spot_img

Di Hospex 2019, Emedis Janjikan Customer Belanja Alkes Bisa Sambil Liburan

Anda yang berkecimpung di industri kesehatan tentu tahu betapa ribetnya proses pengadaan alat kesehatan apabila dilakukan dengan cara-cara tradisional. Baik pihak customer ataupun vendor acapkali akan berurusan dengan berbagai administrasi yang tidak ringkas.

Pihak customer diharuskan berurusan dengan sejumlah vendor dengan segala macam karakternya. Pun dengan vendor, harus berurusan dengan proses birokrasi dan administrasi yang rumit.

Emedis hadir untuk menjadi solusi atas semua masalah tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh mereka pada ajang Indonesian Hospital Expo (HOSPEX) 2019 baru saja diselenggarakan pada tanggal 23-26 Oktober 2019 kemarin di Jakarta Convention Center. Emedis sebagai penyedia jasa business-to-business e-commerce alat kesehatan pertama dan terbesar di Indonesia kembali menjadi exibhitor.

Menempati Booth nomor AH 051, pada pameran tersebut Emedis menambil tema Pantai dan Liburan. Dimana perusahaan yang sudah bermitra resmi dengan PRIMKOP IDI, ARSINU dan PKFI tersebut menjanjikan bahwa belanja alat kesehatan bisa dilakukan dengan cara yang ringkas dan mudah. Bahkan bisa Anda lakukan sambil liburan dan melakukan perjalanan.

Salah satu kemudahan tersebut juga diwujudkan dalam program Flexipay dari Emedis yang juga dikenalkan Emedis pada pameran Hospex 2019. Dimana customer bisa berbelanja alat kesehatan dengan cara mencicil.

Jadi tidak perlu khawatir jika rumah sakit atau klinik Anda membutuhkan alkes yang harus segera dibeli namun belum ada dana tunai tersedia. Flexipay bisa menjadi solusi dengan plafon hingga 5 miliar rupiah dan bunga cicilan hingga 0%.

Gandeng Ping An Doctor, GrabHealth Segera Meluncur di Indonesia

Gambar: Dream.co.id

Perusahaan aplikasi digital Grab, berencana meluncurkan layanan anyar di bidang kesehatan yaitu Grab Health.

Menurut Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, perusahaan sebelumnya telah melakukan soft launching untuk layanan GrabHealth dan rencananya akan disusul dengan peluncuran resmi. Sedangk

Dikutip dari situs Daily Social, layanan GrabHealth sendiri merupakan perusahaan patungan antara Grab dan Ping An Doctor. Bila ditelusuri, perusahaan patungan ini bernama PT Good Doctor Technology. Terdaftar sebagai layanan medis online di Kemkominfo. Sehingga bisa dikatakan Good Doctor adalah pemain baru healthtech di Indonesia yang siap bersaing dengan pemain sebelumnya seperti Halodoc, Alodokter, SehatQ, dan lainnya.

Masih menurut situs Daily Social, nantinya fitur yang akan dihadirkan adalah konsultasi via chat, beli obat, artikel kesehatan, dan pengguna bisa mengakses riwayat kesehatan serta transaksi di GrabHealth. Semua fitur dihadirkan di dalam aplikasi Grab tanpa harus mengunduh aplikasi lain.

Gambar: Daily Social 9dailysocial.id)

Konsultasi dokter disediakan dalam dua tipe, konsultasi untuk mendapatkan saran gratis dari dokter umum in-house, atau pilih dokter umum atau spesialis dari rumah sakit mitra. Pilihan yang kedua dikenakan biaya mulai dari Rp15 ribu per 24 jam.

Sementara, untuk beli obat bekerja sama dengan mitra apotek. Satu mitra yang sudah mulai tersedia adalah K24. Kemungkinan yang pasti jumlah dan persebaran mitra akan diperluas untuk menjangkau seluruh pengguna Grab.

Pada perkembangan lain, startup yang menyandang sattus sebagai Decacorn tersebut tercatat menorehkan berbagai pencapaian positif sepanjang paruh pertama tahun ini. Ridzki mengatakan perusahaan mengalami pertumbuhan nilai penjualan bruto (gross merchandize value/GMV) sebesar tiga kali lipat pada semester I/2019.

