spot_img

Fokus MNC Leasing Pada Sektor Pembiayaan Alat Kesehatan

PT MNC Guna Usaha Indonesia atau MNC Leasing akan fokus pada bisnis pembiayaan alat ksehatan pada tahun 2018 mendatang. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama MNC Leasing Ageng Purwanto

“Kami fokus ke pembiayaan alat kesehatan, market cap-nya triliunan, dari pemerintah lewat BPJS dan lain-lain,” ujarnya beberapa waktu lalu, dikutip dari situs sindonews.com.

Dirinya menjelaskan bahwa perusahaan menyasar pembiayaan alat kesehatan karena pasarnya yang cukup besar, mencapai triliunan rupiah per tahun.

Masih menurut Ageng, peluang tersebut bisa menjadi ciri khas perusahaan dibandingkan dengan perusahaan pembiayaan lainnya. Sementara untuk pembiayaan sektor lain juga tetap dijalani oleh perusahaan, namun porsinya dikurangi.

“Ada potensi jadi fokus perbedaan kami dengan yang lain, yang lain enggak ditinggal seperti pembiayaan alat berat, infrastruktur, pertanian, pertambangan, termasuk di mesin-mesin tetap kami jalani,” tuturnya.

Selain alat kesehatan MNC Leasing yang sudah berdiri sejak 2014 juga mengincar potensi pembiayaan aset-aset produktif di sektor usaha kecil menengah (UKM).

Pasar Alat Kesehatan Dalam Negeri Akan Sentuh Angka Rp 27 Triliun Tahun Depan

Ketua Umum Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia Ade Tarya Hidayat. Foto: Forbes Indonesia

Kenaikan belanja pemerintah di program Jaminan Kesehatan Nasional akan mendongkrak kebutuhan alat kesehatan sebesar 10% pada tahun depan menjadi Rp27 triliun.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia Ade Tarya Hidayat di sela rakernas Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) beberapa waktu lalu.

Hanya saja, peranan industri alat kesehatan dalam pasar domestik negeri masih terbilang minim lantaran hanya mampu menguasai 8% pangsa pasar domestik. Sebaliknya, porsi produk impor masih mendominasi pasar domestik hingga 92%.

Menurutnya, pemerintah perlu terus mendorong penyerapan produk domestik pada pengadaan alat kesehatan pada fasilitas milik pemerintah. Salah satu kendala yang menahan laju pertumbuhan investasi pabrikan alat kesehatan adalah kecenderungan perilaku konsumen yang lebih mengutamakan pembelian produk impor.

“Alkes itu termasuk salah satu produk yang pembuatan dan pendistribusiannya highly regulated oleh pemerintah. Hanya memang pemerintah perlu mengedukasi perilaku konsumen yang punya mindset alkes impor lebih baik daripada buatan lokal meskipun kualitasnya sama,” ujarnya.

Kecenderungan itu membuat pabrikan dalam negeri sulit memasarkan produknya. Di samping itu, industri akhirnya lebih banyak memproduksi alat kesehatan teknologi rendah untuk mencegah risiko hasil produksi yang tak terserap. “Jangan nanti sudah investasi besar tapi memasarkannya tetap saja susah,” ujarnya.

Pabrikan dalam negeri sudah mampu mengekspor berbagai produk alat kesehatan seperti kursi roda, tempat tidur di rumah sakit, meja operasi, dan sarung tangan latex ke Amerika Serikat.

Arus Listrik Bisa Menciptakan Metode terapi Terbaru Untuk Pengobatan Kanker

Sejumlah peneliti di Swiss dan Taiwan menggunakan arus listrik untuk memetakan distribusi biomolekul dalam sel kanker agar dokter lebih memahami terapi mana yang paling efektif untuk mengobati kanker.

Secara tradisional, penanda fluoresensi digunakan untuk mengumpulkan informasi spasial tentang sel kanker pada terapi yang ditargetkan. École Polytechnique Fédérale de Lausanne dan peneliti asal Linkou Chang Gong Memorial Hospital menggunakan pemindaian mikroskop elektrokimia untuk menciptakan gambar hemoglobin pada hati tikus.

Periset EPFL menggunakan pemindai dengan probe elektrokimia untuk memetakan distribusi bahan biomarker dan nano pada jaringan hewan dan manusia. Perangkat ini memiliki delapan elektroda mikro fleksibel yang saling berbaris satu sama lain untuk memindai jaringan yang telah direndam dalam larutan elektrolit dan mengukur respons elektrokimia. Periset merekonstruksi gambar menggunakan arus listrik yang dihasilkan dari molekul dan Nanomaterials yang telah terbentuk di jaringan.

