spot_img

RS Haji Adam Malik dan KS Relief Sukses Operasi Jantung 25 Anak di Medan

rs haji adam malik medan
Tindakan bedah jantung yang dilakukan RS Haji Adam Malik Medan kerja sama dengan KS) Relief, Arab Saudi. Foto: ANTARA.

Rumah Sakit (RS) Haji Adam Malik di Medan, Sumatera Utara, berhasil melakukan operasi jantung pada 25 anak dengan bantuan dari King Salman (KS) Relief, Arab Saudi. 

Direktur Utama RS Haji Adam Malik, dr. Zainal Safri, menyampaikan bahwa tim dokter rumah sakit mendapatkan banyak pengalaman baru dari kerja sama ini.

“Tim dokter kami mendapatkan banyak pengalaman baru dari kerja sama ini,” ujar Zainal di Medan pada hari Selasa dilansir dari ANTARA (02/07/24).

Program ini merupakan bagian dari sesi kedua dalam operasi bedah jantung yang berlangsung di Pusat Jantung Terpadu rumah sakit tersebut, dari 25 Juni hingga 30 Juni 2024. 

Zainal menjelaskan bahwa operasi ini bertujuan untuk memudahkan warga Sumut. Sebelumnya  mereka harus mengirim sebagian besar pasien anak dengan kasus bedah jantung ke Jakarta, terutama untuk kasus-kasus yang sulit.

Transfer Pengetahuan: Meningkatkan Kemandirian RS Haji Adam Malik

Zainal menambahkan bahwa dengan adanya program transfer knowledge dari Arab Saudi ini, diharapkan RS Haji Adam Malik dapat menangani kasus-kasus bedah jantung anak secara mandiri di masa depan. 

“Tapi dengan adanya program transfer knowledge dari Arab Saudi ini, ke depannya RS Adam Malik bisa menanganinya sendiri,” kata Zainal. 

Selain itu, ia menyatakan bahwa enam dari 31 pasien anak sudah dijadwalkan untuk operasi jantung secara mandiri oleh tim dokter RS yang berada di Medan ini. Hal ini didukung pula dengan kondisi bahwa kini mereka telah memiliki dokter bedah jantung anak.

“Kami memiliki harapan mampu semakin mandiri melakukan tindakan kasus bedah jantung pediatri. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih kepada Raja Salman yang telah mengirim tim KSRelief dari Arab Saudi langsung ke Medan,” ucapnya. 

Rumah Sakit Adam Malik di Medan juga menerima bantuan bahan medis dari KSRelief untuk operasi bedah jantung anak kali ini. 

Sebanyak 27 tenaga medis dikirim oleh KSRelief untuk program operasi jantung tahap kedua ini. Terdiri dari dokter konsultan bedah jantung, dokter konsultan jantung anak, dan dokter konsultan anak intensif.

Juga turut serta dokter konsultan anestesi jantung, perfusionist, terapis, perawat ahli, dan teknisi medis.

Dukungan Internasional: Arab Saudi Berkomitmen Bantu Anak-anak Indonesia

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Faisal bin Abdullah Al-Amoudi, sebelumnya menyatakan keinginan negaranya untuk membantu menangani penyakit jantung pada anak di Indonesia. 

“Kami ingin meningkatkan kontribusi agar mampu menyelamatkan anak-anak dan membantu dokter-dokter di Indonesia dengan lebih intens,” kata Faisal. 

Faisal menambahkan bahwa bantuan ini merupakan bagian dari strategi untuk menyelamatkan anak-anak Indonesia. Ia berharap agar anak-anak di Indonesia bisa terus sehat dan yang sedang sakit bisa segera sembuh.

Kerja sama antara RS Haji Adam Malik dan KSRelief ini merupakan contoh nyata kolaborasi internasional dapat meningkatkan kemampuan medis lokal. Hubungan baik ini juga bisa memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. 

