyakit jantung untuk duduk bersama menyelesaikan masalah.

“Kalau mereka sungkan datang ke kantor kami, saya berdua (bersama Fahmi Idris, Direktur BPJS) yang akan mendatangi kantor organisasinya. Jadi kami akan bergerak cepat karena situasinya tidak memungkinkan untuk lambat,” sebut Terawan.

Pada kesempatan tersebut, Menkes Terawan juga berinisiatif memberikan gaji dan tunjangan kinerja (Tukin) pertamanya untuk membantu pembiayaan BPJS Kesehatan.

“Mungkin nanti akan diikuti secara masif oleh karyawan di Kemenkes dengan kerelaannya untuk memberikannya kepada BPJS Kesehatan,” jelas dia.

Inisiatif gerakan moral itu disambut baik oleh Fahmi Idris. Ia mengatakan akan segera menyiapkan regulasinya.

“Kami akan siapkan regulasi, mekanisme seperti apa, yang penting jangan sampai nanti ada uang dari masyarakat kita tidak dapat mempertanggungjawabkan, tidak sesuai dengan ketentuan. Jadi jangan dilihat nilainya tapi dilihat niatnya,” tandas Fahmi.

Canggih, Dot Ini Bisa Deteksi Penyakit Diabetes pada Bayi

Gambar ilustrasi dot bayi

Kata siapa resiko penyakit diabetes hanya bisa menyerang orang dewasa. Ternyata bayi juga berisiko terkena penyakit diabetes tipe 1. Itu terjadi lantaran tubuh bayi yang tidak bisa memproduksi insulin secara maksimal sehingga kadar gula dalam darah pun naik.

Dengan adanya fakta tersebut tersebut, tak sedikit dari orang tua yang mulai mencari cara agar bisa memantau kadar gula darah bayi mereka. Melihat hal ini, sejumlah peneliti asal Amerika Serikat mengembangkan dot biosensor yang mampu mendeteksi penyakit diabetes pada bayi.

Dilansir oleh situs Medical Daily, pengembangan alat ini dimaksudkan untuk memantau kadar gula darah pada bayi menggunakan air liur mereka. Peneliti menjamin dot biosensor yang mereka ciptakan aman dan mudah digunakan untuk mendiagnosis diabetes pada pasien usia dini.

Dalam riset yang telah dipublikasikan dalam jurnal Analytical Chemistry ini, disebutkan pula bahwa dot biosensor itu akan memantau kadar glukosa secara real time. Sejauh ini, alat tersebut sudah digunakan untuk memantau kadar gula pada bayi yang baru lahir. Namun penggunaannya, masih terbatas di rumah sakit.

Tidak seperti tes diabetes lainnya, dot biosensor tetap nyaman digunakan sembari alat tersebut menganalisis air liur bayi untuk biomarker. Puting dot monitor diabetes mengandung enzim yang melekat pada strip elektroda yang mengubah glukosa menjadi sinyal listrik yang lemah. Perangkat ini dapat dihubungkan ke aplikasi mobile agar para orang tua bisa memantau kondisi bayi mereka kapan saja dan di mana saja.

Para peneliti tersebut berharap dot baru yang mereka ciptakan dapat segera meningkatkan kesadaran orang tua dan penyedia layanan kesehatan untuk secara rutin memantau kondisi kadar gula darah pada bayi. Peneliti menambahkan, alat itu kemungkingan tidak hanya berfungsi sebagai tes diabetes balita, karena dapat dimodifikasi untuk biomarker penyakit lainnya.

Di Hospex 2019, Emedis Janjikan Customer Belanja Alkes Bisa Sambil Liburan

Anda yang berkecimpung di industri kesehatan tentu tahu betapa ribetnya proses pengadaan alat kesehatan apabila dilakukan dengan cara-cara tradisional. Baik pihak customer ataupun vendor acapkali akan berurusan dengan berbagai administrasi yang tidak ringkas.

Pihak customer diharuskan berurusan dengan sejumlah vendor dengan segala macam karakternya. Pun dengan vendor, harus berurusan dengan proses birokrasi dan administrasi yang rumit.