Pencitraan elektrokimia juga digunakan untuk memantau keadaan redoks sel kanker yang dapat membantu menentukan berapa banyak sel kanker yang ada dan di mana letaknya.

Para peneliti tersebut secara khusus ingin mempelajari biomarker dalam melanoma. Biomarker melanoma umumnya ditemukan pada bintik hitam pisang yang terlalu matang. Jadi, mereka menguji teknik pencitraan pada pisang untuk mengukur tirosinase pada kulit manusia dan memetakan distribusinya. Dan sekarang mereka ingin menggunakan informasi tersebut untuk membuat teknik pencitraan bekerja pada jaringan kental seperti saat biopsi kulit manusia.

“Kami sangat mampu menggunakan elektrokimia untuk membunuh sel kanker pada slide mikroskop dan di piring petri, namun melakukannya di jaringan tebal adalah cerita lain,” kata Hubert Girault, salah satu peneliti tersebut, sebagaimana dikutip dari situs medicaldesignandoutsourcing.com.

Girault berharap agar perangkat dan teknik ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menggunakan mikroskop elektrokimia saat operasi. Ia juga berharap perangkat ini akan menampilkan microelectrodes interkoneksi yang bisa membuat gambar yang akan mengindikasikan adanya tumor sementara elektrokimia menghancurkan sel kanker dengan menggunakan voltase.

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Angewandte Chemie International Edition.

Gelang Ini Dapat Membantu Orangtua Menentukan Kapan Anaknya Harus Diimunisasi

Di beberapa negara-negara berkembang, imunisasi untuk anak-anak sering dilupakan sehingga menyebabkan berkembangnya masalah yang lebih besar misalnya tersebarnya penyakit berbahaya, menular dan sebagainya. Di negara-negara yang lebih maju, orang tua menerima pesan pengingat secara rutin melalui berbagai media untuk membantu mereka secara teratur membawa anak-anak mereka ke pihak medis terkait untuk diimunisasi.

Timestrip, perusahaan startup medical technology asal Cambridge, Inggris mengembangkan sebuah alat bernama The Vaccine Indicator Reminder (VIR). Perangkat berbentuk gelang ini memiliki timer preset sederhana di bagian depannya yang menunjukkan berapa banyak waktu yang tersisa sebelum imunisasi berikutnya jatuh tempo. Timer preset ini dapat diaktifkan hanya dengan cara ditekan dengan jari.

Saat ini ada tiga jenis gelang yang sudah diproduksi, masing-masing berwarna berbeda dan menampilkan panjang timer preset yang berbeda, memungkinkan klinik memilih mana yang harus dikenakan pada anak tergantung kapan imunisasi berikutnya harus dilakukan. Orang tua hanya perlu sekali menekan perangkat untuk menerima pembaruan yang akurat, membantu mereka menjadwalkan kunjungan ke klinik.

Kerjasama PT Modern Internasional Dengan Shimadzu Telah Berakhir

Shimadzu Corporation, perusahaan alat kesehatan asal jepang. Foto: licdn.com

PT Modern Internasional Tbk (MDRN) dikabarkan telah mengakhiri kontrak kerjasama dengan Shimadzu (Asia Pacific) Pte Ltd.

Selama ini, induk usaha 7-Eleven tersebut menjadi distributor eksklusif untuk memasarkan produk medical X Ray Imaging milik Shimadzu di Indonesia sejak tahun 2006.

Pada tanggal 19 Desember 2017, Shimadzu memberitahukan untuk mengakhiri hubungan distribusi eksklusif MDRN paling lambat akhir bulan April 2018 atau lebih awal. Pengakhiran hubungan distribusi ini karena tidak tercapainya target penjualan yang telah ditetapkan.

Shimadzu meminta bantuan MDRN untuk memproses pengalihan distribusi kepada perusahaan yang akan ditentukan termasuk pendaftaran produk-produk Shimadzu yang telah tercatat atas nama MDRN di Kementerian Kesehatan.

Dengan berakhirnya hubungan distribusi ini akan berdampak pada kinerja MDRN ke depannya, MDRN akan kehilangan pendapatan/penjualan dan juga akan kehilangan pemasukan arus kas perusahaan.

Tunggakan Biaya BPJS Kesehatan Kini Bisa Dicicil, Begini Caranya!

Ilustrasi pelayanan JKN-KIS. Foto: tengokberita.com

Beberapa waktu lalu, BPJS kesehatan meluncurkan dua program sekaligus untuk peserta JKN-KIS. Yang pertama adalah Program Angsuran atas Tunggakan Iuran JKN-KIS yang menggandeng Koperasi Nusantara. Yang kedua adalah Program Menabung Sehat berkolaborasi dengan Bank Mandiri dan Bank BRI.