Tahun lalu, total nilai kontribusi Grab terhadap perekonomian Indonesia tercata mencapai Rp48,9 triliun. Dia menambahkan, saat ini Grab telah hadir di 8 negara dan 339 kota di Asia Tenggara dengan 9 juta pengusaha mikro serta sebanyak 165 juta unduhan terhadap aplikasi.

RSUD Asal Surabaya Ini Gunakan Nuklir Untuk Pengobatan Kanker

Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada (RSUD BDH). Gambar: Tribunnews.com

Jumlah pasien kanker di Surabaya makin meningkat setiap tahun. Berdasar data akhir Juli lalu, jumlahnya mencapai 2.730 kasus. Pasien harus mengantre sampai enam bulan untuk mendapatkan layanan radioterapi karena alat terbatas. Antrean itu bisa semakin panjang karena RS di Surabaya juga jadi jujukan pasien kanker dari Indonesia Timur.

Sebagai solusi menangani hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memunculkan ide untuk membangun RS dengan fasilitas kedokteran nuklir. Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada (RSUD BDH) ditunjuk untuk melaksanakan hal ini. Sebab, RS di Kecamatan Benowo tersebut masih dikelilingi lahan kosong.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Febria Rachmanita menjelaskan bahwa teknologi nuklir sering diterapkan di dunia kedokteran. Di kota-kota besar teknologi itu juga sudah dioperasikan. “Di Semarang, Jakarta, dan Makassar sudah ada,” katanya.

Dalam beberapa seminar yang diadakan Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI), terapi nuklir dianggap lebih mudah dan aman. Misalnya, terapi kanker tiroid yang bisa menghabiskan puluhan juta rupiah untuk kemoterapi. Dengan teknologi nuklir, penanganan kanker tiroid hanya membutuhkan biaya Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.

Salah satu metode yang digunakan adalah ablasi. Yakni, pengobatan dengan terapi radioaktif untuk menyusutkan bahkan menghilangkan kelenjar tiroid. Karena biayanya lebih murah, yang diuntungkan adalah pasien dan pihak BPJS yang selama ini mempunyai tunggakan ke berbagai RS.

Namun, Febria Rachmanita menegaskan bahwa tujuan utama pembangunan teknologi nuklir itu bukan hanya soal biaya, melainkan juga fungsi kedokteran nuklir. “Keunggulan utamanya theranostics,” ujarnya. Itu adalah kombinasi diagnostik dan terapi. Theranostics adalah transisi dari pengobatan konvensional ke pendekatan pengobatan kontemporer yang lebih presisi.

Cara kerjanya berbeda dengan kemoterapi yang menggunakan obat rancangan khusus. Obat tersebut membidik dan membunuh sel kanker yang membelah dengan cepat. Masalahnya, obat kemoterapi juga dapat membunuh sel tubuh yang sehat dan normal. Karena itu, kemoterapi biasanya memunculkan beragam efek samping. Mulai rambut rontok hingga masalah pencernaan.

Sementara itu, radiasi panas nuklir dapat ditargetkan secara presisi ke bagian yang sakit saat terapi. Dengan begitu, terapi tersebut tidak merusak jaringan sehat dan normal di sekitar. Jika pun ada kerusakan, tergolong ringan.

Dari seluruh kasus di Surabaya, jumlah pasien kanker payudara yang paling banyak. Yakni, hampir separuh dari jumlah keseluruhan pasien kanker. Angka itu disusul kanker serviks, ovarium, paru, dan nasofaring.

Feni mengungkapkan, ada berbagai jenis penyakit yang bisa ditangani dengan menggunakan teknologi nuklir tersebut. Misalnya, meratakan keloid alias bekas luka.

DPRD dan pemkot sudah sepakat mempercepat realisasi fasilitas itu. RSUD BDH mendapat suntikan Rp 30 miliar untuk menyediakan peralatan serta sarana dan prasarana pendukung. Untuk itu, Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Surabaya digerojok tambahan dana Rp 90 miliar untuk pembangunan fisik RS tersebut.

Kabid Bangunan Gedung DPRKP CKTR Iman Krestian telah menyusun konsep teknis pembangunan RS itu. Pada tahap pertama, pihaknya akan menggali bungker untuk mencegah radiasi nuklir. “Secara konsep teknis sudah. Hanya, untuk basic desain, masih menunggu pemenang lelang,” jelasnya.