Emedis hadir untuk menjadi solusi atas semua masalah tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh mereka pada ajang Indonesian Hospital Expo (HOSPEX) 2019 baru saja diselenggarakan pada tanggal 23-26 Oktober 2019 kemarin di Jakarta Convention Center. Emedis sebagai penyedia jasa business-to-business e-commerce alat kesehatan pertama dan terbesar di Indonesia kembali menjadi exibhitor.

Menempati Booth nomor AH 051, pada pameran tersebut Emedis menambil tema Pantai dan Liburan. Dimana perusahaan yang sudah bermitra resmi dengan PRIMKOP IDI, ARSINU dan PKFI tersebut menjanjikan bahwa belanja alat kesehatan bisa dilakukan dengan cara yang ringkas dan mudah. Bahkan bisa Anda lakukan sambil liburan dan melakukan perjalanan.

Salah satu kemudahan tersebut juga diwujudkan dalam program Flexipay dari Emedis yang juga dikenalkan Emedis pada pameran Hospex 2019. Dimana customer bisa berbelanja alat kesehatan dengan cara mencicil.

Jadi tidak perlu khawatir jika rumah sakit atau klinik Anda membutuhkan alkes yang harus segera dibeli namun belum ada dana tunai tersedia. Flexipay bisa menjadi solusi dengan plafon hingga 5 miliar rupiah dan bunga cicilan hingga 0%.

Gandeng Ping An Doctor, GrabHealth Segera Meluncur di Indonesia

Gambar: Dream.co.id

Perusahaan aplikasi digital Grab, berencana meluncurkan layanan anyar di bidang kesehatan yaitu Grab Health.

Menurut Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, perusahaan sebelumnya telah melakukan soft launching untuk layanan GrabHealth dan rencananya akan disusul dengan peluncuran resmi. Sedangk

Dikutip dari situs Daily Social, layanan GrabHealth sendiri merupakan perusahaan patungan antara Grab dan Ping An Doctor. Bila ditelusuri, perusahaan patungan ini bernama PT Good Doctor Technology. Terdaftar sebagai layanan medis online di Kemkominfo. Sehingga bisa dikatakan Good Doctor adalah pemain baru healthtech di Indonesia yang siap bersaing dengan pemain sebelumnya seperti Halodoc, Alodokter, SehatQ, dan lainnya.

Masih menurut situs Daily Social, nantinya fitur yang akan dihadirkan adalah konsultasi via chat, beli obat, artikel kesehatan, dan pengguna bisa mengakses riwayat kesehatan serta transaksi di GrabHealth. Semua fitur dihadirkan di dalam aplikasi Grab tanpa harus mengunduh aplikasi lain.

Gambar: Daily Social 9dailysocial.id)

Konsultasi dokter disediakan dalam dua tipe, konsultasi untuk mendapatkan saran gratis dari dokter umum in-house, atau pilih dokter umum atau spesialis dari rumah sakit mitra. Pilihan yang kedua dikenakan biaya mulai dari Rp15 ribu per 24 jam.

Sementara, untuk beli obat bekerja sama dengan mitra apotek. Satu mitra yang sudah mulai tersedia adalah K24. Kemungkinan yang pasti jumlah dan persebaran mitra akan diperluas untuk menjangkau seluruh pengguna Grab.

Pada perkembangan lain, startup yang menyandang sattus sebagai Decacorn tersebut tercatat menorehkan berbagai pencapaian positif sepanjang paruh pertama tahun ini. Ridzki mengatakan perusahaan mengalami pertumbuhan nilai penjualan bruto (gross merchandize value/GMV) sebesar tiga kali lipat pada semester I/2019.

Tahun lalu, total nilai kontribusi Grab terhadap perekonomian Indonesia tercata mencapai Rp48,9 triliun. Dia menambahkan, saat ini Grab telah hadir di 8 negara dan 339 kota di Asia Tenggara dengan 9 juta pengusaha mikro serta sebanyak 165 juta unduhan terhadap aplikasi.

RSUD Asal Surabaya Ini Gunakan Nuklir Untuk Pengobatan Kanker

Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada (RSUD BDH). Gambar: Tribunnews.com

Jumlah pasien kanker di Surabaya makin meningkat setiap tahun. Berdasar data akhir Juli lalu, jumlahnya mencapai 2.730 kasus. Pasien harus mengantre sampai enam bulan untuk mendapatkan layanan radioterapi karena alat terbatas. Antrean itu bisa semakin panjang karena RS di Surabaya juga jadi jujukan pasien kanker dari Indonesia Timur.

