spot_img

Mitra Rajawali Banjaran Kembangkan HBOT, Apa Fungsinya?

Ilustrasi HBOT. Gambar: hyperbaric-chamber.com

PT Mitra Rajawali Banjaran, salah satu anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), saat ini telah mengembangkan dan meproduksi Hyperbaric Chamber Oxygen Therapy (HBOT).

Direktur PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB) Agus Suryanto mengatakan bahwa ekspansi ini merupakan upaya mengembangkan portofolio bisnis melalui inovasi dan terobosan sehingga bisa meningkatkan daya saing di tengah ketatnya kompetisi industri alat kesehatan (alkes) nasional dan global.

Produksi HBOT sendiri, lanjut Agus, secara resmi telah dimulai sejak 4 Oktober 2019 di pabrik MRB yang berlokasi di Banjaran, Bandung. Dia menjelaskan HBOT merupakan terapi sistemik dalam dunia kedokteran konvensional.

Terapi ini, bermanfaat untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit, seperti komplikasi Diabetes Melitus, gangguan ginjal, jantung, lever, serta terapi kecantikan dan kebugaran.

“Produksi HBOT disupervisi langsung oleh Laksamana Pertama (Purn. TNI AL) Prof. DR. M. Guritno S. dr. SMHS. DEA, yang merupakan ahli HBOT, professor of Sub-Aquatic and Hyperbaric Medicine Académie Nationale de Médecine, Paris, France,” paparnya.

Agus mengatakan beberapa tipe produk HBOT yang akan diproduksi MRB adalah Hype 6002, Hype 8002, Hype 8004, Hype 10002, dan Hype Animal Chamber. Menurutnya, setiap tipe memiliki spesifikasi yang berbeda tergantung ukuran yang dibutuhkan oleh pelanggan dan disesuaikan dengan ketersediaan ruangan.

Produksi produk tersebut bekerja sama dengan PT Mitra Multi Teknomedika, sedangkan pendistribusiannya memanfaatkan jaringan distribusi RNI Group, khususnya melalui PT Rajawali Nusindo.

“Outlet-nya tersebar di seluruh provinsi di Indonesia serta telah berpengalaman dalam bidang distribusi dan perdagangan produk farmasi dan alkes,” pungkas Agus.

Alodokter Amankan Pendanaan Seri C Sebesar 33 Juta Dolar AS

Gambar: Alodokter

Alodokter, startup kesehatan asal Indonesia dikabarkan menerima pendanaan seri C senilai 33 juta dolar Amerika Serikat. Pendanaan ini dipimpin oleh Sequis Life dan partisipasi dari beberapa inverstor lain seperti Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners, Softbank Ventures Asia dan Golden Gate Ventures. Dua nama yang disebut terakhir juga merupakan investor pada pendaan seri sebelumnya.

CEO Alodokter Nathanael Faibis mengatakan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk memperluas jaringan kerja sama dengan rumah sakit serta pengembangan layanan asuransi termutakhir. Adapun pada 2018, Alodokter juga telah meluncurkan asuransi kesehatan bernama Proteksi Alodokter.

“Melalaui asuransi tersebut, pemegang polis dapat berlangganan, membayar, dan melakukan proses klaim langsung melalui aplikasi. Mereka juga dapat mengakses serangkaian fitur premium, seperti konsultasi unlimited dengan dokter spesialis dan layanan rumah sakit terbaik,” ujarnya.

Di sisi lain, lanjut Nathanael, sistem kesehatan Indonesia mengalami perkembangan signifikan selama 10 tahun terakhir dan lebih terbuka terhadap inovasi digital. Hal itu membuat Alodokter mengalami perkembangan pesat semenjak diluncurkan dengan lebih dari 20 juta pengguna aktif setiap bulannya.

Sementara itu, CEO Sequis Life Tatang Wijaya menyampaikan bahwa terlepas dari jumlah pengguna yang besar, visi Alodokter yang jelas dan kuat dalam memberikan keakuratan medis di setiap layanan, menjadi alasan mengapa pihaknya mau berinvestasi.

“Kami akan selangkah lebih dekat untuk mewujudkan tujuan kami dalam menciptakan teknologi dan metode terbaru, serta meraih segmen pasar dan pelanggan Indonesia yang belum terjangkau,” tandas Tatang.