Dengan adanya bantuan dan transfer pengetahuan dari tim medis Arab Saudi, RS Haji Adam Malik kini semakin siap untuk menangani kasus bedah jantung anak secara mandiri. Sebuah kemampuan yang mampu memberikan dampak positif terutama di Indonesia. 

 

Inovasi Terapi Kelainan Tulang Belakang Anak oleh Mahasiswa UB

kelainan tulang belakang
Alat untuk terapi kelainan tulang belakang dari Mahasiswa UB. Foto: ANTARA.

Mahasiswa lintas program studi Universitas Brawijaya (UB) telah mengembangkan alat terapi untuk mengatasi kelainan tulang belakang pada anak-anak. Alat tersebut dinamakan PostureCare. 

Inovasi ini menggunakan teknologi Internet of Things (IoT) untuk membantu anak-anak dengan masalah kifosis postural. Kifosis postural adalah kondisi di mana tulang belakang bagian atas mengalami kelengkungan berlebihan ke depan, sehingga punggung tampak bungkuk. 

Kondisi ini sering disebabkan oleh postur tubuh yang buruk, seperti duduk terlalu lama dengan posisi yang salah atau kurangnya aktivitas fisik.

Inovasi alat ini merupakan hasil kolaborasi dari lima mahasiswa yang tergabung dalam Tim Peneliti PKM Karya Inovatif (KI) UB. 

Ke lima mahasiswa itu adalah Mochamad Saiful Anwar (Ilmu Keperawatan), Farid Hardiansyah, Refaldi Ananta Afif, Stephania Angelica, dan Irfan Aditya (Teknik Elektro).

Fitur dan Teknologi PostureCare

PostureCare dirancang untuk mendiagnosa dan mengoreksi posisi bungkuk pada tulang belakang anak-anak usia 7-11 tahun. Alat ini dilengkapi dengan sensor gyroscope MPU6050 yang ditempatkan di beberapa titik pada tubuh. 

Sensor-sensor ini mendeteksi kesalahan posisi tulang belakang dan memonitor perubahan sudut tulang belakang harian setelah terapi. Mikrokontroler ESP32 memproses data sensor dan memberikan output berupa modul getar, lampu LED, dan heater. 

Alat ini memberi peringatan melalui getaran dan cahaya jika posisi tulang belakang terdeteksi salah. Selain itu, polyamide heater digunakan untuk mengurangi nyeri melalui proses thermotherapy.

Pendekatan dan Keterlibatan Keluarga dalam Penanganan Kelainan Tulang Belakang

PostureCare menggunakan Pendekatan Chronic Care Model yang fokus pada kesejahteraan pasien dan keluarga. Data dari alat ini disajikan dalam bentuk grafik harian melalui aplikasi yang terhubung dengan WhatsApp bot. 

Bot yang digunakan ini dapat membantu orang tua dan terapis untuk melacak kemajuan terapi secara langsung. Anak-anak juga diberikan panduan dan buku harian My Bone untuk memantau aktivitas, perasaan, penggunaan brace, dan pola makan. 

Keluarga juga dilibatkan dengan memberikan stiker bintang sebagai penghargaan jika anak berhasil memenuhi misi harian. Tim peneliti juga memberikan terapi bermain dan edukasi bagi keluarga setiap tiga hari.

Dukungan dan Pengakuan

Pengembangan PostureCare telah dikonsultasikan dengan sejumlah ahli di bidang medis, termasuk dokter spesialis bedah syaraf dan rehabilitasi medis. Inovasi ini juga sedang dalam proses pengajuan HAKI dan paten untuk modul, manual book, serta program komputer terkait. 

Dosen pembimbing Ir Nurussa’adah M.T. dari Teknik Elektro turut berperan dalam penelitian yang didanai oleh Kemendikbudristek dan Universitas Brawijaya ini. 

Dengan kehadiran PostureCare, diharapkan anak-anak dengan kifosis dapat memperoleh terapi yang optimal dan meminimalkan risiko komplikasi di masa depan.