Nuklir Aman untuk Pengobatan

Pengembangan nuklir bagi kesehatan terus dilakukan, termasuk untuk mengobati kanker yang menjadi salah satu penyakit paling mematikan. Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Timur (Jatim) Dr dr Hendrian Dwikoloso Soebagjo SpM (K) memaparkan, di Indonesia memang belum banyak yang menyediakan layanan teknologi nuklir untuk membunuh sel kanker.

Selain itu, masyarakat masih sering khawatir dan takut terhadap metode tersebut karena nuklir berkaitan erat dengan senjata untuk perang. Padahal, teknologi nuklir bisa menjadi alternatif terapi bagi penderita kanker. Misalnya kanker serviks. Pasien akan diberi tindakan untuk jangka waktu tiga bulan. Dalam jangka waktu tersebut, hasil radioterapi akan berproses menghancurkan sel-sel kanker.

Metode teknologi nuklir, papar Hendrian, sangat aman untuk menyembuhkan kanker maupun penyakit lain.

Namun, untuk mendapatkan hasil maksimal, dalam penggunaannya, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.

“Dokter, perawat, dan penunjang medis lainnya harus yang sudah ahli,” jelas Hendrian.

Selain itu, infrastruktur untuk menunjang pelayanan teknologi nuklir harus dibuat secara khusus. Termasuk, alat di RS harus mumpuni. Hal tersebut berhubungan juga dengan limbah tenaga nuklir.

Infrastruktur bungker untuk mengolah limbah tersebut juga harus disediakan dengan aman. “Teknologi nuklir yang baik akan memiliki daya terapi yang baik dan efek samping bagi tubuh tidak besar,” pungkas Hendrian.

Catat Tanggalnya, Bionime Akan Perkenalkan Tes Gula Darah IoT Pada Hospex 2019

Menurut catatan berbagai sumber, jumlah penderita diabetes atau kencing manis di Indonesia menunjukkan tren peningkatan hingga sekira 40 persen. Untuk mencegahnya, diperlukan pola hidup yang sehat melalui asupan makan yang baik serta rajin berolah raga.

Namun, pemeriksaan kadar gula darah secara rutin juga sangat diperlukan. Bagi penderita, berguna untuk mengetahui sehingga bisa mengontrolnya. Juga bisa digunakan sebagai deteksi dini bagi Anda yang belum divonis mengidap penyakit ini.

Terkait hal tersebut, Bionime Corporation yang berasal dari Taiwan memperkenalkan sejumlah alat kesehatan terintegrasi yang dapat dioperasikan dengan mudah oleh individu antara lain Rightest CARE DMS, Rightest CARE Clinic App, Rightest CARE App dan Rightest Smart Meter (Seri Rightest POCT & Bluetooth). Produk dan layanan mereka akan diperkenalkan pada kegiatan Hospital Expo 2019 pada 23 – 26 Oktober 2019 yang digelar di Exhibition Hall B, Jakarta Convention Center.

Founder & CEO Bionime Coorporation Roy Huang mengatakan, Bionime Corporation yang berasal dari Taiwan memperkenalkan sejumlah alat kesehatan terintegrasi yang dapat dioperasikan dengan mudah oleh individu antara lain Rightest CARE DMS, Rightest CARE Clinic App, Rightest CARE App dan Rightest Smart Meter (Seri Rightest POCT & Bluetooth).

Alat tes kesehatan tersebut adalah kombinasi Internet of Medical Things (IoMT) terbaru dengan dukungan teknologi dan integrasi solusi kesehatan digital sehingga mampu mengumpulkan informasi secara tepat dan melakukan analisis terhadap seluruh rekaman kesehatan elektronik (EHR).

“Kemampuan integrasi dan analisa data tersebut memungkinkan bagi individu pengguna untuk mendapatkan saran perawatan kesehatan, informasi farmasi, maupun lembaga layanan kesehatan lainnya berdasarkan ide perawatan masyarakat” papar Huang.

Saat ini, lanjut Huang, lebih dari seribu lembaga mendukung sistem yang dikembangkan Bionime Corporation, menjadikannya salah satu platform kesehatan paling unik dan terspesialisasi di dunia dalam bidang diabetes dan manajemen penyakit kronis.