Sucofindo Resmikan Laboratorium Uji Sterilitas Alkes

Gambar: Kontan

PT SUCOFINDO dikabarkan meresmikan fasilitas laboratorium uji Sterilitas untuk Alat Kesehatan (alkes) di Laboratorium sentral SUCOFINDO Cibitung, Bekasi Jawa Barat.

Dirut SUCOFINDO, Bachder Djohan Buddin mengatakan bahwa pihaknya siap membantu program pemerintah sesuai amanat undang-undang melaksanakan pengujian sterilitas untuk menganalisa steril atau tidaknya suatu produk kesehatan, terutama alat kesehatan (alkes) yang terkait dengan perlengkapan medis.

Sementara itu, Direktur Komersial 2 SUCOFINDO, , Haris Witjaksono mengatakan bahwa Laboratorium uji sterilitas SUCOFINDO dibangun, salah satunya dalam rangka mendukung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pengawasan alat kesehatan yang beredar di wilayah Indonesia, dan membantu memastikan kelayakan izin edar alkes.

“Untuk mendukung pemerintah dalam penerapan regulasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan membantu memastikan produk yang beredar memenuhi standar sehingga konsumen dapat memperoleh produk yang aman dan berkualitas, maka dari itu Laboratorium SUCOFINDO mampu memberikan pelayanan terbarunya dalam pengujian radio frekuensi untuk produk telekomunikasi serta pengujian fotobiologis untuk produk luminer (produk pencahayaan),” sebut Haris.

Fasilitas laboratorium SUCOFINDO ini tersebar di 57 titik layanan di seluruh Indonesia dan mereka selalu siap berinovasi dalam memenuhi kebutuhan pengujian alkes di dalam negeri dan mendukung pertumbuhan industri di Indonesia.

“Tidak henti-hentinya SUCOFINDO terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan terbaik bagi para pelaku usaha, membantu perlindungan konsumen dan selalu berinovasi guna mendukung kepentingan bisnis,” pungkas Bachder.

Helm Ini Bisa Membantu Penderita Rambut Rontok berlebihan

Gambar: WONTECH

WONTECH, sebuah perusahaan teknologi asal Korea Selatan membuat sebuah produk unik yang berguna bagi orang yang mengalami rambut rontok berlebihan.

Perangkat berbentuk helm dan diberi nama HairBoom ini akan memberikan terapi laser berdaya rendah ke kulit kepala. Perawatan semacam ini telah terbukti membantu meningkatkan aliran darah di sekitar folikel rambut, meningkatkan oksigenasi pada jaringan di sekitarnya, menghasilkan lebih banyak pertumbuhan rambut dan meningkatkan kualitas rambut.

HairBoom memiliki desain seperti helm sepeda dan dmemiliki berat hanya 600 gram. WONTECH sendiri berharap berharap bahwa ini akan membuat pengguna nyaman untuk menggunakannya.

 

Namun perangkat ini baru beredar di pasar Korea Selatan dan Amerika Serikat. Belum ada keterangan resmi kapan akan masuk ke pasar Asia Tenggara khususnya Indonesia.

Athari, Popok Halal Pertama di Indonesia Resmi Diluncurkan

Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, sehingga tak heran dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia terutama yang memeluk agama Islam tak lepas dari kebutuhan produk bisa dipertanggung jawabkan kehalalannya. Salah satunya adalah kebutuhan popok untuk balita.

Melihat hal ini, PT. Buah Hatiku Global meluncurkan popok halal pertama di Indonesia dengan merk Athari. Dikatakan halal lantaran proses produksinya sangat memikirkan nilai-nilai syariah. Sehingga telah mendapatkan rekomendasi dari Pengurus Nadlatul Ulama, Pengurus Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Popok ini sendiri juga telah telah teruji secara klinis oleh Primer Koperasi Ikatan Dokter Indonesia dalam setiap bahan baku yang digunakan dan proses produksinya. Sehingga terbukti layak digunakan oleh bayi dan anak.

