spot_img

Pria Asal Florida Ini Manipulasi Sistem Kesehatan Pemerintah AS Senilai US$ 1,3 miliar

Philip Esformes. Gambar: Bloomberg.

Aksi penipuan memang tidak mengenal etika termasuk dilakukan pada sektor kesehatan yang notabene menyangkut hajat hidup orang banyak. Seperti yang dilakukan oleh seorang pria asal Florida, Amerika Serikat ini. Dirinya berhasil memanipulasi sistem jaminan kesehatan Amerika Serikat dengan cacra mengklaim perawatan kesehatan senilai US$ 1,3 miliar.

Philip Esformes namanya. Seorang warga Miami Beach berusia 50 tahun yang menggunakan jaringan panti jompo dan fasilitas tempat tinggal di Florida Selatan untuk menipu program-program perawatan kesehatan pemerintah AS. Sambil memberikan perawatan yang tidak memadai dan tidak perlu kepada pasien

Dihimpun dari berbagai sumber, Esformes menghasilkan setidaknya US$ 37 juta untuk dirinya sendiri dari tahun 1998 hingga 2016. Menurut jaksa, uang haram itu Ia gunakan untuk membiayai gaya hidupnya. Ia tercatat memiliki mobil mewah dan jam tangan senilai US$ 360.000.

Esformes juga menggunakan beberapa hasil dari penipuan untuk menyuap pelatih basket Universitas Pennsylvania untuk membantu memasukkan putranya ke sekolah. Kendati pelatih tersebut sudah mengaku bersalah atas pencucian uang tahun lalu sehubungan dengan kasus ini.

Pun dirinya berhasil menyuap dokter untuk menerima pasien ke fasilitas yang ia operasikan. Para pasien tidak mendapatkan perawatan yang tepat dan kadang-kadang menerima layanan tidak perlu yang kemudian ditagih kepada pemerintah AS. Tak sampai di situ, Esformes juga menyuap regulator negara bagian Florida untuk mengetahui tentang inspeksi mendadak atas fasilitas perusahaan sebelumnya.

Namun sekarang dirinya sudah tertangkap dan menjadi terdakwa. Penegahk hukum setempat memutuskan Esformes bersalah atas 20 tuduhan di pengadilan Distrik Selatan Florida. Tuduhan termasuk konspirasi untuk menipu negara, menerima suap, pencucian uang, dan konspirasi untuk melakukan suap. Dua rekan konspirator juga mengaku bersalah.

Medigo Raih Pendanaan Tahap Awal Dari Venturra Capital

Gambar: e27

Medigo, startup yang menyediakan solusi dan aplikasi manajemen kesehatan berhasil meraih pendanaan tahap awal (seed funding) dari Venturra Capital dengan jumlah yang tidak disebutkan. Pendanaan itu sendiri sebenarnya sudah disepakati pada kuartal ke-4 tahun 2018 lalu. Nantinya pendanaan ini akan digunakan untuk fokus mengembangkan skala produknya ke lebih banyak kota di Jawa dan Sumatera.

Startup yang didirikan oleh Harya Bimo bersama koleganya Andri Rahman ini fokus pada masalah pengoperasian rumah sakit atau klinik dengan menghubungkan antara pasien, dokter, serta pihak pendukung lainnya seperti asuransi dan farmasi dalam satu platform.

“Kami hadir dengan tujuan untuk memecahkan masalah bagi penyedia layanan terlebih dahulu. Tanpa menyelesaikan masalah itu, sulit untuk memberikan layanan dan pengalaman yang berkualitas kepada pasien,” ujar Harya seperti dikutip dalam e27 beberapa waktu lalu,” ucap CEO Medigo Haryo Bimo seperti dikutip dari e27 beberapa waktu lalu.

Dirinya menyatakan bahwa Medigo percaya bahwa sebenarnya masalah dalam industri perawatan kesehatan Indonesia bukanlah dari sisi pasien, melainkan dari sisi penyedia layanannya. Menurutnya, industri perawatan kesehatan masih sangat birokratis, dan kompleks.

