spot_img

Masuki Bisnis Robot Bedah, Johnson & Johnson Akuisis Pengembang Software

Gedung Johnson & Johnson di Amerika Serikat. Foto: ortospinenews.com

Johnson & Johnson Medical Device Companies telah mengakuisisi Orthotaxy, pengembang software atau perangkat lunak untuk platform teknologi robot bedah yang fokus pada perawatan masalah ortopedi dengan nilai yang tidak diketahui.

“Penyedia layanan kesehatan dan ahli bedah bergeser dari volume ke perawatan berbasis nilai dan memerlukan teknologi dan solusi yang membantu mengurangi biaya, memperbaiki hasil dan meningkatkan kepuasan pasien,” Ungkap Ciro Romer, ketua divisi bisnis ortopedi Johnson & Johnson, sebagaimana dilansir dari situs HBC News.

Dirinya melanjutkan bahwa dengan akuisisi ini, Johnson & Johnson berencana menawarkan satu solusi lengkap yang memberi nilai tambah bagi ahli bedah dan sistem perawatan kesehatan.

Selain itu akuisisi oleh perusahaan yang berbasis di New Jersey juga bertujuannya adalah untuk mengembangkan teknologi Orthotaxy untuk mendukung peningkatan efisiensi OR, mengurangi langkah-langkah bedah, meningkatkan produktivitas dan mengurangi beban pada ahli bedah dan staf selama prosedur berlangsung.

“Teknologi ini dalam tahap awal pengembangan, namun kami akan berusaha untuk membuat teknologi tersedia bagi ahli bedah dan pasien mereka secepatnya,” pungkas Romer.

Wow, Google AI Bisa Memprediksi Masalah Kardiovaskular Hanya Melalui Retina!

Ilustrasi Kecerdasan Buatan Google. Foto: wfftech.com

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang tengah dikembangkan Google dikabarkan berhasil mendeteksi masalah kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke hanya melalui pemeriksaan retina saja, tanpa melakukan pengambilan sample darah atau tes laboratorium lain.

Ini adalah langkah maju yang besar secara ilmiah, kata Lily Peng, Product Manager Google AI. Metode ini tidak meniru diagnosis yang ada, namun menggunakan pembelajaran mesin untuk menemukan cara baru guna memprediksi penyakit.

Hasil penelitian Google AI tersebut telah dipublikasikan dalam sebuah artikel berjudul “Prediction of Cardiovascular Risk Factors from Retinal Fundus Photographs via Deep Learning“.

“Dengan menggunakan algoritma pembelajaran secara mendalam yang diujikan kepada 284.335 pasien, teknologi ini dapat memprediksi faktor risiko kardiovaskular melalui pemeriksaan retina dengan akurasi yang sangat tinggi,” ucap Lily Peng, MD, manajer produk dan Ber,ikir atas upaya Google AI ini, tulis di blog resmi Google AI.

Berbagai faktor risiko – usia, jenis kelamin, perokok, tekanan darah, dan lain sebagainya melalui proses pencitraan retina menjadi metode utama bagaimana cara kerja kecerdasan buatan ini bekerja.

“Algoritma kami bisa membedakan pasien yang memiliki riwayat resiko kardiovaskular atau tidak, merokok atau tidak, jenis umur, kelamin dan lainnya. Metode ini bahkan memiliki kalkulasi yang lebih akurat dibanding cara-cara konvensional seperti pengambilan sampel darah atau kolestrol,” Lanjut Peng.

“Pendekatan Google AI menggunakan pembelajaran mendalam untuk menarik koneksi antara perubahan anatomi dan penyakit manusia, mirip dengan bagaimana dokter belajar mengasosiasikan tanda dan gejala dengan diagnosis penyakit baru. Ini dapat membantu ilmuwan menghasilkan hipotesis yang lebih bertarget dan mendorong beragam penelitian masa depan,” Tutup Peng.