Bionime mengintegrasikan keahlian tingkat atas dalam ilmu kedokteran, kimia, elektronik, dan mekanisme presisi untuk mengkomersialkan teknologi paten dari struktur strip pengujian yang unik. Saat ini Bionime mengoperasikan empat anak perusahaan di pasar utama, Eropa, Amerika, dan China.

Untuk diketahui, kegiatan Hospital Expo 2019 dilakukan dalam rangka mendorong produsen Taiwan untuk meningkatkan kemampuan serta menambah nilai dan inovasi dalam produk mereka yang didukung Kementerian Urusan Ekonomi/Ministry of Economic Affairs (MOEA) melalui proyek skala nasional yang disebut Proyek Pengembangan Citra Industri Taiwan/The Taiwan Industry Image Enhancement Project (IEP project).

Luncurkan Produk CT Scan Terbaru, GE Lirik Pasar Indonesia

CT Scan terbaru dari General Electric. Foto: GE

Presiden dan CEO GE Asia Pasifik Wouter Van Wersch mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.000 pulau. Selain itu, Indonesia masih mempunyai remote area dan lokasi perbatasan dengan peralatan kesehatan sangat minim.

“Pasar alat kesehatan cukup besar. Indonesia memiliki remote area yang cukup banyak. Namun, masalah yang dihadapi dalam pengoperasian alat kesehatan adalah kemampuan tenaga kesehatan di daerah yang sulit,” katanya, seperti MedX kutio dari situs Bisnis.com.

GE sendiri merupakan salah satu produsen alat kesehatan yang salah satu produk andalannya adalah CT Scan. Sampai saat ini tercatat produk CT Scan mereka telah tersebar sebanyak 40 unit di Vietnam, 39 unit di Indonesia, 34 unit di Filipina, serta ada juga di Malaysia, Kamboja dan Thailand.

Dan pada bulan Juni 2019 lalu, perusahaan asal Korea Selatan tersebut telah meluncurkan produk CT Scan terbarunya. Mengutip laman resmi GE Indonesia,produk ini memiliki keunggulan 128 slices, yang dilengkapi dengan fitur unggulan. Dari mulai Low Dose CT Scan (LDCT), virtual colonoscopy , Xtream display di tengah gantry untuk penggunaan yang lebih sederhana, CT perfusi 4 dimensi, Denta scan, dan Lung VCAR.

LDCT merupakan tomografi terkomputasi dosis rendah yang bisa menghasilkan gambar tiga dimensi dengan resolusi tinggi dan lebih detail dibandingkan x-ray dada konvensional. LDCT bisa mendeteksi bengkak yang sangat kecil di paru-paru, yang terlalu kecil untuk dideteksi oleh x-ray paru-paru konvensional.

Produk keluaran baru ini juga menggunakan dosis radiasi yang lebih rendah dibandingkan CT-scan biasa. LDCT biasanya untuk mendeteksi kelainan paru termasuk kanker paru dan penyakit jantung koroner.

Dengan LDCT, maka pasien tak perlu khawatir akan terpapar radiasi karena menggunakan radiasi berdosis rendah sehingga pasien terpapar radiasi yang lebih sedikit dibandingkan CT-scan konvensional.

Kini Layanan Vaksin Internasional Sudah Tersedia di RS Pelni Jakarta

Bag Anda yang terbiasa melakukan perjalanan ke luar negeri pasti sudah tahu kalau kita wajib melakukan vaksinasi tertentu yang disyaratkan oleh negara tujuan atau dikenal dengan istilah vaksinasi internasional.

Vaksinasi tersebut juga diperlukan agar setelah kembali ke tanah air tidak membawa suatu virus penyakit yang mungkin menular dan menjadi wabah di Indonesia. Salah satu jenis vaksin yang umum dilakukan adalah sebelum melakukan perjalanan Umrah atau Haji, serta vaksin meningitis dan influenza.

Vaksinasi internasional lainnya adalah pneumonia, yellow fever, atau pun polio OPV. Vaksinasi tersebut bisa didapatkan di rumah sakit yang sudah mendapat ijin dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes).