Selain itu, Medigo menyediakan aplikasi manajemen klinik terintegrasi yang disebut Medigo Qlinik. Ditujukan untuk pemilik atau manajemen klinik dalam mendigitalkan operasi yang akan mereka lakukan.

Per Maret 2019, Medigo tercatat telah menginisiasi proyek pilot bersama Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP), Rumah Sakit Pertamina jaya (RSPJ), serta lebih dari 100 klinik di kawasan Jakarta. Dan tahun ini, Medigo menargetkan afiliasi bersama 10 rumah sakit besar, 500 klinik, dan membidik 3 juta interaksi pengguna dari pihak pasien.

Strategi BPJS Kesehatan Kelola Dana Investasi

Ilustrasi BPJS. Sumber gambar : www.newsth.com

Di tengah maraknya kabar kurang sedap mengenai defisit anggaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang berjumlah triliunan, pengelola menyiapkan sejumlah strategi dalam mengelola dana investasi. Salah satunya melalui penempatan dana kelolaan pada instrumen investasi yang tepat.

Kepala Humas BPJS Kesehatan M Iqbal Anas Ma’ruf menjelaskan, dana investasi ditempatkan pada instrumen pendapatan tetap minimal 70%. Sedangkan sisanya pada instrumen non pendapatan. Pihaknya sengaja memilih kedua instrumen tersebut karena dinilai lebih aman dan tidak terlalu berpengaruh terhadap volatil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

“Kami mengelolanya secara hati-hati, dengan tetap memantau perkembangan global dan kondisi ekonomi di pasar domestik,” jelas Iqbal.

Dengan strategi tersebut, penyelenggara jaminan kesehatan nasional ini berharap bisa mengoptimalkan pengelolaan dana investasi. Menurutnya, penambahan dana kelolaan investasi berasal dari kenaikan nilai investasi serta pendapatan operasional yang bersumber dari iuran peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Sementara sampai Februari 2019, BPJS Kesehatan mencatatkan dana investasi mencapai Rp 7,57 triliun. Jumlah tersebut meningkat Rp 199 miliar dibandingkan akhir Desember 2018 yaitu sebesar Rp 7,37 triliun.

Berikan Fasilitas Konsultasi Kesehatan Untuk Awaknya, Garuda Indonesia Gandeng YesDok

Kerja sama ini diharapkan bisa membuat awak pesawat Garuda Indonesia lebih mudah dalam melakukan konsultasi kesehatan. Gambar: Tech in Asia Indonesia

Garuda Indonesia baru saja mengumumkan kerja sama dengan YesDokuntuk memberikan fasilitas konsultasi kesehatan online bagi awak pesawat dimanapun mereka berada. Baik di dalam maupun luar negeri.

YesDok sendiri merupakan aplikasi teleconsultation on-demand yang membuka layanan konsultasi kesehatan 24 jam melalui panggilan video, telepon, dan percakapan online. Aplikasi ini diluncurkan pada bulan November 2017 untuk meningkatkan akses terhadap perawatan kesehatan, ketersediaan obat, dan saran medis bagi masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal jauh dari institusi kesehatan.

CEO YesDok, Irwan Hartanto mengatakan, kerjasama ini menandai babak baru untuk perjalanan bisnis startup kesehatan ini. Dan pihaknya sangat senang bisa memperluas jaringan konsultasi kami untuk memfasilitasi para awak pesawat Garuda Indonesia yang sangat mobile.

Sebagai maskapai penerbangan full service, Garuda Indonesia saat ini melayani penerbangan ke lebih dari 90 destinasi di seluruh dunia. Dengan jumlah penerbangan yang mencapai 600 penerbangan per hari, mengerahkan ribuan awak pesawat mulai dari pramugari hingga pilot.