Klinik Kesehatan NU di Wilayah Tugu Semarang Resmi Beroperasi

Saat peresmian klinik kesehatan Pratama Nahdlatul Ulama (NU) yang berlokasi di Jalan Semarang-Kendal Km 15 No 99, Tugu, Kota Semarang pada Minggu (18/2/2018) kemarin. Foto: Tribunnews.com

Klinik kesehatan Pratama Nahdlatul Ulama (NU) yang berlokasi di Jalan Semarang-Kendal Km 15 No 99, Tugu, Kota Semarang telah resmi beroperasi pada Minggu (18/2/2018) kemarin. Hal ini ditandai dengan peresmian yang dilakukan oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (Hendi).

Berdasarkan keterangan tertulis dari Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, prosesi peresmian klinik ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Wali Kota Semarang, Ketua DPRD Kota Semarang, dan Ketua PCNU Kota Semarang.

Pihak Klinik telah menyiapkan tiga orang dokter, tiga perawat,  seorang apoteker dan asisten apoteker yang siap memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Jam pelayanannya yakni pada Senin-Minggu, pukul 07.00-21.00 WIB.
Dalam sambutannya, Hendi menerangkan bahwa sektor kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
“Dengan peresmian klinik tersebut, diharapkan nantinya mampu memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan murah bagi masyarakat,” terangnya.
Ketua Lembaga Kesehatan NU (LKNU) Kota Semarang dr Ferry Firmansyah dalam sambutannya juga mengatakan bahwa setelah peresmian tersebut akan segera disusul dengan pembukaan klinik lain.
Yaitu Klinik Pratama NU di Kecamatan Gunungpati dan di Kecamatan Genuk yang saat ini sedang dalam proses pembangunan.
Dia mengatakan bahwa nantinya akan dibuka 16 klinik NU di masing-masing Kecamatan dan disusul dengan pembangunan Rumah Sakit NU di Kota Semarang.

Philips Healthcare Jual Pabrik dan Fasilitas Produksi Anak Usahanya

Pabrik dan Fasilitas Produksi Dunlee di Illinois, Amerika Serikat.

Dikutip dari HealthCare Business News, dikabarkan bahwa Philips Healthcare telah menjual pabrik dan fasilitas milik Dunlee, anak perusahaanya yang merupakan produsen CT tube di wilayah Illinois, Amerika Serikat kepada Chronos Imaging LLC, sebuah perusahaan yang berniat untuk melanjutkan pembuatan CT Tube di lokasi tersebut.

Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Chronos Imaging akan terus memberikan Philips suplai CT Tube melalui perjanjian pasokan jangka panjang. Perusahaan yang berbasis di Delaware, Amerika Serikat tersebut dilaporkan juga memiliki rencana untuk mengembangkan produk CT Tube model terbaru untuk melayani pasar OEM.

Musim panas yang lalu, memang pihak Philips mengumumkan niatnya untuk menghentikan fasilitas Dunlee dan memindahkan operasi tersebut ke Jerman.

Meski belum dikonfirmasi, sumber tersebut mengatakan kepada HCB News bahwa Chronos Imaging didukung oleh Rob Piconi, pendiri MESA di Eropa, yang kemudian membentuk Pantheon Healthcare Group, di mana Piconi tetap menjadi pemangku kepentingan bersama Permira. Dengan mengakuisisi Grup TBS tahun lalu, Althea diprediksi akan dengan cepat menjadi salah satu pemain penting dalam sektor industri medis global terutama dalam layanan peralatan multi-vendor perawatan kesehatan.

Menkes Sebut Investasi Asing di Sektor Medis Akan Naik 2 Kali Lipat

Nila F Moeloek, Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Gambar : harianindo.com

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menyatakan, selama beberapa tahun belakangan, nilai investasi asing di sektor kesehatan Indonesia melonjak tajam. Pertumbuhan investasi di sektor ini naik setelah Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan disahkan.