Adapun mekanisme dan syarat mengikuti Program Angsuran atas Tunggakan Iuran JKN-KIS yang bekerjasama dengan Koperasi Nusantara adalah untuk peserta PBPU yang memiliki tunggakan 6-12 bulan. Selanjutnya peserta dapat datang ke kantor Koperasi Nusantara terdekat atau dapat menghubungi Kader JKN disekitar wilayah tempat tinggalnya untuk diikutkan program angsuran iuran JKN-KIS melalui Koperasi Nusantara, dengan membawa persyaratan dokumen dasar Foto Copy Kartu JKN- KIS, Foto Copy Kartu Keluarga dan persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Koperasi. Jangka waktu mengangsur bagi peserta yang mengikuti program angsuran adalah 1 – 12 bulan. Pada program angsuran ini peserta tidak dikenakan beban bunga pinjaman alias 0%. Sehingga program ini diharapkan mampu meringankan beban ekonomi peserta.

Sebagai informasi Koperasi Nusantara memiliki 12 kantor wilayah dan +/- 200 kantor cabang di seluruh Indonesia atau dapat ditemukan hampir semua Cabang Kantor Pos di seluruh Indonesia. Koperasi Nusantara memiliki dukungan IT dan menjadi Koperasi pertama yang memberikan jasa layanan channeling dengan sistem online terbanyak. Sehingga diharapkan mampu menjangkau layanan yang luas dengan kualitas layanan yang baik.

Sementara itu, peserta yang ingin mengikuti Program Menabung Sehat ini sangatlah mudah. Pertama peserta datang ke Kantor Cabang Bank Mandiri atau Bank BRI terdekat dengan membawa KTP, KK, Kartu JKN-KIS dan menyetorkan saldo atau setoran awal. Oleh petugas Bank Mandiri dan Bank BRI, peserta akan mendapatkan gambaran jumlah setoran bulanan yang harus disetor sesuai dengan jumlah tunggakan dan jangka waktu yang diinginkan. Setelah menentukan jumlah setoran dan jangka waktu, peserta mengisi form autodebet pembayaran iuran JKN-KIS. Setoran selanjutnya peserta dapat melakukan melalui channelBank Mandiri dan Bank BRI terdekat diseluruh Indonesia maupun ke Kantor Bank Mandiri dan Bank BRI terdekat. Saldo peserta tidak akan didebet sebelum memenuhi dari jumlah yang ditentukan.

BPJS Kesehatan Hadirkan Solusi Pembayaran Tunggakan Iuran JKN-KIS

Launcihing Program Menabung Sehat oleh BPJS Kesehatan, menggandeng Bank Mandiri, BRI, dan Koperasi Nusantara. Foto: Dok. BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan meluncurkan Program Menabung Sehat serta Program Angsuran atas Tunggakan Iuran JKN-KIS di Kantor Pusat BPJS kesehatan, Senin (18/12). Program tersebut bekerjasama dengan Bank Mandiri, Bank BRI, serta Koperasi Nusantara. Perhelatan tersebut dihadiri oleh Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan Kemal Imam Santoso, Direktur Retail Banking Bank Mandiri Tardi, Direktur Hubungan Kelembagaan Bank BRI Sis Apik Wijayanto dan Direktur Utama Koperasi Nusantara Dedi Damhudi.

“Kami mengapresiasi langkah Bank Mandiri, Bank BRI dan Koperasi Nusantara untuk senantiasa mendukung Program JKN-KIS. Melalui Program Menabung Sehat dan Program Angsuran atas Tunggakan Iuran JKN-KIS ini, diharapkan peserta JKN-KIS khususnya yang memiliki tunggakan dapat lebih mudah menyelesaikan kewajibannya membayar iuran. Langkah Bank Mandiri, Bank BRI dan Koperasi Nusantara selaras dengan strategi BPJS Kesehatan untuk keberlangsungan finansial di antaranya peningkatan kolektabilitas iuran peserta dan peningkatan kepastian dan kemudahan pembayaran iuran,” ungkap Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan, Kemal Imam Santoso.

