spot_img

Evaluasi Awal Fokus Utama Startup Kesehatan Teknologi 2019 di Indonesia

Gambar: wartaekonomi.co.id

Asosiasi Health Tech Indonesia (Healtech.id) berencana akan berfokus untuk mendorong penyusunan regulasi oleh pemerintah pada tahun 2019 ini. Dalam pelaksanaannya, Healthtech.id bekerja sama dengan Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia, Kemenkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika), dan Kemenkes (Kementerian Kesehatan).

Ketua Healthtech.id, Bimantoro, menyarankan agar regulasi itu memiliki sudut pandang sandbox untuk inovasi layanan kesehatan digital. Dengan begitu, para startup kesehatan teknologi bisa menciptakan inovasi layanan kesehatan yang tak membentur aturan.

“Sebelumnya di sektor fintech (financial technology), OJK sudah menjalankan regulasi sandbox (POJK 13/2018), itu berhasil merevolusi cara untuk mengatur inovasi-inovasi baru. Jadi kita tidak hanya berpikir dalam pilot project yang kecil,” jelas Bimantoro.

Aturan bersudut pandang sandbox juga dinilai dapat menjadi lisensi sementara bagi para pelaku startup di sektor kesehatan. Sehingga, mereka bisa mengevaluasi satu sama lainnya dalam mengembangkan inovasi layanan kesehatan digital.

“Dengan inovasi kesehatan digital, kita bisa maju lebih cepat. Daripada kita tidak ada aturannya, lebih baik kita menyiapkan diri untuk bisa teratur,” kata Bimantoro.

Sebab, menurutnya, tenaga kesehatan cenderung takut untuk membuat inovasi karena tidak ingin membentur aturan yang berlaku. Sekalipun berani, mereka tak tahu batasan-batasannya.

“Semua itu tak berani deh kalau lihat peraturan-peraturan. Banyak yang tidak berani. Sekalinya ada yang berani, tidak tahu batasan-batasannya. Kan harus mengerti IT, sedangkan masalah digital dan teknologi kan berbeda,” papar Bimantoro lagi.

Healthtech.id sendiri telah menaungi 30 perusahaan rintisan (startups) di bidang kesehatan. Di dalamnya terdapat 6 model bisnis yang berbeda. Mulai dari telekonsultasi, layanan kesehatan on-demand, bentuk portal informasi, marketplace e-commerce, e-learning untuk profesional, dan sistem informasi seperti yang dipakai di klinik, di rumah sakit.

“Dari 6 model itu, masing-masing saja kalau dirata-rata ada 2 sampai 7 perusahaan yang berjalan. Dengan adanya sandbox, kami bisa berjalan lebih baik dan lebih memahami kondisi,” ujar laki-laki yang juga CEO Prosehat itu.

Dalam mendorong regulasi itu, Healthtech.id telah berdiskusi dengan Pusat Data Penelitian Kemenkes dan juga BPJS untuk bekerja sama. Asosiasi itu juga didukung oleh Kemenkominfo.

“Kami juga mendapat dukungan dari Ditjen Aptika dan bagian Ekonomi Digital di Kemenkominfo,” tutupnya.

Gandeng LIPI, Phappros Alat Deteksi Dini Kanker Serviks yang Nyaman Untuk Wanita

Gedung PT Phapros. Foto : Tribunnews.com

PT Phapros Tbk, yang merupakan anak perusahaan PT RNI (Persero) yang bergerak di industri farmasi dan alat kesehatan dikabarkan saat ini tengah menggandeng LIPI untuk mengembangkan alat deteksi dini kanker serviks yang menggunakan darah dan urine sebagai sampelnya. Hal ini sekaligus merupakan Instruksi Presiden Nomor 6/2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alata Kesehatan.

Dikutip dari ayobandung.com, Direktur Utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami menyatakan bahwa Human Papiloma Virus (HPV) yang merupakan penyebab kanker serviks bisa menyebar ke semua organ vital melalui peredaran darah. Untuk itu dibutuhkan sebuah alat deteksi dini kanker yang menggunakan darah sebagai salah satu sampelnya.

“Banyak pasien kanker serviks yang datang ke rumah sakit sudah dengan stadium lanjut karena enggan melakukan screening dengan pap smear yang membuat mereka merasa kurang nyaman. Untuk itu, kami menggandeng LIPI untuk mengembangkan diagnostic kit kanker serviks yang bisa membuat perempuan nyaman melakukan screening,” ujar Sri Utami.