Menteri Nila menyebut total nilai investasi di industri farmasi sebesar Rp 2,6 triliun pada periode 2014-2015. “Namun, sejak disahkannya Inpres Nomor 6 Tahun 2016, angka investasi di sektor ini melonjak ke angka Rp 5,38 triliun pada periode 2016-2017,” ujarnya di acara breakfast meeting yang dihadiri Wakil Menteri Luar Negeri RI dan 34 kepala perwakilan RI di Hotel Borobudur di Jakarta, Selasa, 13 Februari 2018.

Sementara itu, peningkatan nilai investasi di industri alat kesehatan naik lebih tinggi lagi. Nilai investasi di industri alat kesehatan pada periode 2014-2015 mencapai Rp 718 miliar, kemudian naik menjadi Rp 3,91 triliun pada periode 2016-2017.

Menurut Nila, para kepala perwakilan RI memiliki peran besar menjaga momentum positif investasi di sektor kesehatan Indonesia. Ia kemudian menyampaikan beberapa langkah yang dapat dilakukan para kepala perwakilan di luar negeri untuk terus mengawal tren positif di sektor kesehatan.

Sejumlah langkah yang bisa diambil para perwakilan RI antara lain mencari peluang kerja bagi perawat asal Indonesia, meningkatkan ekspor alat-alat kesehatan, serta meningkatkan investasi asing di sektor kesehatan. Selain itu, bisa dilakukan kerja sama sister hospital antara rumah sakit di Indonesia dan rumah sakit di luar negeri.

Hal senada disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir. Ia menyebutkan bahwa Indonesia sebenarnya kebanjiran tawaran kerja sama di bidang industri kesehatan.

Beberapa duta besar Indonesia di luar negeri, menurut Fachir, sering kali menyatakan ada sejumlah potensi kerja sama, seperti kerja sama pengembangan energi nuklir untuk kesehatan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) serta tawaran pengembangan insulin dan digital health dengan Denmark, yang sangat mungkin ditindaklanjuti dengan kerja sama investasi. “Selain itu, ada tawaran kerja sama pengembangan mobile healthcare untuk wilayah terpencil dengan Belanda, serta pengembangan industri biofarma dengan Prancis,” ujar Fachir.

Alat Kesehatan Ini Bisa Deteksi 17 Penyakit Hanya Menggunakan Hembusan Nafas

Gambar Ilustrasi. Foto: Telegraph

Sebuah alat kesehatan canggih baru saja ditemukan. Sekali bernapas dengan breathalyzer, dokter dapat mendiagnosis 17 penyakit yang berbeda. Alat kesehatan ini mampu mendeteksi berbagai penyakit seperti kanker paru-paru, iritasi usus besar, serta beberapa macam sklerosis.

Dilansir dari Live Science, Rabu (14/2/2018), penelitian ini mengundang sekitar 1400 orang dari lima negara berbeda untuk bernafas dengan alat kesehatan tersebut, yang saat itu, masih dalam pengujian.

Menurut riset yang dipublikasi dalam jurnal daring ACS Nano tersebut, alat kesehatan ini dapat mengidentifikasi setiap penyakit dengan akurasi 86 persen.

Menurut peneliti, teknologi ini bekerja karena masing-masing penyakit memiliki coraknya masing-masing.

Alat ini sendiri menganalisa senyawa mikroskopis yang disebut volatile organic compounds (VOC) atau senyawa organik volatil. Pengujian untuk VOC sebenarnya bukanlah hal yang baru. Jauh di tahun 400 SM, dokter melakukan diagnosis dengan mencium bau tubuh pasien. Mereka melakukannya dengan mencium kotoran dan air kencing para anak bangsawan setiap hari.

Namun, memeriksa napas adalah cara yang lebih mudah untuk menguji senyawa VOC tersebut.

Masyarakat Pekanbaru Sudah Bisa Menikmati Layanan RSUD Madani

Peresmia RSUD Pekanbaru. Foto: Liputan 6

Kabar gembira bagi warga Pekanbaru. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Madani telah rampung dan mulai beroperasi. Rumah sakit tersebut terletak di Jalan Garud Sakti KM 2, Kecamatan Tampan, Pekanbaru, Riau.