Rumah Sakit Pelni Jakarta, baru saja meluncurkan layanan vaksin internasional tersebut. Kepala Rumah Sakit Pelni Dr. Dewi Fankhuningdyah F, MPH mengatakan, layanan terbaru ini dapat membantu masyarakat khususnya yang berada di area Jakarta untuk mendapat pilihan tambahan.

“RS Pelni selain memberikan vaksin juga menerbitkan buku vaksin internasional,” kata Dewi seperti dilansir oleh berbagai sumber.

Layanan Vaksin Internasional di RUmah Sakit Pelni ini bisa Anda nikmati melalui Klinik Medical Check Up Sakura. Bahkan saat ini ada harga khusus biaya vaksin combo Meningitis dan Influenza sebesar Rp 390.000.

Paradigma Ambulans Dunia Kesehatan Kita

Postur anggaran kesehatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita tak pernah mencapai dua digit. Padahal bidang kesehatan serta pendidikan dan sistem jaminan sosial merupakan tiga pengeluaran besar dalam konsep negara kesejahteraan yang dianut mayoritas negara di dunia, termasuk Indonesia (Moran, 2000).

Degradasi politis dunia kesehatan tak berlangsung begitu saja. McKinlay (2002) menganalogikan proses tersebut dengan runtuhnya dominasi sosial gereja di Eropa. Dokter, sebagai representasi utama layanan kesehatan, berdiam di dalam “kuil pendeta” (baca: rumah sakit) seraya menunggu pasien yang akan datang berobat. Standar ritual-ritual tertentu dan seragam khasnya membuat mereka mendapatkan status sosial yang setara dengan pendeta keagamaan.

Revolusi Industri pada abad ke-19 memaksa semua profesi terlibat dalam proses produksi barang dan jasa serta mereduksi tenaga kesehatan menjadi penyedia layanan jasa belaka, laiknya jasa konsultasi rohaniwan (Stoeckle, 1988). Navarro(1976) menyebut perubahan tersebut sebagai layanan statis yang berubah menjadi moda bergerak untuk memenuhi tuntutan konsumen. Saya menganalogikannya sebagai transformasi “kuil” menjadi “ambulans”.

Sosok ambulans dengan sirene yang meraung-raung sering dikaitkan dengan proses kegawatdaruratan medik bagi mereka yang tengah jatuh sakit. Itu sebabnya paradigma pembangunan kesehatan kita masih enggan beranjak dari kacamata kuda kuratif, alih-alih promotif-preventif sebab yang pertama bersifat “aksi” ketimbang omongan (baca: penyuluhan) belaka. Pemerintah dan masyarakat kita masih memandang layanan kesehatan baru berfungsi sempurna jika ia laksana ambulans yang bergerak ke sana-kemari. Ia tak dibutuhkan jika tak ada orang sakit. Tak mengherankan jika sektor kesehatan diidentikkan dengan layanan kuratif dan bentuk-bentuk layanan kedokteran lainnya (Barr et al, 2004).

Paradigma ambulans ini tecermin jelas dalam tindakan beberapa kepala daerah, seperti Gubernur Jakarta Jokowi yang mengubah belasan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di Ibu Kota menjadi rumah sakit kecamatan pada 2013. Pandangan “besar sedikit ubah jadi rumah sakit” menjadi dogma bagi para pemangku kebijakan.

Selama 2012-2018, jumlah rumah sakit swasta nirlaba melonjak 17,5 persen setiap tahun. Bandingkan dengan rata-rata pertumbuhan puskesmas yang hanya 3-5 persen per tahun (Laksono & Listyani, 2018). Padahal paradigma sehat tak terbentuk di rumah sakit, karena rumah sakit tak punya beban wilayah kerja, tapi pada kelompok masyarakat yang belum jatuh sakit dan merupakan tanggung jawab puskesmas. Mustahil mendidik pola hidup sehat pada orang-orang yang tengah meradang dan butuh layanan sesegera mungkin. Tak mengherankan bila kita tak mampu menekan insiden penyakit katastrofik yang melahap porsi terbesar anggaran Jaminan Kesehatan Nasional.