Untuk diketahui, alat deteksi dini atau diagnostic kit kanker serviks ini merupakan penemuan dari Sukma Nuswantara yang merupakan seorang peneliti LIPI dan ke depannya akan segera diuji klinis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Teknologi Biosensor Pengukur Glukosa Terbaru Dari iQ Group

iQ Group Global, sebuah konsorsium asal Australia, telah mengumumkan sedang mengembangkan biosensor yang mampu mengukur glukosa hanya melalui kelenjar ludah pengguna. Teknologi ini, yang sebelumnya dikembangkan di University of Newcastle Australia, menggunakan transistor film tipis organik, yang akan bekerja jika dipadukan dengan oksidasi glukosa, yaitu pengukuran konsentrasi glukosa pada sebuah sampel.

Sedangkan sistem keseluruhannya mencakup Unit Biosensor Glukosa, yang akan melakukan pengukuran, dan sebuah aplikasi smartphone terkait yang mengolah biosensor dan menampilkan hasil analisisnya setelah sampel selesai diambil.

Glukosa dalam kelenjar ludah cenderung lebih sedikit daripada yang terdapat dalam darah, jadi sensornya harus jauh lebih sensitif daripada glukometer biasa yang digunakan pasien pengidap diabetes secara umum. Berkat sensor yang kemampuan sensor liniernya hampir sempurna, pada tingkat konsentrasi dua ukuran seperti yang terdapat dalam darah, sistem ini sangat berpotensi menjadi solusi pemantau glukosa non-invasif praktis pertama yang ada di pasaran.

Teknologi ini masih berada dalam tahap pra-komersial dan studi validasi ekstensifnya masih belum selesai dilakukan.

Siap Bersaing Dengan Rumah Sakit lain, RSUI Depok Buka Berbagai Fasilitas Kesehatan

Gambar: kompas.com

Sejak dibuka untuk umum pertengahan Januari lalu, Rumah Sakit Universitas Indonesia ( RSUI) langsung berusaha mensejajarkan diri dengan rumah sakit berstandar tinggi lainnya dengan menyediakan beragam pelayanan medis. Rumah sakit ini berada di dalam kawasan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

Direktur Utama RSUI Dr dr Julianto Witjaksono mengatakan, RSUI merupakan salah satu rumah sakit dengan teknologi dan fasilitas terlengkap di Depok.

“Berharap dengan adanya rumah sakit ini dapat menurunkan angka kematian di Kota Depok,” ucap Julianto di RSUI Depok, Jawa Barat, Kamis (31/1/2019).

Julianto mengatakan, rumah sakit dengan luas bangunan 82.074 meter persegi tersebut berakreditasi B. RSUI menyediakan beragam pelayanan yang terbagi menjadi sepuluh klinik.

“Klinik yang pertama adalah kategori umum yang memberikan layanan rawat jalan, medical check up, dan community service. Selanjutnya ada klinik anak yang dilengkapi layanan rawat inap, termasuk rawat inap intensif bayi (Neonatal Intensive Care Unit/NICU), dan rawat inap intensif anak (Pediatric Intensive Care Unit/PICU),” ujar Julianto.

Kemudian, ada kinik bedah yang terdiri dari bedah plastik, bedah toraks dan kardiovaskular, bedah anak, bedah digestif, dan bedah umum. Baca juga: Resmi, UI Terima Hibah Aset Jalan dan Jembatan RSUI

Berikutnya, klinik gigi yang menyediakan pelayanan dan perawatan dental sederhana hingga spesialistik dengan standar internasional.

RSUI juga menyediakan klinik gizi di sana. “Klinik gizi yang melayani bidang nutrisi kedokteran. Jadi, pasien dengan berbagai jenis penyakit, mulai dari saluran cerna, hati, saluran empedu, pankreas dan sebagainya dapat dilayani di klinik gizi,” ujarnya.

Selain itu terdapat pula klinik jantung memberikan pelayanan perawatan penyakit jantung infeksi, jantung bawaan, dan jantung koroner.

“Fasiltas yang disediakan di klinik jantung antara lain Treadmill, Elektrokardiografi, Echokardiografi (EEG), layanan vaskuler, Ambulatory Blood Pressure Monitoring (ABPM), Holter, dan Trans-Esophageal Echcardiography (TEE),” ucap Julianto.

RSUI juga memiliki klinik obstetri dan ginekologi yang melayani masalah kesehatan di bidang kebidanan dan kandungan. Selain itu, klinik ini juga melayani tindakan pembedahan, seperti laparoskopi.