Dirinya menambahkan, saat ini terdapat peserta JKN-KIS yang menunggak pembayaran iuran dan sudah terlanjur memiliki tunggakan yang cukup besar. BPJS Kesehatan senantiasa mengingatkan peserta yang menunggak untuk membayar iurannya baik secara langsung maupun melalui Kader JKN, digital campaign dan penagihan iuran melalui sms dan surat. Alhasil cukup banyak peserta yang berniat melunasi tunggakannya, namun ada sebagian peserta yang tidak bisa melunasi sekaligus. Melalui inovasi Program Menabung Sehat dan Program Angsuran atas Tunggakan Iuran JKN-KIS ini, diharapkan dapat menjadi jawaban terkait permasalahan tersebut, sehingga peserta dapat melunasi tunggakan iuran dan mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa menemui hambatan.

Direktur Institution Bank BRI Sis Apik Wijayanto mengatakan bahwa Bank BRI berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan yang optimal dalam mendukung program-program BPJS Kesehatan salah satunya melalui Program Menabung Sehat.

“Kerja sama dan terobosan ini merupakan upaya Bank BRI untuk meningkatkan pelayanan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk membayar tunggakan iuran JKN-KIS melalui kegiatan menabung yang diberi nama Program Menabung Sehat,” ujar Sis Apik.

Sementara itu, Direktur Retail Banking Bank Mandiri Tardi, mengungkapkan dukungan penuh perseroan pada Program Menabung Sehat ini dan diharapkan dapat membantu BPJS Kesehatan dalam menghimpun iuran peserta.

“Kami akan memberikan prioritas bagi peserta BPJS Kesehatan untuk membuka rekening di Bank Mandiri. Sedangkan bagi peserta yang telah menjadi nasabah Bank Mandiri, rekening tersebut akan menjadi rekening yang selanjutnya akan ditambahkan fitur autodebet untuk memastikan pembayaran iuran BPJS Kesehatan,” kata Tardi.

Dalam kesempatan ini pula Direktur Koperasi Nusantara Dedi Damhudi juga mengungkapkan bahwa Koperasi Nusantara ingin membantu masyarakat dalam mengatasi kesulitan membayar tunggakan iuran JKN-KIS. Mekanisme yang ingin dijalankan dari kerjasama ini yaitu Koperasi Nusantara memberikan fasilitas dana talangan bagi peserta JKN-KIS yang menunggak lebih dari enam bulan atau tidak sanggup membayar, sehingga peserta JKN-KIS dapat mengaktifkan kembali kepesertaannya.

“Dengan kerjasama ini, Koperasi Nusantara ingin ikut membantu pemerintah dalam mengatasi kesulitan masyarakat yang tidak bisa menggunakan lagi keanggotaannya akibat menunggak dalam menggunakan iuran JKN-KIS, sehingga tentu fasilitas dana talangan kepada peserta JKN-KIS dari Koperasi Nusantara ini akan membantu program wajib pemerintah bahwa setiap warga Negara Indonesia wajib mengikuti program JKN-KIS,” tutur Dedi.

BPJS Kesehatan meyakini program-program tersebut merupakan langkah awal untuk semakin mempermudah aksesibilitas masyarakat terhadap layanan keuangan perbankan, ke depannya diharapkan akan ada layanan-layanan keuangan lainnya yang dapat disinergikan antara BPJS Kesehatan dengan Bank Mandiri, Bank BRI dan Koperasi Nusantara, juga bank-bank lain dalam upaya mendukung Program JKN-KIS. Adapun Bank BNI juga telah meluncurkan Program Menabung Sehat beberapa waktu yang lalu.

Siemens Healthineers Resmi Akusisi Fast Track Diagnostics

Produk-produk besutan Fast Track DIagnosis. Foto: Dokumentasi FTD

Siemens Healthineers telah menandatangani kesepakatan untuk mengakuisisi Fast Track Diagnostics (FTD). Perusahaan kesehatan yang berbasis Luxembourg tersebut mempunyai solusi tes diagnostik yang dapat membedakan antara infeksi virus, bakteri, atau infeksi lainnya dalam satu tes, menurut Siemens.

Langkah ini dipandang sebagai investasi lebih lanjut dalam pengobatan mutakhir oleh pihak Siemens.

“Mengintegrasikan layanan yang dimiliki FTD dengan portofolio Healthineers yang ada, akan membuat perusahaan dapat memperluas kehadirannya di bidang pengujian molekuler dan pengobatan presisi,” kata Fernando Beils, Kepala Diagnostik Molekuler Siemens Healthineers sebagaimana dikutip dati HBC News.

Produk FTD memungkinkan pengujian singleplex dan syndromic berkat kit Polymerase Chain Reaction (PCR) real-time-nya, yang mampu memperkuat asam nukleat (RNA dan DNA) di sampel laboratorium, untuk membuat diagnosis tentang infeksi dengan hanya menggunakan sampel kecil dari pasien.