“Dengan tingginya mobilitas awak pesawat, tentunya harus ditunjang dengan fasilitas terbaik agar mereka dapat bekerja dengan nyaman dan memenuhi aspek safety ketika menjalankan penugasan. Oleh karena itu, aplikasi YesDok akan sangat membantu awak pesawat, karena mereka bisa berkonsultasi dengan dokter di Indonesia kapan pun mereka butuhkan,” ungkap Ari Askhara, Direktur Utama Garuda Indonesia.

Untuk diketahui, sejak diluncurkan pada 17 Oktober 2017, aplikasi YesDok telah diunduh oleh lebih dari 200.000 pengguna iOS dan Android. Jumlah konsultasi kesehatan melalui panggilan video YesDok telah mencapai 2.000 panggilan per hari.

Layanan aplikasi ini tidak hanya sebatas menyediakan konsultasi kesehatan, namun juga telah bekerja sama dengan Apotek K24 untuk melakukan pengiriman obat 24 jam di seluruh Indonesia.

Tak hanya itu, saat memberikan konsultansi, setiap dokter mitra YesDok akan menggunakan standar Klasifikasi Statistik Internasional tentang Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait atau yang sering dikenal dengan sebutan ICD10 dalam industri medis. Diharapkan pengguna aplikasi ini yang berada di luar negeri pun bisa mencari pengobatan dan perawatan yang sesuai dengan lebih mudah.

Startup yang didirikan oleh Irwan Hartanto, Fariz Tadjoedin, dan Harry Darmawijaya ini juga telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan asuransi untuk layanan konsultansi konsultasi bagi pemegang polis. Pun dari sisi teknologi, sudah integrasi dengan perangkat Apple Watch gunamendeteksi detak jantung pasien secara real-time.

Gandeng IHME University of Washington, BPJS Kesehatan Petakan Persebaran Penyakit di Indonesia

Prof. Christopher J. L. Murray dari University of Washington. Gambar: newsroom.uw.edu

Satu terobosan dilakukan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yakni melakukan kolaborasi penelitian dengan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dari University of Washington untuk memprediksi penyakit di masa depan serta memetakan pola persebaran penyakit di daerah-daerah Indonesia.

Dilansir oleh situs Kontan, Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) University of Washington, Prof. Christopher Murray mengatakan, berdasarkan hasil penelitian mereka, terjadi pergeseran tren penyakit di Indonesia selama 27 tahun terakhir.

Pada tahun 1990, gangguan persalinan (neonatal disorders) menempati urutan pertama sebagai kasus penyakit terbanyak yang terjadi, disusul oleh infeksi saluran pernapasan bawah, gangguan pencernaan, tuberkulosis, dan stroke. Namun pada tahun 2017, stroke menjadi yang teratas, diikuti oleh penyakit jantung, diabetes, gangguan persalinan, serta tuberkulosis. Adapun faktor yang menyebabkan perubahan tren ini salah satunya adalah gaya hidup.

“Ada beberapa hal yang berkontribusi atas munculnya penyakit-penyakit tersebut, yaitu tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, obesitas, pola makan, dan rokok,” ujar Murray.

Sedangkan pada 2040, Peneliti lulusan Harvard University ini melanjutkan memprediksi penyakit jantung akan menempati peringkat pertama. Disusul dengan stroke, diabetes, gagal ginjal kronis, dan tuberkulosis. Empat dari lima penyakit tersebut merupakan penyakit tidak menular yang sebetulnya bisa dicegah melalui upaya promotif dan preventif.

Sementara itu, Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan bahwa pihaknya siap turut serta dalam kolaborasi penelitian di bidang kesehatan bersama IHME University of Washington, juga para peneliti dan akademisi lainnya yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

“Tentu kami membutuhkan masukan dari berbagai pihak, termasuk akademisi dan peneliti, baik dari dalam negeri maupun dari mancanegara. Kami dengan senang hati membuka kesempatan untuk berkolaborasi melakukan riset bersama di bidang kesehatan. Harapannya, hasil riset tersebut dapat menjadi bahan evaluasi untuk menyempurnakan pelaksanaan JKN-KIS,” pungkas Fachmi.