“Pada klinik penyakit dalam terdapat delapan divisi spesialistik, yaitu gastroenterologi, alergi imunologi, penyakit tropikinfeksi, hematologi onkologi medik, kardiologi, pulmonologi, ginjal, dan hipertensi,” ujarnya.

Sementara itu, klinik saraf melayani pasien yang memiliki penyakit atau keluhan stroke, epilepsi, nyeri punggung belakang, nyeri neuropati, kelainan saraf otak dan sumsum tulang belakang, serta gangguan motorik.

Terakhir, klinik radiologi yang melayani CT-scan, MRI, USG, radiografi, fluoroskopi, dan cath-lab.

Awali Tahun Dengan Prestasi Puskesmas Pangandaran Raih Akreditasi Paripurna

news.detik.com

Puskesmas Pangandaran di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat belum lama ini meraih prestasi membanggakan dengan mendapatkan akreditasi paripurna. Akreditasi tertinggi ini merupakan yang pertama di Priangan Timur, bahkan hanya diraih beberapa puskesmas di Jawa Barat.

Berdasarkan Status Akreditasi Puskesmas dari Kemenkes RI yang diterima Dinkes Pangandaran awal tahun ini, Puskesmas Pangandaran tercatat satu-satunya yang meraih predikat paripurna dari 88 Puskesmas yang didaftarkan di Jawa Barat pada periode terakhir.

Dengan capaian ini, Puskesmas Pangandaran menjadi yang kelima di Jawa Barat menyandang status ini. Empat lainnya, masing-masing 2 di Kabupaten Cirebon, 1 di Kota Bandung dan 1 di Kota Bekasi.

Tak sampai di situ, dari lima Puskesmas terakreditasi paripurna di Jawa Barat, Puskesmas Pangandaran adalah satu-satunya di Jawa Barat yang berstatus Dengan Tempat Perawatan (DTP) atau memiliki tempat rawat inap.

Ketua Tim Survey Kementrian Kesehatan Diding Sarifudin menjelaskan predikat paripurna didasarkan pada sejumlah aspek penilaian meliputi administrasi dan manajemen, upaya kesehatan perorangan, serta upaya kesehatan masyarakat. “Yang jelas bagus, gedungnya bagus, pelayanannya bagus,” ujar Diding Kamis kemarin.

Atas pencapaian yang diraih, Kepala Puskesmas Pangandaran dr Aris Rismawan mengaku sangat senang. Dr Aris menjelaskan, prestasi tersebut tidak lepas dari komitmen Pemerintah Kabupaten Pangandaran yang menginginkan pelayanan kesehatan prima untuk masyarakat.

“Kita berterimakasih kepada Pak Bupati, terutama dari sisi fasilitas dan koordinasi yang dibangun,” tambah dr Aris yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Pangandaran.

Dari sisi fasilitas, menurut dr Aris, Pemkab Pangandaran sedari awal menginginkan pelayanan Puskesmas Pangandaran setara hotel bintang tiga. Misalnya ia menggambarkan, satu ruangan hanya dua tempat tidur, dilengkapi AC, televisi, serta kamar mandi dengan kloset duduk.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran Yani Achmad Marzuki menuturkan pencapaian akreditasi merupakan komitmen Pemerintah Kabupaten Pangandaran menguatkan pelayanan kesehatan, yang sebelumnya kerap dikeluhkan warga.

“Kita sekarang pelayanan kesehatan dasar sudah gratis. Dan seluruh puskesmas sedang kita dorong terakreditasi,” kata Yani.

Dia melaporkan, saat ini di Kabupaten Pangandaran terdapat 15 Puskesmas. Dari jumlah tersebut, 11 sudah terakreditasi dengan predikat dasar, madya hingga utama. Sementara empat sisanya, menurut Yani, baru akan diajukan tahun ini.

Rayakan Hari Raya Imlek dan Ceriakan Pasien RS Siloam Bagi-bagi Angpao

Gambar: Tribunnews.com

Tahun baru Imlek yang jatuh pada hari Selasa kemarin juga dirasakan oleh pasien Siloam Hospitals di berbagai daerah. Bahkan untuk semakin menunjukkan perayaan Imlek, pihak rumah sakit Siloam membagikan angpao kepada pasien rawat inap yang merayakannya.

Amelia Hendra, Commercial Group Head Siloam Hospitals Group menjelaskan bagi-bagi angpao Imlek ini merupakan bagian dari kegiatan Customer Centric Initiatives pada hari-hari besar.