 

Wadahi Inovasi di Bidang Kesehatan, UI Gelar Health Innovation Expo 2024

Foto: Humas UI

Universitas Indonesia (UI) melalui Direktorat Kerja Sama dan Direktorat Inovasi dan Science Techno Park (DISTP) menyelenggarakan The 1st UI Health Innovation Expo 2024 pada 27-28 Juni 2024. Acara tersebut digelar di Balai Purnomo Prawiro, Kampus UI Depok dimana bertujuan untuk mendorong dan mewadahi kreativitas dan inovasi bidang kesehatan di Universitas Indonesia, serta memperkenalkan hasil-hasil penelitian yang sudah ada kepada masyarakat.

Kegiatan UI Health Innovation Expo 2024 ini bertujuan sebagai networking event antara rumpun ilmu kesehatan di UI dengan industri, rumah sakit, alat kesehatan, alat laboratorium, dan pemerintah. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Kerjasama UI Toto Pranoto.

“Kegiatan ini menjadi wadah matchmaking antara inovasi pihak kampus dan industri yang bergerak di bidang kesehatan,” sebut Toto, Kamis (27/6).

UI Health Innovation Expo 2024 menampilkan beberapa inovasi yang berguna untuk masyarakat, seperti alat kesehatan canggih dan ramah lingkungan serta aplikasi mobile.

Sementara itu, Wakil Rektor bidang SDM dan Aset UI, Dedi Priadi mengatakan bahwa acara ini merupakan manifestasi dari komitmen UI untuk terus mendorong inovasi dan penelitian yang berkontribusi nyata terhadap peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.

“Inovasi di bidang kesehatan adalah salah satu pilar penting dalam pembangunan nasional, dan Universitas Indonesia berperan aktif dalam memberikan solusi yang inovatif dan aplikatif di bidang ini,” jelasnya.

Di bidang alat kesehatan, berbagai penelitian dan pengembangan alat elektromedis dan non-elektromedis telah berhasil dilakukan oleh UI. Alat elektromedis yang dikembangkan tidak hanya berteknologi tinggi tetapi juga dirancang agar terjangkau bagi masyarakat luas.

Perhelatan tersebut juga dihadiri leh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga turut hadir meramaikan.

Gakeslab dan Kemenkes Gelar GHWP: Menyatukan Persepsi, Memajukan Alat Kesehatan Indonesia

Kartono Dwidjosewojo, Ketum Gakeslab Indonesia. Foto: Gakeslab Indonesia.

Gabungan Pengusaha Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia menyelenggarakan kegiatan Global Harmonization Working Party (GHWP).

Perhelatan ini berlokasi di Pullman Legian Beach Bali pada tanggal 12-13 Juni 2024. Berbagai pihak menghadiri GHWP mulai dari para pengusaha alat kesehatan dan laboratorium dari berbagai negara di Asia Pasifik, serta perwakilan dari Kemenkes RI.

Menyamakan Persepsi untuk Mengembangkan Alat Kesehatan Indonesia

Ketua Umum Gakeslab Indonesia, Kartono Dwidjosewojo, menjelaskan bahwa setiap negara memiliki aturan sendiri terkait alat medis. Oleh karena itu, diperlukan penyamaan persepsi agar tercipta keselarasan di kawasan ini.

“Diadakannya kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi mengenai alat-alat medis di kawasan Asia Pasifik,” ujarnya dilansir dari Diksi Merdeka (12/6/2024) di lokasi acara.

Kartono menambahkan, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengenalkan Gakeslab Indonesia di kancah nasional dan internasional. Gakeslab Indonesia didirikan pada tahun 1977 dan kini memiliki 1.500 anggota yang tersebar di 26 provinsi.

“Melalui kegiatan ini saya berharap Gakeslab agar lebih dikenal ke depannya,” lanjutnya.

Harapan untuk Perkembangan Alat Kesehatan di Indonesia

Selain menyamakan persepsi, Kartono berharap bahwa kegiatan ini dapat mendorong perkembangan alat medis di Indonesia.