Pengujian mungkin untuk penyakit seperti infeksi pernafasan, gastroenteritis, meningitis, hepatitis, infeksi imunosupresi, penyakit tropis, penyakit menular seksual, dan penyakit anak usia dini – serta 140 virus, bakteri, parasit, dan jamur yang berbeda.

“Dalam menangani kebutuhan pelanggan kami yang terus berkembang dan pasar pengujian molekuler, kami memungkinkan mereka memberikan perawatan yang lebih efisien dan efektif untuk pasien mereka,” ungkap dr. David Stein, Kepala Strategi & Inovasi Siemens Healthineers.

Akuisisi tersebut akan membuat seluruh staff FTD di Luxembourg, Malta, dan India untuk bergabung dengan kantor Healthineers. Kendati begitu, mereka akan terus menggunakan nama Fast Track Diagnostics.

Hitachi Akuisisi Unit Bisnis Particle Theraphy System Milik Mitsubishi

Hitachi Ltd. telah mengakuisisi unit bisnis particle therapy system milik Mitsubishi Electric dengan nilai yang tidak diungkapkan. Kedua perusahaan Jepang tersebut telah menandatangani sebuah kesepakatan untuk memulai mengalihkan kepemilikan bisnis dan mengintegrasikannya dengan divisi particle therapy system Hitachi.

“Karena kedua perusahaan berfokus pada globalisasi, kami menemukan yang terbaik untuk menggabungkan sumber daya guna mendapatkan keunggulan kompetitif dan memberi nilai tambah melalui peningkatan produk,” ungkap Hiroyuki “Henry” Itami, General Manager Divisi Particle Therapy System, sebagaimana dikutip dari situs HCB News.

Particle therapy dianggap sebagai salah satu metode pengobatan yang paling efektif untuk pasien kanker, karena menghasilkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bentuk pengobatan lainnya dan juga memiliki waktu pemulihan yang relatif cepat. Saat ini, ada lebih dari 10 fasilitas yang memanfaatkan perawatan jenis ini di Jepang dan diperkirakan akan bertambah 70 setiap tahunnya di seluruh dunia.

Akuisisi ini memungkinkan pihak Hitachi untuk mengakses berbagai teknologi terkait milik Mitsubishi seperti teknologi proton, carbon and hybrid proton-carbon. Hitachi juga akan memberikan tingkat layanan yang sama kepada pelanggan Mitsubishi yang sudah terdaftar sebelumnya.

Itami mengatakan akuisisi tersebut mencerminkan meningkatnya minat dan investasi dalam metode pengobatan particle therapy, dan bahwa kolaborasi antara keduanya akan membantu meningkatkan fitur perawatan ini untuk pasien.

“Kami yakin akan ada pertumbuhan lanjutan dalam particle therapy. Hitachi juga percaya bahwa kemitraan ini akan mempercepat kemajuan dalam menyediakan sistem yang lebih andal dan mudah digunakan yang pada akhirnya bermanfaat bagi pasien,” pungkas Itami.

Rumah Sakit Sulianti Saroso Sediakan 33 Ruang Isolasi Pasien Difteri

RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso Jakarta Utara. Foto: Tribunnews.com

RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso (RSPISS) Jakarta Utara menyediakan 33 ruang isolasi untuk menangani pasien difteri. Di ruangan tersebut, setiap penunggu pasien wajib memakai masker agar tidak terkena percikan ludah penderita.

“Sebanyak 33 pasien di sini secara klinis dicurigai difteri, mereka masih dalam pemeriksaan lab tapi kita sudah mengobati sebagai penderita difteri dan diisolasi. Mereka terdiri atas 22 anak usia 1 sampai 4 tahun yang memang antibodinya rendah, 60% persen. Sedangkan 11 pasien dewasa, kebetulan daya tahan tubuhnya turun. Karena pemberian vaksin difteri di Indonesia baru dimulai pada 1977, jadi mereka yang lahir sebelumnya memang tidak dapat imunisasi DPT, sehingga terbuka kemungkinan kena difteri, ” ujar Menteri Kesehatan Nila F Moeloek saat mnegunjungi RSPISS, pekan lalu.

Nila memaparkan, berdasarkan dialognya dengan pasien dan orang tua pasien, diketahui pasien anak memang tidak diimunisasi.

Sebanyak 33 pasien itu berasal dari Jabodetabek yang kini melakukan Outbreak Respons Immunization (ORI) atau respon penanggulangan difteri. ORI dilakukan di 12 kabupaten/kota di DKI Jakarta, Jabar, dan Banten.