“Kegiatan Customer Centric Initiatives yang dilaksanakan secara rutin ini merupakan salah satu budaya pelayanan Siloam Hospitals yang bertujuan untuk menciptakan pengalaman positif pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit,” ujar Amelia Selasa kemarin.

Amelia menambahkan, pembagian angpao di Tahun Baru Imlek ini melambangkan kegembiraan dan semangat untuk membawa nasib baik. Amelia juga berharap kegiatan ini bisa turut meringankan beban pasien yang harus terbaring sakit saat Tahun Baru Imlek.

“Momen Imlek identik dengan berkumpul dan bersantap bersama dengan keluarga. Beberapa dari pasien kami ada yang terpaksa melewatkan momen tersebut karena harus menjalani perawatan di rumah sakit. Pada momen tahun baru Imlek ini, kami ingin meringankan sedikit beban dari pasien dan berbagi kebahagiaan Imlek melalui bingkisan sederhana perlambang sukacita,” Selamat Tahun Baru Imlek. Gong Xi Xin Nian,” imbuh Amelia.

Amelia tidak lupa menambahkan Siloam Hospitals akan terus berusaha untuk dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat agar dapat menikmati dan mendapatkan fasilitas kesehatan berkualitas, salah satunya dengan berinvestasi pada pengembangan rumah sakit baru di beberapa kota di Indonesia.

“Siloam Hospitals Group juga mengembangkan kemampuan intelektual dengan berinvestasi pada sumber daya manusia yang handal, teknologi baru, termasuk sistem informasi yang canggih serta sistem manajemen operasional yang inovatif,” tambahnya.

Robot Pembedahan Tulang Belakang Terbaru Mazor X Stealth Edition Dari Medtronic

medgadget.com

Medtronic, bersama Mazor Robotic, perusahaan teknologi pembedahan dari Israel, baru saja meluncurkan Mazor X Stealth Edition di Amerika Serikat (AS). Sistem ini mencakup, perencanaan, alur kerja, eksekusi prosedural, dan kemampuan konfirmasi untuk menempatkan instrumen dan peralatan selama pembedahan.

“Jarang ditemukan sektor besar seperti teknologi robotik dan navigasi bergabung kedalam platform tersendiri seperti yang ada pada Mazor X Stealth Edition. Bersamaan, sistem ini akan menyediakan eksekusi yang lebih dapat diprediksi dan diandalkan dari prosedur alur kerja kami.” Ujar Jeffrey Gum, M.D., ahli bedah ortopedik di Norton Leatherman Spine, salah satu instalasi yang sudah mendapatkan perangkat tersebut.

“Perencanaan pembedahan komputerisasi, penilaian 3D untuk anatomi tulang belakang, panduan robotik dan feedback navigasi langsung dirancang untuk menyediakan akurasi yang lebih baik dalam prosedur pembedahan.”

Sistem ini memadukan software Stealth Medtronic dengan teknologi robot sebelumnya milik Mazor, sebagaimana yang dinyatakan pihak perusahaa, “untuk menyediakan prediktabilitas dan fleksibilitas alur kerja melalui panduan pencitraan real-time, visualisasi dan navigasi yang ditampilkan oleh perencanaan interaktif 3D dan sistem informasi yang dimiliki.” Perangkat ini menggunakan kamera 3D, penanda panduan, dan tangan robot untuk menjaga pantauan berkelanjutan atas lokasi peralatan dan instrument yang berhubungan dengan tulang belakang dan posisinya sesuai dengan yang direncanakan.

Urai Antrean Pasien Kanker, Kemenkes Siapkan 11 RS Rujukan Nasional Dengan Layanan Kanker

tirto.id

Panjangnya antrean berobat masih jadi tantangan dalam penanganan kanker di Indonesia. Sebagian besar pasien terlalu lama berada di daftar tunggu sehingga tidak bisa mendapat penanganan dengan segera.

Kementerian Kesehatan RI mengatakan akan terus mengoptimalkan fasilitas yang ada. Sejumlah rumah sakit rujukan nasional telah dilengkapi dengan fasilitas pelayanan kanker.

“Dari 14 rumah sakit rujukan nasional, 11 di antaranya sudah cukup memadai untuk kasus kanker. Jadi harapannya, 14 itu supaya tidak semua pasien yang sebenarnya bisa ditangani di daerah dikirim ke Dharmais, RSCM atau RS lain di Jakarta,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Cut Putri Arianie, saat ditemui di Gedung Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kamis kemarin.