“Kami memiliki harapan bahwa dunia kesehatan Indonesia akan terus berkembang setelah acara ini. Kemudian juga meningkatkan kerjasama dengan para ilmuwan hebat untuk memajukan alat kesehatan di Indonesia,” tegasnya.

Ia juga mengajak para pengusaha alat medis yang belum bergabung dengan Gakeslab Indonesia untuk segera bergabung. Menurutnya, bergabung dengan Gakeslab memberikan banyak kemudahan dan akses terhadap perkembangan terbaru alat-alat medis.

“Harapan kami kepada para pengusaha alat medis dan laboratorium kedepannya untuk bergabung bersama kami,”

Ajang Bertukar Pikiran

Ketua Panitia, Irwan Hermanto, yang juga Wakil Ketua Umum II Gakeslab Indonesia, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi ajang bertukar pikiran antara pengusaha alat kesehatan.

“Acara ini menjadi ajang bertukar pikiran bersama pengusaha alat kesehatan di seluruh dunia. Momen ini adalah peluang berharga untuk perkembangan alat medis di dunia,” ujar Irwan.

Dengan adanya penyamaan persepsi dan pertukaran ide, industri alat kesehatan diharapkan dapat berkembang lebih cepat dan efisien. Kegiatan GHWP ini diharapkan mampu menciptakan kolaborasi yang lebih erat di antara pengusaha alat kesehatan di kawasan Asia Pasifik dan dunia.

Sejarah dan Peran Gakeslab Indonesia

Gakeslab Indonesia memiliki sejarah panjang dalam industri alat kesehatan. Sejak didirikan pada tahun 1977, organisasi ini terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dan standar alat kesehatan di Indonesia. Dengan 1.500 anggota yang tersebar di 26 provinsi, Gakeslab berperan penting dalam perkembangan industri ini di Indonesia.

Melalui kegiatan GHWP ini, Gakeslab Indonesia menunjukkan komitmennya untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan global. Kerjasama dengan Kemenkes RI juga menunjukkan bahwa pemerintah mendukung penuh inisiatif ini demi kemajuan industri alat kesehatan di Indonesia.

Masa Depan Gakeslab Indonesia

Diharapkan, setelah kegiatan ini, akan ada lebih banyak pengusaha alat medis yang bergabung dengan Gakeslab Indonesia, sehingga industri ini dapat berkembang lebih pesat.

Anak Usaha Kimia Farma Akan Distribusikan Alkes Non-invasive Buatan STEI-ITB

kelainan tulang belakang
Alat untuk terapi kelainan tulang belakang dari Mahasiswa UB. Foto: ANTARA.

PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) dikabarkan resmi menjalin kerja sama strategis dengan PT Selaras Medika Digital Indonesia (SMDI) untuk mendistribusikan alat kesehatan inovatif, Non-Invasive Vascular Analyzer (NIVA). KFTD sendiri merupakan anak perusahaan dari PT Kimia Farma Tbk (KAEF).

NIVA merupakan perangkat non-invasif yang dikembangkan oleh Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI-ITB). Alat Kesehatan tersebut dirancang untuk mendeteksi dan mencegah risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Dengan kemampuannya mengukur 15 parameter kesehatan kardiovaskular seperti kekakuan arteri, tekanan darah sentral, dan fungsi endotel, NIVA diharapkan dapat menjadi solusi dalam mendukung program kesehatan pemerintah terkait deteksi dini penyakit kardiovaskular.
Implementasi dan Distribusi NIVA

Dalam kerjasama ini, KFTD bertindak sebagai distributor resmi NIVA, yang akan memastikan produk tersebut dapat diakses oleh berbagai fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia.

“Merupakan suatu kehormatan bagi KFTD dapat berkolaborasi dengan SMDI, perusahaan yang memiliki komitmen kuat terhadap pengembangan produk inovatif hasil karya akademisi di Indonesia. Melalui jaringan 48 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, KFTD berupaya untuk meningkatkan pemerataan akses alat kesehatan, termasuk produk NIVA,” kata Direktur Utama KFTD, Djagad Prakasa Dwialam, Jumat (7/6/2024).

Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian pada 6 Juni 2024 di kantor pusat KFTD, Jakarta Pusat. Berbagai pihak termasuk manajemen kedua perusahaan, industri kesehatan, akademisi, dan perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) ikut hadir dalam acara pengukuhan ini.

Sementara tu, Yani Motik, Direktur Utama SMDI, menyebutkan bahwa NIVA akan menjadi game-changer dalam upaya menurunkan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia. Ia menekankan pentingnya deteksi dini untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

SMDI juga berkomitmen untuk memberikan pelatihan dan dukungan teknis terbaik kepada tenaga medis untuk mengoptimalkan penggunaan NIVA.

Kementerian Kesehatan Akan Melakukan Pemenuhan Alkes Hingga 2027

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Rizka Andalucia

Pemenuhan alat kesehatan di berbagai puskesmas dan rumah sakit di Indonesia akan terus dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Hal ini merupakan upaya transformasi pelayanan primer.

Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Rizka Andalucia mengungkapkan bahwa pergeseran orientasi kesehatan dari kuratif menjadi promotif dan preventif, seperti skrining, deteksi dini, dan vaksinasi, perlu dibarengi kesiapsiagaan alat-alat diagnostik.

“Kita ingin menggeser upaya kuratif kepada promotif preventif. Saat ini pembiayaan kesehatan itu hanya 17 persen untuk pencegahan dan 67 persen untuk pengobatan,” ujarnya dalam Forum Nusantara Farmasi dan Alat Kesehatan disiarkan di Jakarta.

Jenis-jenis skrining yang dibutuhkan, menurut Rizka, membutuhkan peralatan memadai. Dirinya mencontohkan, seperti skrining hipertiroid kongenital, thalasemia, anemia, dan kanker pada anak, serta skrining penyakit kardiovaskuler, stroke, hipertensi pada dewasa.

Dirinya melanjutkan, masih ada 171 kecamatan yang belum memiliki puskesmas, seperti daerah-daerah pemekaran yang masih baru. Sedangkan saat ini terdapat lebih dari 10 ribu puskesmas diIndonesia. Untuk itu, tempat-tempat itu perlu dilengkapi dengan puskesmas.

Sejauh ini, lanjut Rizka, upaya Kemenkes antara lain mengirimkan antropometri ke posyandu, sehingga tak perlu lagi menunggu dari puskesmas. Juga menyediakan USG guna menekan angka kematian ibu hamil.

“Nah, kedua alat yang kita deploy dengan massal ke seluruh puskesmas dan posyandu ini, antropometri maupun USG, semua sudah dapat diproduksi dalam negeri dan kita melakukan konsolidasi dan semua menggunakan produk dalam negeri,” jelasnya.

Dia menambahkan revitalisasi struktur dan jaringan layanan kesehatan primer disertai dengan struktur laboratorium kesehatan masyarakat yang berjenjang, mulai dari tingkat puskesmas hingga nasional.

Dengan skrining, ujarnya, akan ada intervensi yang lebih dini sehingga kualitas hidup anak menjadi lebih baik.

Ahli Neurolog Sebut Sudah Ada Pengobatan Parkinson Dengan Cara Menanam Cip Pada Otak Pasien

Foto: HerStory/Azka Elfriza

Seiring semakin majunya teknologi, termasuk di bidang kedokteran, dewasa ini sudah ada pengobatan penuaan saraf di otak (parkinson) yang canggih, yaitu otak pasien ditanam cip. Hal tersebut diungkapkan oleh Neurolog Dr. dr. Rocksy Fransisca V Situmeang Sp.S, dalam seminar tentang sclerosis multipel, pada tanggal 28 Mei 2024.