Sebagai solusi menangani hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memunculkan ide untuk membangun RS dengan fasilitas kedokteran nuklir. Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada (RSUD BDH) ditunjuk untuk melaksanakan hal ini. Sebab, RS di Kecamatan Benowo tersebut masih dikelilingi lahan kosong.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Febria Rachmanita menjelaskan bahwa teknologi nuklir sering diterapkan di dunia kedokteran. Di kota-kota besar teknologi itu juga sudah dioperasikan. “Di Semarang, Jakarta, dan Makassar sudah ada,” katanya.

Dalam beberapa seminar yang diadakan Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI), terapi nuklir dianggap lebih mudah dan aman. Misalnya, terapi kanker tiroid yang bisa menghabiskan puluhan juta rupiah untuk kemoterapi. Dengan teknologi nuklir, penanganan kanker tiroid hanya membutuhkan biaya Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.

Salah satu metode yang digunakan adalah ablasi. Yakni, pengobatan dengan terapi radioaktif untuk menyusutkan bahkan menghilangkan kelenjar tiroid. Karena biayanya lebih murah, yang diuntungkan adalah pasien dan pihak BPJS yang selama ini mempunyai tunggakan ke berbagai RS.

Namun, Febria Rachmanita menegaskan bahwa tujuan utama pembangunan teknologi nuklir itu bukan hanya soal biaya, melainkan juga fungsi kedokteran nuklir. “Keunggulan utamanya theranostics,” ujarnya. Itu adalah kombinasi diagnostik dan terapi. Theranostics adalah transisi dari pengobatan konvensional ke pendekatan pengobatan kontemporer yang lebih presisi.

Cara kerjanya berbeda dengan kemoterapi yang menggunakan obat rancangan khusus. Obat tersebut membidik dan membunuh sel kanker yang membelah dengan cepat. Masalahnya, obat kemoterapi juga dapat membunuh sel tubuh yang sehat dan normal. Karena itu, kemoterapi biasanya memunculkan beragam efek samping. Mulai rambut rontok hingga masalah pencernaan.

Sementara itu, radiasi panas nuklir dapat ditargetkan secara presisi ke bagian yang sakit saat terapi. Dengan begitu, terapi tersebut tidak merusak jaringan sehat dan normal di sekitar. Jika pun ada kerusakan, tergolong ringan.

Dari seluruh kasus di Surabaya, jumlah pasien kanker payudara yang paling banyak. Yakni, hampir separuh dari jumlah keseluruhan pasien kanker. Angka itu disusul kanker serviks, ovarium, paru, dan nasofaring.

Feni mengungkapkan, ada berbagai jenis penyakit yang bisa ditangani dengan menggunakan teknologi nuklir tersebut. Misalnya, meratakan keloid alias bekas luka.

DPRD dan pemkot sudah sepakat mempercepat realisasi fasilitas itu. RSUD BDH mendapat suntikan Rp 30 miliar untuk menyediakan peralatan serta sarana dan prasarana pendukung. Untuk itu, Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Surabaya digerojok tambahan dana Rp 90 miliar untuk pembangunan fisik RS tersebut.

Kabid Bangunan Gedung DPRKP CKTR Iman Krestian telah menyusun konsep teknis pembangunan RS itu. Pada tahap pertama, pihaknya akan menggali bungker untuk mencegah radiasi nuklir. “Secara konsep teknis sudah. Hanya, untuk basic desain, masih menunggu pemenang lelang,” jelasnya.

Nuklir Aman untuk Pengobatan

Pengembangan nuklir bagi kesehatan terus dilakukan, termasuk untuk mengobati kanker yang menjadi salah satu penyakit paling mematikan. Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Timur (Jatim) Dr dr Hendrian Dwikoloso Soebagjo SpM (K) memaparkan, di Indonesia memang belum banyak yang menyediakan layanan teknologi nuklir untuk membunuh sel kanker.

Selain itu, masyarakat masih sering khawatir dan takut terhadap metode tersebut karena nuklir berkaitan erat dengan senjata untuk perang. Padahal, teknologi nuklir bisa menjadi alternatif terapi bagi penderita kanker. Misalnya kanker serviks. Pasien akan diberi tindakan untuk jangka waktu tiga bulan. Dalam jangka waktu tersebut, hasil radioterapi akan berproses menghancurkan sel-sel kanker.