RSUD Kanjuruhan Malang Raih Akreditasi Paripurna Bintang Lima KARS

Gambar: tabloidjawatimur.com

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan Malang berhasil meraih akreditasi paripurna bintang lima dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yang diberikan bulan kemarin. Ini menjadi kado spesial bagi rumah sakit tersebut karena berdekatan dengan ulang tahun mereka ke-52 yang jatuh kemarin, (10/04/2019).

Keberhasilan mereka meraih akreditasi bintang lima ini dilihat dari 16 indikator yang menjadi penilaian tim KARS. Diantaranya adalah Kompetisi dan Kewenangan Staf (KKF), Asesmen Pasien (AP), Hak Pasien dan Keluarga (HPK), dan masih banyak lagi.

“Dari segi fisik bangunan memang masih kurang bagus, namun memenuhi syarat. Untuk sistem manajemen dan data akreditasi, nilai kita 100. Hal ini sepadan karena dari tim rumah sakit banyak yang rela pulang malam , bahkan nggak pulang demi menyempurnakan berkas akreditasi,” ungkap Direktur RSUD kanjuruhan drg.Marhendrajaya MM Sp.Kg.

Dirinya melanjutkan ceruta, sebelum akreditasi RSUD Kanjuruhan melakukan simulasi terkait penilaian ini. Dari nilai minimum kelolosan 80, saat simulasi nilai yang didapat di bawah angka tersebut.

Tak cukup sampai di situ, tim simulasi akreditasi bahkan memprediksi masih butuh satu tahun bagi RSUD ini untuk melakukan pembenahan sebelum siap dinilai. Pasalnya, banyak hal mulai dari fisik bangunan hingga pelayanan yang harus diperbaiki.

“Namun kerja keras teman-teman membuahkan hasil. Dalam waktu tiga bulan (November 2018 – Februari 2019), kita bisa melakukan perbaikan. Hingga menghasilkan penilaian yang memuaskan. Seluruh tim all out untuk akreditasi. Kekompakan semua jajaran rumah sakit ini ternyata menjadi catatan khusus dan mendapat pujian dari tim KARS. Menurut ketua tim, dia belum pernah mengaudit rumah sakit yang sekompak ini. Waktu ditanya apa rahasianya sehingga bisa kompak, saya jawab tidak tahu,” lanjut dr. Mahendrajaya.

Dengan pencapaian ini, banyak keuntungan yang didapat RSUD Kanjuruhan. Misal, bisa mengajukan sebagai rumah sakit pendidikan. Selain itu, diharap akan ada pengakuan dari masyarakat terkait kualitas layanan mereka.

Pun raihan predikat tersebut menjadi suntikan semangat RSUD Kanjuruhan untuk terus menyempurnakan berbagai sektor baik dari segi fisik maupun layanan medis. Memang, di tahun 2020, mereka bertekad untuk menjadi rumah sakit berstandar internasional namun bisa memberikan layanan medis yang maksimal kepada masyarakat Kabupaten Malang khususnya kalangan menengah ke bawah.

Rencana Millennium Pharmacon Tambah Prinsipal Baru Tahun Ini

Gambar: Kontan

Perusahaan distribusi obat dan alat kesehatan (alkes), PT Millennium Pharmacon International Tbk (SDPC) berencana menambah prinsipal baru tahun ini guna lebih menumbuhkan kinerja bisnisnya.

“Untuk prinsipal baru ada beberapa di tahun ini dan masih dalam evaluasi,” ujar Mohamad Muhazni bin Mukhtar, Direktur Utama SDPC. Kendati begitu, dirinya belum bisa menjgungkap detil prinsipal baru tersebut.