“Pemasangan cip tadi dengan operasi Deep Brain Stimulation (DBS), kami menstimulasi area-area otak untuk menormalkan lagi produksi dopamin, sehingga gejala-gejala yang dirasakan pasien parkinson menjadi lebih baik,” jelas Rocksy.

Rocky melanjutkan, cip yang dipasang sangat halus seperti rambut manusia. Cip itu mengalirkan listrik dengan voltase yang bisa diprogram, berapa ampere, berapa volt dan berapa kecepatan pulse yang dibutuhkan untuk menstimulasi produksi dopamin di area otak yang sebelumnya kurang produktif pada pasien parkinson. Dan pemrograman sudah diatur sebelum penanaman cip tersebut.

Cip tersebut diyakini dapat memperbaiki gejala pada pasien parkinson. Misalnya, jika pasien harus meminum obat sampai 10 butir supaya bisa berjalan, maka obatnya bisa dikurangi menjadi tiga butir.

Jika pasien sebelumnya mengalami tremor hebat, maka dengan operasi tersebut, tremor-nya berkurang. Ataupun pasien dengan gangguan gerak tubuh, maka dengan DBS dapat menjadi lebih aktif atau berkurang gangguannya, ujarnya. Pun, cip-nya tidak perlu dikeluarkan. Kecuali jika ada masalah seperti infeksi atau ada kabelnya yang putus.

Sementara itu, dokter spesialis saraf di RS Siloam Kebon Jeruk dr. Frandy Susatia, Sp.S, RVT mengatakan DBS dilakukan pada tahap awal saat seseorang menderita parkinson agar penyakit tersebut tidak bertambah parah.

Menurut dr. Frandy, ada tiga tujuan DBS antara lain mengurangi komplikasi motorik, mengurangi dosis obat yang dikonsumsi, dan mengatasi tremor.

Setiap pasien parkinson memiliki kebutuhan khusus, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan dokter yang memiliki spesialisasi pengobatan parkinson untuk menentukan strategi pengobatan terbaik sesuai kondisi dan kebutuhan pasien

Gandeng Hotel Sheraton, RSA UGM Tawarkan Layanan Wisata Kesehatan

Foto: ugm.ac.id

Wisata medis (medical tourism) dan wisata kebugaran (wellness tourism) di Indonesia dinilai memiliki potensi yang cukup besar. Tekait l ini, Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) dikabarkan segera membuka layanan wisata kesehatan dan kebugaran yang dilengkapi fasilitas hotel dan akomodasi wisata pendukung.

Direktur Utama RSA UGM Darwito berharap RSA UGM bisa menjadi pelopor layanan wisata kesehatan dan kebugaran di Yogyakarta karena sudah didukung dengan tenaga medis yang berkualitas, infrastruktur yang memadai, serta fasilitas medis yang canggih.

Paket yang nantinya ditawarkan salah satunya menyasar pasien yang akan menjalani terapi. Dimana akan menggabungkan layanan medis unggulan RSA dengan layanan fasilitas hotel bintang lima bekerja sama dengan Sheraton Mustika Resort and Spa.

Selama terapi, lanjut Darwito, para pasien bisa memilih untuk tinggal di Hotel Sheraton dengan pendampingan dari RSA tanpa harus kembali ke rumah sakit.

“Karena kalau tinggal di RS terus akan sangat stressfull pastinya. Pasien yang bahagia memiliki tingkat probabilitas yang tinggi untuk sembuh,” ujar Darwito.

Sementara itu, Kepala Instalasi Health Tourism and Wellness RSA UGM dr Lutfhi Hidayat menuturkan kerja sama antara RSA UGM dengan Sheraton Mustika Resort and Spa adalah gagasan inovatif yang dapat dikembangkan di sektor kesehatan dan pariwisata untuk membangun jenis wisata baru di Yogyakarta.

“RSA UGM juga berinisiasi untuk membentuk Health Tourism Board yang bertugas untuk melakukan sertifikasi terkait medical tourism,” ujar Lutfhi.