Sejak dioperasikan, RSUD Madani mendapat antusias dari masyarakat. Setiap hari warga berdatangan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, meskipun fasilitasnya belum selengkap rumah sakit lain.

“Alhamdulillah, polikliniknya mulai dari umum, gizi, konsultasi gizi, gigi dan spesialis lainnya sudah beroperasi semua. Termasuk Instalasi Gawat Darurat, dioperasikan 24 jam,” kata Plt Direktur RSUD Madani, Dian Astuti.

Meskipun belum ada pasien rawat inap, Dian menyebut ruangan dan fasilitasnya disiagakan. ‎Menurutnya, pasien rawat inap harus butuh observasi selama lima jam terlebih dahulu dan tetap diinfus.

Di IGD sendiri, sejak dioperasikan sudah ada sekitar 50 warga yang datang berobat. Rata-rata ada sekitar 7 sampai 8 orang yang berobat ke IGD yang dioperasikan selama 24 jam.

Dian mengimbau warga untuk menjadikan rumah sakit ini sebagai tujuan utama. Apalagi posisinya yang strategis terletak di perbatasan Kampar dan Kota Pekanbaru yang padat penduduk serta jalur lintas.

Menurut Wali Kota PekanbaruFirdaus, dirinya berharap RSUD ini nantinya juga menjadi rujukan bagi masyarakat Pekanbaru yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan dari Pemerintah Kota Pekanbaru.

“Keberadaan RSUD Madani ini diharapkan bisa memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat Pekanbaru yang sedang sakit. Mudah-mudahan keberadaan RSUD Madani Pekanbaru ini bisa bermanfaat ke depannya,” ujarnya.

Pembangunan RSUD ini masuk ke dalam proyek multiyears yang didanai pada tiga tahun anggaran. Tahun pertama (2014) pembangunan menghabiskan dana sebesar Rp 6,3 miliar, di tahun kedua (2015) dana yang dikucurkan sebesar Rp 41,4 miliar.

Untuk tahun ketiga, akan menghabiskan dana Rp 42,3 miliar. Total pagu anggaran sebesar Rp 90 miliar dengan nilai kontraknya Rp 80,9 miliar.

Ikatan Dokter Indonesia Jalin Kerjasama Dengan Laboratorium Prodia

Ketua Umum Pengurus Besar IDI Prof. Dr Ilham Oetama Marsis, Sp. OG (K) dan Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty. Menandatangani perjanjian kerjasama. Foto : Situs IDI Online.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menggandeng PT Prodia Widyahusada Tbk untuk menerapkan standard pelayanan dan pemeriksaan laboratorium klinik bagi para dokter.

Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara kedua belah pihak yang diwakili Ketua Umum Pengurus Besar IDI Prof. Dr. Ilham Oetama Marsis, Sp. OG (K) dan Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty di Prodia Tower, Jakarta Pusat, Senin.

Dilansir dari situs resmi IDI, kerja sama tersebut meliputi pendidikan dan pelatihan bagi para dokter di bawah naungan IDI, pemeriksaan laboratorium klinik berkala bagi anggota IDI, pengembangan strandard pelayanan laboratorium klinik dan pemanfaatan sistem informasi untuk validitas data dokter serta Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB).

“Ini merupakan langkah positif dalam meningkatkan mutu pelayanan dalam pemeriksaan laboratorium klinik serta meningkatkan profesionalisme dokter dalam memberikan pelayanan pemeriksaan penunjang,” jelas Prof Marsis.

P2KB sendiri merupakan upaya pembinaan bersistem bagi para dokter untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan profesionalisme dokter agar dapat memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan dengan lebih baik lagi.

“Kami berharap kerja sama ini tidak hanya mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak saja, namun juga dampak positif bagi masyarakat luas,” pungkas Dewi.