Disepelekannya sektor kesehatan kian terlihat jelas pada defisit Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pemerintah tak berusaha mencari solusi komprehensif karena “ambulans” masih berjalan seperti biasa. Ini sebetulnya “bom waktu” yang membuat “ambulans” suatu saat mogok. Gejala-gejalanya mulai tampak. Ratusan rumah sakit umum daerah (RSUD) sudah tak mampu membayar jasa medik petugas kesehatan dan malah diarahkan untuk “gali lubang tutup lubang” dengan meminjam dana via mekanisme supply chain financing. Di bidang farmasi, tunggakan pembayaran BPJS Kesehatan mengakibatkan RSUD tak mampu membayar perusahaan farmasi dan berujung pada kekosongan obat.

Selain rencana menaikkan iuran BPJS pada 2020, pemerintah semestinya lebih cerdik mencari sumber-sumber pembiayaan cepat lain tanpa membebani kondisi keuangan negara yang tengah defisit. Penerbitan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional agar BPJS Ketenagakerjaan dapat membantu BPJS Kesehatan secara finansial patut dikedepankan. Solusi tentatif tersebut memberikan sedikit ruang fiskal bagi keberlangsungan hidup BPJS sebelum menerapkan solusi jangka panjang lain, seperti menaikkan tarif cukai rokok, relokasi dana konversi energi, serta mendisiplinkan manajemen pengelola dan peserta BPJS Kesehatan.

Proses pembangunan hanya bisa berjalan maksimal jika didukung oleh sumber daya manusia yang sehat dan produktif serta berkualitas. Arah dan kebijakan pembangunan itu sendiri juga amat bergantung pada paradigma politis pemimpinnya (Notoatmodjo, 2008). Sebuah studi menunjukkan korelasi positif antara paradigma politis suatu pemerintahan dan derajat kesehatan masyarakatnya (Navarro et al, 2016). Di Jerman pada abad ke-19, misalnya, Otto von Bismarck menginisiasi asuransi sosial dan kesehatan pertama di dunia karena menginginkan sumber daya manusia yang tangguh bagi dunia usaha dan angkatan perang (Bump, 2010).

Di Indonesia, asas klasik gotong-royong seharusnya menjadi paradigma politis yang dianut bangsa, tak sekadar memandangi “ambulans” sektor kesehatan hilir-mudik sendirian.

Artikel asli ditulis oleh Muhammad Hatta (Dokter alumnus Manajemen Kesehatan University of Illinois, Chicago), dan dimuat di Situs Tempo

Mitra Rajawali Banjaran Kembangkan HBOT, Apa Fungsinya?

Ilustrasi HBOT. Gambar: hyperbaric-chamber.com

PT Mitra Rajawali Banjaran, salah satu anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), saat ini telah mengembangkan dan meproduksi Hyperbaric Chamber Oxygen Therapy (HBOT).

Direktur PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB) Agus Suryanto mengatakan bahwa ekspansi ini merupakan upaya mengembangkan portofolio bisnis melalui inovasi dan terobosan sehingga bisa meningkatkan daya saing di tengah ketatnya kompetisi industri alat kesehatan (alkes) nasional dan global.

Produksi HBOT sendiri, lanjut Agus, secara resmi telah dimulai sejak 4 Oktober 2019 di pabrik MRB yang berlokasi di Banjaran, Bandung. Dia menjelaskan HBOT merupakan terapi sistemik dalam dunia kedokteran konvensional.

Terapi ini, bermanfaat untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit, seperti komplikasi Diabetes Melitus, gangguan ginjal, jantung, lever, serta terapi kecantikan dan kebugaran.

“Produksi HBOT disupervisi langsung oleh Laksamana Pertama (Purn. TNI AL) Prof. DR. M. Guritno S. dr. SMHS. DEA, yang merupakan ahli HBOT, professor of Sub-Aquatic and Hyperbaric Medicine Académie Nationale de Médecine, Paris, France,” paparnya.

Agus mengatakan beberapa tipe produk HBOT yang akan diproduksi MRB adalah Hype 6002, Hype 8002, Hype 8004, Hype 10002, dan Hype Animal Chamber. Menurutnya, setiap tipe memiliki spesifikasi yang berbeda tergantung ukuran yang dibutuhkan oleh pelanggan dan disesuaikan dengan ketersediaan ruangan.

Produksi produk tersebut bekerja sama dengan PT Mitra Multi Teknomedika, sedangkan pendistribusiannya memanfaatkan jaringan distribusi RNI Group, khususnya melalui PT Rajawali Nusindo.