Tahun lalu, SDPC telah memiliki prinsipal baru di segmen alat kesehatan yaitu PT Bio Axion Healthindo serta mengakuisisi prinsipal obat generik PT Errita Pharma.Kehadiran dua prinsipal baru tersebut terbukti mampu mendorong revenue perusahaan di 2018 menjadi Rp 2,37 triliun atau naik sebesar 12,3% year on year (yoy).

Selain itu, memang tahun ini pula SDPC ingin memperkuat lini bisnis obat non-resepnya, dimana pada tahun 2018 segmen usaha ini turun cukup dalam 30% yoy menjadi Rp 291 miliar. Manajemen mengatakan bahwa ada upaya agar menjalin kerjasama dengan prinsipal obat non resep supaya mampu mendobrak pasar.

Industri farmasi Indonesia bagi SDPC merupakan pasar yang menarik, apalagi dengan munculnya permintaan dari e-catalouge BPJS. Perseroan mengaku akan terus mencari prinsipal potensial untuk didistribusikan obatnya lewat tender tersebut.

Muhazni melanjutkan, selama ini partisipasi SDPC di dalam e-catalogue bergantung kepada strategi prinsipal itu sendiri.

“Kalau produk obat resep, kontribusi dari e-catalogue masih terlalu kecil. Tetapi prinsipal alat kesehatan lebih gencar bermain di e-catalogue,” tuturnya.

Dengan kesempatan yang ada, SDPC harus siap menjadi lebih efisien dan efektif melalui adopsi teknologi dan dibantu peningkatan service kepada pelanggan. Untuk rencana panjang, SDPC mengaku tengah melirik pasar e-commerce.

“Sekarang ini sudah ada aplikasi dan solusi teknologi yang bisa menjadi kompetitor buat SDPC dengan value chain yang lengkap, hanya menggunakan handphone sudah bisa berkonsultasi dengan dokter, mendapatkan resep obat, membeli obat dan diantarkan kepada pelanggan,” tutur Muhazni.

Oleh karenanya manajemen sudah bertemu dengan beberapa pengusaha e-commerce dan tengah mencari tahu dimana SDPC bisa berpartisipasi untuk tetap relevan dalam bidang distribusi obat. Dengan memiliki produk sendiri SDPC memulai lagi untuk belajar mengenai pasar.

Pada tahun 2019 ini, SDPC kata Muhazni akan lebih gencar dengan promosi produk barunya seperti citrex vitamin C, b-complex, citrex gummy dan pasta gigi dengan mengandalkan ikon kartun Upin & Ipin.

Lebih lanjut ia menerangkan, dengan positioning sebagai vitamin untuk anak anak yang semangat dan berinovasi, SDPC yakin kerjasama dengan Les Copaque untuk ikon Upin & Ipin akan memberikan hasil yang baik.

17 Akuisisi Perusahaan Medtech di AS Pada Kuartal Pertama 2019

Gambar: www.frontenders.in

Akuisisi adalah salah satu cara bagi suatu perusahaan, baik yang mengakuisisi ataupun diakuisisi untuk masuk ke pasar yang baru atau menambah kekuatannya. Tak terkecuali bagi perusahaan teknologi kesehatan atau biasa dikenal dengan istilah medtech.

Sementara itu, Amerika Serikat merupakan negara dimana medtech bertumbuh cukup pesat. Banyak startup di sektor ini berhasil meraih kesuksesan dengan terobosan-terobosan pelayanannya.

Situs mobilehealthnews.com melansir ada pada kuartal pertama 2019 tercatat ada 17 merger dan akuisis yang belibatkan perusahaan-perusahaan medtech di negeri Paman Sam tersebut. Berikut paparannya.

Akuisisi Geneva Healthcare Oleh BioTelemetry Senilai US$65 juta

Perusahaan pemantau pasien online BioTelemetry mengumumkan pada Januari lalu rencana mengakuisisi startup Geneva Healthcare senilai US$45 juta plus kompensasi tambahan performance-based senilai lebih dari $20 juta.Akuisi ini membuat BioTelemetry memperoleh akses ke platform cloud Geneva.