Asosiasi Rumah Sakit Swasta Minta Pemerintah Perbaiki Sistem JKN

Wakil Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) dr Noor Arida Sofiana mengapresiasi upaya pemerintah dalam menjamin kesehatan masyarakat melalui program JKN-KIS. Kendati begitu pihaknya mencatat masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki untuk menanaikan tingkat mutu pelayanan rumah sakit, khususnya yang dikelola oleh swasta.

“Misalnya tentang tarif rumah sakit, dalam Permenkes disebutkan tarif akan dievaluasi dalam dua tahun, namun selama empat tahun ini kami rasakan belum sesuai harapan, berada di bawah real cost rumah sakit,” ungkap Noor Arida sebagaimana dilansir dari situs bisnis.com.

Selain itu pihaknya meminta pemerintah tidak menetapkan satuan harga pengobatan berdasarkan kelas rumah sakit, namun sesuai dengan kompetensi pelayanan yang dapat diberikan oleh rumah sakit tersebut. Arida turut meminta pemerintah menyelaraskan biaya klaim untuk rumah sakit swasta dapat meningkat setidaknya 30% dari angka saat ini yakni 5% lebih tinggi dibanding rumah sakit milik pemerintah. Pasalnya RS swasta harus menggunakan biaya tanpa subsidi pemerintah.

“Karena selama ini dibedakan. Makin tinggi kelasnya, akan semakin besar standar biayanya. Kemudian juga berdasarkan regionalisasi. Untuk swasta kan rata-rata kelas C. Harusnya berdasarkan base on kompetensi, bukan berdasarkan kelas rumah sakit,” papr Arida.

ARSSI berharap pemerintah tegas menyelesaikan sengkarut masalah yang dihadapi oleh rumah sakit swasta ini. Kondisi devisit yang dialami oleh BPJS Kesehatan ikut mendorong sejumlah kekhawatiran tersebut semakin melebar.

Di sisi lain, RS swasta makin banyak ikut bekerja sama dengan pemerintah dalam menerapkan sistem JKN. Hal ini menurutnya merupakan sebuah tantangan karena program JKN membuat seluruh masyarakat harus menjadi peserta.

“Ini peluang dan tantangan RS swasta untuk berkembang. Program ini sangat bagus dan bermanfaat, karena jumlah peserta meningkat, tapi tentunya harus diimbangi beberapa perbaikan seperti soal tarif, kecukupan anggaran. Akan sangat bagus apabila sistem kecukupan anggaran bagus, pebayarannya bagus, kecepatan pembayaran dan kecepatan bayar tarif bagus, maka berdampak bagus ke JKN dan rumah sakit,” pungkasnya.

Target Rumah Sakit Hermina Untuk IPO Tahun Ini

Salah satu RUmah Sakit Hermina. Foto: propertyandthecity.com

PT Medikaloka Hermina, pengelola Rumah Sakit Hermina berencana untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui skema Initial Public Offering (IPO) pada tahun ini.

Presiden Direktur PT Medikaloka Hermina, Hasmoro, mengatakan rencana tersebut sebagai salah satu cara perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya. Adapun perusahaan menargetkan bisa tercatat di papan perdagangan saham tahun ini.

“Iya yang namanya target bisa meleset, kalau enggak bisa tahun ini berarti tahun depan. Kalau enggak bisa ya tahun depannya,” kata Hasmoro sebagaimana dilansir dari situs kumparan.com.

Hasmoro melanjutkan bahwa Pihaknya sudah melakukan pembahasan terkait rencana tersebut dan juga menunjuk PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi. Hal ini merupakan wujud keseriusan pihaknya untuk go public.

“Ini udah ada omongan sama perusahaan, sama pemilik saham juga. Untuk sahamnya masih akan dihitung belum ditentukan. Underwriter sudah ada penunjukan tapi belum final,” lanjutnya.

Namun begitu, PT Medikaloka Hermina masih terus melakukan pengkajian terkait jumlah saham yang akan dilepas ke publik. Pihaknya akan segera mengumumkan jika angka tersebut sudah ditentukan.

Untuk diketahui, tahun ini Rumah Sakit Hermina juga berencana untuk membangun rumah tiga sakit baru.