“Outlet-nya tersebar di seluruh provinsi di Indonesia serta telah berpengalaman dalam bidang distribusi dan perdagangan produk farmasi dan alkes,” pungkas Agus.

Alodokter Amankan Pendanaan Seri C Sebesar 33 Juta Dolar AS

Gambar: Alodokter

Alodokter, startup kesehatan asal Indonesia dikabarkan menerima pendanaan seri C senilai 33 juta dolar Amerika Serikat. Pendanaan ini dipimpin oleh Sequis Life dan partisipasi dari beberapa inverstor lain seperti Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners, Softbank Ventures Asia dan Golden Gate Ventures. Dua nama yang disebut terakhir juga merupakan investor pada pendaan seri sebelumnya.

CEO Alodokter Nathanael Faibis mengatakan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk memperluas jaringan kerja sama dengan rumah sakit serta pengembangan layanan asuransi termutakhir. Adapun pada 2018, Alodokter juga telah meluncurkan asuransi kesehatan bernama Proteksi Alodokter.

“Melalaui asuransi tersebut, pemegang polis dapat berlangganan, membayar, dan melakukan proses klaim langsung melalui aplikasi. Mereka juga dapat mengakses serangkaian fitur premium, seperti konsultasi unlimited dengan dokter spesialis dan layanan rumah sakit terbaik,” ujarnya.

Di sisi lain, lanjut Nathanael, sistem kesehatan Indonesia mengalami perkembangan signifikan selama 10 tahun terakhir dan lebih terbuka terhadap inovasi digital. Hal itu membuat Alodokter mengalami perkembangan pesat semenjak diluncurkan dengan lebih dari 20 juta pengguna aktif setiap bulannya.

Sementara itu, CEO Sequis Life Tatang Wijaya menyampaikan bahwa terlepas dari jumlah pengguna yang besar, visi Alodokter yang jelas dan kuat dalam memberikan keakuratan medis di setiap layanan, menjadi alasan mengapa pihaknya mau berinvestasi.

“Kami akan selangkah lebih dekat untuk mewujudkan tujuan kami dalam menciptakan teknologi dan metode terbaru, serta meraih segmen pasar dan pelanggan Indonesia yang belum terjangkau,” tandas Tatang.

Sucofindo Resmikan Laboratorium Uji Sterilitas Alkes

Gambar: Kontan

PT SUCOFINDO dikabarkan meresmikan fasilitas laboratorium uji Sterilitas untuk Alat Kesehatan (alkes) di Laboratorium sentral SUCOFINDO Cibitung, Bekasi Jawa Barat.

Dirut SUCOFINDO, Bachder Djohan Buddin mengatakan bahwa pihaknya siap membantu program pemerintah sesuai amanat undang-undang melaksanakan pengujian sterilitas untuk menganalisa steril atau tidaknya suatu produk kesehatan, terutama alat kesehatan (alkes) yang terkait dengan perlengkapan medis.

Sementara itu, Direktur Komersial 2 SUCOFINDO, , Haris Witjaksono mengatakan bahwa Laboratorium uji sterilitas SUCOFINDO dibangun, salah satunya dalam rangka mendukung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pengawasan alat kesehatan yang beredar di wilayah Indonesia, dan membantu memastikan kelayakan izin edar alkes.

“Untuk mendukung pemerintah dalam penerapan regulasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan membantu memastikan produk yang beredar memenuhi standar sehingga konsumen dapat memperoleh produk yang aman dan berkualitas, maka dari itu Laboratorium SUCOFINDO mampu memberikan pelayanan terbarunya dalam pengujian radio frekuensi untuk produk telekomunikasi serta pengujian fotobiologis untuk produk luminer (produk pencahayaan),” sebut Haris.

Fasilitas laboratorium SUCOFINDO ini tersebar di 57 titik layanan di seluruh Indonesia dan mereka selalu siap berinovasi dalam memenuhi kebutuhan pengujian alkes di dalam negeri dan mendukung pertumbuhan industri di Indonesia.

“Tidak henti-hentinya SUCOFINDO terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan terbaik bagi para pelaku usaha, membantu perlindungan konsumen dan selalu berinovasi guna mendukung kepentingan bisnis,” pungkas Bachder.