Akuisisi Joyable oleh AbleTo Senilai US$10 juta.

Startup asal New York AbleTo mengakuisisi Joyable dengan nilai yang diperkirakan melebihi US$10 juta. Sebagai bagian dari kesepakatan, pengguna AbleTo akan mendapatkan akses ke aplikasi pelatihan kesehatan mental Joyable. Tercatat kini sudah 600 terapis dan pelatih yang tergabung dalam layanan ini.

Akuisisi ClassPass OlehGuavaPass Senilai US$4.2 juta

Platform keanggotaan fitness online ClassPass mengakuisisi GuavaPass, layanan aktif serupa yang beroperasi di Asia dan Timur Tengah dengan nilai US$4.2. Dengan kuasa kendali yang dipegang ClassPass, CEO GuavaPass Jeffrey Liu, Presiden Rob Pachter dan sejumlah karyawan GuavaPass akan bergabung dengan ClassPass. Layanan tersebut membantu pengguna membayar biaya langganan bertarif tunggal untuk akses ke kelas Yoga, Sepeda, Pilates, dan latihan kebugaran lain melalui aplikasi mobile.

Akuisisi Chiron Health Oleh Medici

Medici berhasil akuisisi Chiron Health, sebuah perusahaan telehealth pada kuartal pertama tahun ini. Medici sendiri adalah adalah aplikasi mobile yang membantu pasien berkomunikasi dengan berbagai penyedia jasa kesehatan.

Akuisisi ni akan memberi Medici akses ke platform Chiron Health, yang dirancang untuk memfasilitasi kunjungan pasien melalui video.

Akuisisi HealthDecision oleh EBSCO Health

Perangkat informasi klinis EBSCO Health mengumumkan akuisisi HealthDecision, perangkat pendukung pengambilan keputusan klinis dan distributor informasi bagi petugas klinis dan pasien. Sebagai bagian dari kemitraan EBSCO Health akan memperoleh sumberdaya edukasional HealthDecision, termasuk penyedia layanan perwakilan medis visual. Perangkat ini dirancang untuk membantu memfasilitasi komunikasi pasien tentang rencana penanganan mereka.

Akuisisi CareWire dan Lightning Bolt Solutions Oleh PerfectServe

PerfectServe, platform kolaborasi dan komunikasi medis asal Amerika Serikat mengumumkan dua akuisisi sekaligus. Yang pertama adalah CareWire, aplikasi mobile untuk komunikasi pasien. Yang kedua adalah Lightning Bolt Solution, teknologi scheduling shift terapis fisik berbasis AI untuk sistem rumah sakit dan layanan kesehatan.

Akuisisi Qualcomm Life Oleh Fransisco Partners

Perusahaan ekuitas swasta Fransisco Partners mengakuisisi Qualcomm Life, perusahaan subsidiary Qualcomm yang berfokus pada konektivitas perangkat medis. Qualcomm Life lalu berganti nama menjadi Capsule Technologies – Nama perusahaan manajemen data klinis yang diakuisisi Qualcomm pada 2015. Capsule Technologies akan terus menggunakan merk Capsule dan 2net untuk layanan konektivitas perangkat medisnya.

Akuisisi Sherpaa Oleh Crossover Health

Crossover Health, yang menyediakan layanan medis kepada perusahaan besar seperti Apple dan Facebook, mengakuisisi Sherpaa, perusahaan telehealth yang juga fokus memberikan layanan pada perusahaan besar. Pendiri Sherpaa Dr. Jay Parkinson dan timnya dikabarkan akan menjadi bagian dari Crossover Health.

Akuisisi Optimal Aging Oleh CareLinx

CareLinx, perusahaan kesehatan digital berfokus pada perawatan in-home mengakuisisi Optimal Aging, startup yang startup penyedia layanan non klinis seperti home care, dukungan transportasi dan makanan bagi organisasi pelayanan dan Medicare Advantage Plans.