Untuk ke depannya, fasilitas pelayanan kanker akan ditambahkan. Namun dalam prosesnya memang membutuhkan proses yang cukup panjang.

“Jadi di distribusinya di daerah juga bisa jadi pengobatan kanker. Nanti secara bertahap akan dipenuhi. Karena kita tahu, untuk membangun distribusi nggak murah. Sekarang dari 11 diantaranya sudah bisa menangani kanker ini sudah hampir memenuhi target yang diharapkan,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite Penanggulanan Kanker Nasional, Prof Dr dr Soehartati, SpRad, Onk.Rad, berujar memang dalam penyelenggaraannya jumlah rumah sakit rujukan belum cukup sehingga direncanakan pengoptimalan seperti membuka Cancer Center 24 jam.

“Mungkin memang jumlah ini masih kurang, tapi dengan tadi yang direkomendasikan 24 jam operasi diharapkan bisa mengurangi antrian,” tambah dr Tati.

Untuk di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Tati mengatakan hingga saat ini tidak ada penumpukan antrean atau daftar tunggu karena memberlakukan jam kerja yang lebih lama dari biasanya.

“Kita di RSCM kerja sampai jam 9-10 hanya untuk mengurangi daftar tunggu. Kalau memang ada hambatan, kadang-kadang karena masalah sistem rujukan BPJS,” pungkas dr Tati.

Perangkat Fotonik Genggam Terbaru Untuk Mengukur Kekakuan Arteri

strategicwater.be

Kolaborasi besar sembilan organisasi riset Eropa, termasuk Imec dan raksasa perangkat kesehatan Medtronic, mengembangkan perangkat purwarupa yang membantu pengukuran cepat dan mudah untuk arterial stiffness (kekauan arteri). Teknologi ini terbilang penting, karena kekakuan arteri adalah penanda tingginya tekanan darah, namun belum ada metode handal yang dapat mengukurnya tanpa harus membutuhkan peralatan khusus dari kardiologis.

Peralatan ini berbentuk mirip pengering rambut, namun mampu memancarkan sinar laser berkekuatan rendah yang berfungsi dengan chip fotonik silikon khusus untuk mendeteksi pergerakan yang sangat kecil dari kulit yang berada diatas arteri. Untuk menggunakan perangkat ini, operator, yang tidak membutuhkan pelatihan khusus, cukup hanya harus mengarahkannya ke arteri yang sudah diketahui berada dekat kulit dan segera menembakkan laser untuk mengenainya. Scanner kemudian akan memantau pergerakan kulit dan menerjemahkannya kedalam pengukuran Aortic Pulse Wave Velocity (aPWV), sehingga kekakuan arteri bisa dianalisis.

Perangkat ini seharusnya berharga murah, yang direncenakan diproduksi setelah feasibility studynya selesai. Purwarupa pertama sudah diujicoba terhadap 100 pasien di Georges Pompidou European Hospital di Paris, Prancis, termasuk pada penderita gangguan kardiovaskuler. Studi tersebut menunjukkan korelasi positif dengan metode lama dalam pengukuran kekakuan arteri dan para peneliti yakin beberapa tahun mendatang produk ini akan menjadi sangat umum digunakan bagi para praktisi kesehatan.

Menkominfo Prediksi Tahun Ini Akan Ada Startup Unicorn Dari Sektor Kesehatan

Gambar: Techcrunch

Setelah sektor transportasi dan e-commerce Indonesia sukses menjadi Unicorn, tahun ini akan ada startup asal Indonesia yang mengikuti jejak yang sama. Namun kali ini salah satunya akan datang dari sektor Kesehatan. Hal tersebut diprediksi oleh Menkominfo Rudiantara.

“Kesehatan sebetulnya nomor dua secara teoritis setelah pendidikan, karena 5% APBN kita untuk kesehatan,” kata Rudiantara sebagaimana dikutip dari Kompas.com. Menkominfo menambahkan bahwa perkembangan sektor tersebut sudah cukup baik sejauh ini.

Selain sektor kesehatan, sektor travel (pariwisata) dan pendidikan juga menjadi kandidat yang memiliki potensi besar.

Untuk diketahui, Unicorn adalah fase dimana sebuah startup memiliki valuasi di atas USD 1 juta. Saat ini startup asal Indonesia yang sudah menyandang gelar tersebut adalah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan BukaLapak.