Program ini, menurut Lutfhi, sejalan dengan agenda nasional yang lebih luas untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi terkemuka dalam bidang kesehatan, warisan budaya, dan pariwisata.

RSUD Bendan Pekalongan Sediakan Ruang Instalasi Bedah Sentral Representatif

Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid saat mengecek ruangan instalasi bedah sentral di Rumah Sakit Umum Daerah Bendan Pekalongan, Rabu (22/5/2025). ANTARA/Kutnadi.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bendan, Pekalongan, Jawa Tengah, dikabarkan telah menghadirkan ruang instalasi bedah sentral representatif di rumah sakit tersebut. Ruang bedah baru ini dilengkapi dengan standar alat-alat kesehatan seperti halnya pada rumah sakit kota-kota besar di Indonesia.

Direktur Utama RSUD Bendan Dwi Heri Wibawa menjelaskan, ada beberapa fasilitas penunjang dalam ruangan instalasi bedah sentral baru ini, seperti lima kamar operasi yang dilengkapi standar hemofilter, meja operasi, lampu operasi, mesin anestesi (pembiusan), dan seperangkat (kit) alat-alat bedah.

“Kami berharap ruangan operasi ini steril dan tidak terkontaminasi. Di sini ada lima kamar operasi terdiri atas empat kamar operasi atau bedah mayor dan satu kamar bedah minor,” katanya.

Dirinya melanjutkan, untuk sumber daya manusia dokter bedah sudah tercukupi, di mana ada tiga orang dokter bedah umum, satu orang dokter bedah syaraf, satu orang dokter bedah digestif, satu orang dokter orthopedi, dan satu orang dokter bedah onkologi.

Sementara itu, Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid menyatakan bahwa dengan adanya instalasi bedah sentral representatif ini, akan memberikan pilihan baru bagi warga Kota Pekalongan dan sekitarnya yang akan membutuhkan proses operasi atau bedah.

“Dulu ruangannya terbatas dan sempit, namun sekarang sudah luas dan sesuai standar,” ucap Afzan.

Menurut dia, penanganan bedah di RSUD Bendan pada 2023 lalu sudah ada sekitar 5.300 pasien, namun saat ini masih harus mengantre untuk berkonsultasi dengan beberapa dokter bedah yang ada, terutama dokter bedah otak yang penanganannya rumit dan membutuhkan waktu yang lama.

Pembangunan RS Vertikal Bertaraf Internasional di Makassar Segera Rampung

Pj. Gubernur sulsel bersama rombongan saat mengunjungi lokasi pembangunan RS OJK di CPI Makassar (dok. Humas pemprov sulsel)

Pembangunan Rumah Sakit Vertikal Otak, Jantung, dan Kanker yang terletak di kawasan Center Point of Indonesia (CPI) Makassar, Sulawesi Selatan, dikabarkan sudah mencapai 78 persen.

Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin menyatakan bahwa rumah sakit ini dirancang dengan kualitas bertaraf internasional dan hanya ada dua di Indonesia.

“Satunya lagi ada di Surabaya. Ini patut menjadi kebanggaan dan benar-benar semakin mengukuhkan posisi Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan sebagai hub Kawasan Indonesia Timur,” ucap Bahtiar.

Bahtiar melanjutkan, rumah sakit ini rencananya akan diresmikan Presiden Jokowi pada Bulan Juli atau Agustus 2024. Selain sebagai pusat layanan kesehatan, rumah sakit ini juga dirancang untuk menjadi pusat pendidikan dan penelitian, sekaligus menjadi ikon wisata medis dengan fasilitas kelas dunia.

Salah satu teknologi medis yang akan tersedia di rumahs akit ini adalah Cyclotron untuk pasien kanker. Perawatan paliatif pasien kanker yang hanya ada di Rumah Sakit Hasan Sadikin juga akan hadir di sini. Dan hal penting lainnya, rumah sakit ini akan menerima pasien BPJS.

RS Vertikal ini adalah hasil kerja sama antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kementerian Kesehatan, dengan lahan hibah Pemprov Sulsel.