Akusisi Onlife Health Oleh Guidewell Connect

Guidewell Connect, perusahaan layanan konsumen mengakuisisi Onlife Health, platform teknologi kesehatan dan pemulihan.

Akuisisi Health Care Software Oleh WellSky

Perusahaan software dan layanan kesehatan WellSky (Sebelumnya bernama MediWare) baru saja mengumumkan akuisisi Health Care Software (HCS), yang berspesialisasi dalam software klinis dan keuangan bagi pelayanan perawatan jangka panjang.

Akuisisi Wellsoft oleh Medsphere Systems

Perusahaan IT kesehatan terintegrasi Medsphere Systems Corporation mengumumkan telah mengakuisisi Wellsoft, perusahaan yang berspesialisasi dalam sistem informasi ED (Emergency Department). Sebagai bagian kesepakatan Medsphere akan memperoleh produk eksklusif Wellsoft, yaitu Sistem Informasi Unit Gawat Darurat (EDIS), yang bertujuan meningkatkan arus kerja dalam Instalasi Gawat Darurat dan pusat perawatan gawat darurat.

Akuisisi QuickMar Oleh PointClickCare

Perusahaan khusus HER lansia dan software PointClickCare Technologies mengakuisisi perusahaan manajemen perawatan pemulihan QuickMar.

Sebagai bagian dari kesepakatan, PointClickCare akan mengendalikan produk eksklusif QuickMar, CareSuite Manager. Sistem tersebut mencakup HER dan pencatatan administrasi medis elektronik (eMAR) yang ditujukan bagi pusat perawatan pemulihan. Sistem ini berkemampuan mengelola penilaian, rencana penjaminan layanan, billing pasien, manajemen keperilakuan, dan catatan perkembangan.

Akusisi Payor Logic dan Golden Hour Oleh Zoll Medical

Zoll Medical Corporation, perusahaan perangkat medis dan software mengakuisisi perusahaan manajemen pencatatan pasien dan siklus pendapatan Golden Hour.

Perusahaan tersebut yang menawarkan pencatatan dan jasa layanan terkait pasar layanan medis gawat darurat, kini akan memadukan kecakapan mereka.

Awal tahun ini, Zoll juga telah mengakuisisi Payor Logic yaitu penyedia layanan asuransi dan penerimaan pasien.

Akuisisi Medecin Direct Oleh Teladoc

Teladoc Health mengumumkan akuisisi lainnya yang akan mendorong pertumbuhan bisnis lini internasionalnya. Perusahaan pelayanan perawatan virtual ini akan mengakuisisi perusahaan asal Paris Perancis MedecinDirect, yang menyediakan konsultasi medis privat terpercaya melalui telepon dan internet. Teladoc menyatakan bahwa langkah ini akan sangat berharga bagi hasil keuangan mereka.

Prodia Gelar Seminar Untuk Sosialisasikan Manfaat Tes Genomik

Prodia menggelar seminar dengan tema “Mau makan apa? Tanya DNA” pada Minggu (7/4) di Prodia cabang Kota Pangkalpinang. Seminar itu sendiri bertujuan mensosialisasikan mengenai pemeriksaan genomik kepada khalayak.

Pemeriksaan genomik diperuntukkan bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang pengelolaan gaya hidup dengan nutrisi dan lifestyle. Pemeriksaan gen bersifat individual/personalized berbasis profil genetika.

Pihak Prodia memaparkan bahwa jika masyarakat memilik pengetahuan yang cukup tentang gen, maka dapat memberi masukan kepada mereka untuk mengubah gaya hidup yang tepat serta membantu konsultasi dengan dokter yang tepat. Ini berarti bisa membantu mengurangi risiko penyakit tidak menular (NCD).