Metode teknologi nuklir, papar Hendrian, sangat aman untuk menyembuhkan kanker maupun penyakit lain.

Namun, untuk mendapatkan hasil maksimal, dalam penggunaannya, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.

“Dokter, perawat, dan penunjang medis lainnya harus yang sudah ahli,” jelas Hendrian.

Selain itu, infrastruktur untuk menunjang pelayanan teknologi nuklir harus dibuat secara khusus. Termasuk, alat di RS harus mumpuni. Hal tersebut berhubungan juga dengan limbah tenaga nuklir.

Infrastruktur bungker untuk mengolah limbah tersebut juga harus disediakan dengan aman. “Teknologi nuklir yang baik akan memiliki daya terapi yang baik dan efek samping bagi tubuh tidak besar,” pungkas Hendrian.

Catat Tanggalnya, Bionime Akan Perkenalkan Tes Gula Darah IoT Pada Hospex 2019

Menurut catatan berbagai sumber, jumlah penderita diabetes atau kencing manis di Indonesia menunjukkan tren peningkatan hingga sekira 40 persen. Untuk mencegahnya, diperlukan pola hidup yang sehat melalui asupan makan yang baik serta rajin berolah raga.

Namun, pemeriksaan kadar gula darah secara rutin juga sangat diperlukan. Bagi penderita, berguna untuk mengetahui sehingga bisa mengontrolnya. Juga bisa digunakan sebagai deteksi dini bagi Anda yang belum divonis mengidap penyakit ini.

Terkait hal tersebut, Bionime Corporation yang berasal dari Taiwan memperkenalkan sejumlah alat kesehatan terintegrasi yang dapat dioperasikan dengan mudah oleh individu antara lain Rightest CARE DMS, Rightest CARE Clinic App, Rightest CARE App dan Rightest Smart Meter (Seri Rightest POCT & Bluetooth). Produk dan layanan mereka akan diperkenalkan pada kegiatan Hospital Expo 2019 pada 23 – 26 Oktober 2019 yang digelar di Exhibition Hall B, Jakarta Convention Center.

Founder & CEO Bionime Coorporation Roy Huang mengatakan, Bionime Corporation yang berasal dari Taiwan memperkenalkan sejumlah alat kesehatan terintegrasi yang dapat dioperasikan dengan mudah oleh individu antara lain Rightest CARE DMS, Rightest CARE Clinic App, Rightest CARE App dan Rightest Smart Meter (Seri Rightest POCT & Bluetooth).

Alat tes kesehatan tersebut adalah kombinasi Internet of Medical Things (IoMT) terbaru dengan dukungan teknologi dan integrasi solusi kesehatan digital sehingga mampu mengumpulkan informasi secara tepat dan melakukan analisis terhadap seluruh rekaman kesehatan elektronik (EHR).

“Kemampuan integrasi dan analisa data tersebut memungkinkan bagi individu pengguna untuk mendapatkan saran perawatan kesehatan, informasi farmasi, maupun lembaga layanan kesehatan lainnya berdasarkan ide perawatan masyarakat” papar Huang.

Saat ini, lanjut Huang, lebih dari seribu lembaga mendukung sistem yang dikembangkan Bionime Corporation, menjadikannya salah satu platform kesehatan paling unik dan terspesialisasi di dunia dalam bidang diabetes dan manajemen penyakit kronis.

Bionime mengintegrasikan keahlian tingkat atas dalam ilmu kedokteran, kimia, elektronik, dan mekanisme presisi untuk mengkomersialkan teknologi paten dari struktur strip pengujian yang unik. Saat ini Bionime mengoperasikan empat anak perusahaan di pasar utama, Eropa, Amerika, dan China.

Untuk diketahui, kegiatan Hospital Expo 2019 dilakukan dalam rangka mendorong produsen Taiwan untuk meningkatkan kemampuan serta menambah nilai dan inovasi dalam produk mereka yang didukung Kementerian Urusan Ekonomi/Ministry of Economic Affairs (MOEA) melalui proyek skala nasional yang disebut Proyek Pengembangan Citra Industri Taiwan/The Taiwan Industry Image Enhancement Project (IEP project).