“Tujuannya mengedukasi masyarakat khususnya di Kota Pangkalpinang agar mereka lebih perhatian terhadap penyakit. Selain itu juga bisa melakukan program pemerintah GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat) secara rutin,” ujar Amin, kepala Cabang Prodia Kota Pangkalpinang.

Pada kesempatan tersebut Prodia Kota Pangkalpinang juga memperkenalkan tes Genomik. Namun launching layanan ini sendiri baru akan dilaksanakan di Prodia pusat pada minggu ke-4 di bulan April.

“Kemudian edukasi ini tujuannya untuk mengetahui di Prodia sudah launching berbagai tes Genomics. Hari ini berkaitan dengan Nutrition Genomics makanan terhadap gen seseorang,” tambah Amin.

Seminar serupa rencananya juga akan dilangsungkan di seluruh Indonesia dari mulai awal April hingga Desember untuk memperkenalkan tes Nutrition Genomics kepada masyarakat.

IDAI Dorong Pemerintah Sediakan Fasilitas Untuk Anak Kelainan Jantung

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memaparkan bahwa jutaan bayi di Indonesia terlahir dengan kelainan jantung, dan jumlahnya terus bertambah setiap tahun. Ini membuat pemerintah daerah dituntut untuk menyediakan fasilitas khusus untuk kasus ini.

Pada petemuan tahunan Pediatric Cardiology Update (8/4/2019), Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Noormanto, SpA(K) mengatakan bahwa penambahan fasilitas pelayanan jantung anak ini bertujuan agar penderita dapat mengakses dokter spesialis.

“Dari Kementerian Kesehatan sudah ada rencana pemerataan dokter spesialis jantung anak dengan pola-pola pengabdian di daerah, tetapi pengabdian baru bisa dilakukan jika di daerah itu sudah ada fasilitas pendukung,” kata dia.

Dokter spesialis anak dan konsultan jantung anak di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta ini mengatakan berdasarkan data terakhir, diketahui bayi pengidap kelainan jantung berjumlah 1,0 persen dari 4,8 juta angka kelahiran bayi setiap tahunnya. Rasionya yakni terdapat 8 bayi dari 1.000 bayi yang terlahir itu terkena kelainan jantung.

Dirinya melanjutkan, sebenarnya akses penderita sudah lebih mudah jika dibandingkan sebelumnya sejak adanya pembiayaan BPJS. Sistem pembiayaanini membuat masyarakat lebih berani membawa anaknya ke rumah sakit sehingga deteksi dini penyakit jantung menjadi lebih baik.

BPJS juga diketahui sudah menanggung biaya tindakan operasi serta intervensi. Namun, hal itu ternyata tidak diimbangi dengan jumlah dokter spesialis jantung anak dan fasilitas pelayanan di daerah.

Menghadapi kurangnya fasilitas tersebut, IDAI merespon dengan menggelar pelatihan dan pembaharuan ilmu seputar tata laksana maupun prosedur penanganan penyakit jantung pada bayi serta anak. Sehingga kompetensi para dokter spesialis jantung anak sedikit banyak bisa menutupi kurangnya fasilitas.

“IDAI coba mempertajam pengetahuan para dokter spesialis dan konsultan jantung anak dalam mendiagnosis penyakit,” tutur dr Noormanto.

Untuk itu, jika di suatu daerah sudah memiliki dokter spesialis jantung anak namun fasilitasnya kurang maka perlu diadakan pelatihan intensif selama 6 bulan hingga 1 tahun kepada dokter tersebut. Namun hal ini juga membutuhkan dukungan dari pemda setempat, berupa penyediaan alat kesehatan yang dibutuhkan. Sedangkan IDAI sebagai organisasi profesi hanya bisa membantu peningkatan kompetensi para dokter jantung anak dalam melaksanakan tugasnya

“Idealnya satu dokter menangani 2.000 anak, tetapi saat ini jumlah dokter spesialis jantung anak yang kurang dari 100 di seluruh Indonesia,” pungkas Noormanto.