“Dengan hadirnya Athari kami berharap dapat menjawab kebutuhan popok halal dan berkualitas untuk masyarakat khususnya keluarga muslim Indonesia, terlebih Athari telah melalui beberapa proses dan tahapan untuk itu.” Jelas Dr. Ferry Rahman, M.KM selaku GM Premier Koperasi IDI yang juga sebagai Sekertaris IDI DKI Jakarta.

Tak hanya itu, menurut pihak produsen, popok ini juga dijamin tidak akan menimbulkan penyakit kulit seperti ruam hingga infeksi jamur bagi balita. Karena diklaim mampu menyerap air dalam 15 detik saja.

“Berangkat dari anak saya yang alergi tingkat tinggi, seperti saya juga alergi tinggi dan istri autoimun. Jadi susah sekali pakai popok apa saja pasti ruam. Kita riset bagaimana ruam si bayi, setelah sekian lama, kita gunakan food grade gel itu satu popok yang pertama gunakan kandungan gel,” ujar Ferryandi selaku CEO PT. Buah Hatiku Global.

Dalam pengujiannya, lanjut Ferryandi, Athari telah dicoba kepada bayi dan orang tua selaku responden, termasuk anaknya yang berusia 8 bulan. Setelah menggunakan popok Athari, alerginya tidak lagi kambuh.

Saat ini Athari memproduksi tiga klasemen, yaitu Athari Proteksi Ekslusif, Athari Proteksi Total dan Athari Proteksi Premium. Untuk popok standar limbah gel tersebut dapat digunakan sebagai pupuk taman hidroponik. Sedangkan untuk popok premium memiliki keunggulan lebih karena masuk dalam kategori limbah biodegradable yang artinya limbah popok tersebut dapat hancur atau terurai oleh organisme hidup lainnya, baik di tanah maupun air. Sementara dari sisi harga popok halal ini bisa terbilang amat terjangkau.

Dari sisi harga popok halal ini fokus pada pasar menengah kebawah sehingga harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Harga popok Athari dibandrol mulai dari Rp 30.000. Dengan harga tersebut, masyarakat khususnya para ibu bisa mempunyai pilihan lain dalam memilih popok untuk si buah hati, khususnya yang berkualitas, terjangkau dan halal.

Untuk memperoleh popok halal ini masyarakat dapat berkunjung website resmi Athari di www.athari.id, social media Athari dan distributor resmi yang telah ditunjuk. Kedepannya Athari punya visi menguasai market share sebersar 10%, Lima tahun kedepan Athari menargetkan bisa ekspor ke negara timur tengah yang fokus pada market halal. Jangka panjangnya, PT. Buah Hatiku Global ingin memiliki pabrik sendiri dan menjadi pemain utama di Indonesia, di Asia Tenggara bahkan dunia.

Philips Berkomitmen Terus Lakukan Inovasi Teknologi Kesehatan

Presiden Direktur Philips Indonesia, Pim Pressman

Perusahaan multi nasional Philips selama ini dikenal memang dengan produk elektronik dan pencahayaannya. Namun sebenarnya mereka juga mengembangkan berbagai produk teknologi kesehatan. Bahkan pada tahun 30-an Philips sudah memboyong alat X-Ray mereka ke Indonesia.

Pim Pressman, Presiden Direktur Philips Indonesia menyatakan bahwa mereka sangat berkomitmen dengan inovasi.

“Kami sangat berkomitmen dengan inovasi sehingga kami terus berinovasi terhadap produk kami. Kami juga mengalokasikan 10% dari hasil penjualan untuk research and development,” ungkap dia.

Perusahaan yang berkantor pusat di Amsterdam, Belanda, ini memang sedang gencar mengembangkan teknologi kesehatan. Philips memiliki fokus memberikan layanan kesehatan yang berkelanjutan, mulai dari gaya hidup sehat dan pencegahan, diagnosis, pengobatan, hingga perawatan di rumah.

Hingga saat ini inovasi teknologi kesehatan yang diproduksi Philips sudah banyak yang digunakan di Indonesia. “Mungkin kurang diketahui karena modelnya bisnis ke bisnis. Tapi untuk kalangan yang membutuhkan seperti rumah sakit, Philips sangat dikenal,” tambah Pim.

Semua produk Philips yang ada saat ini sudah berinovasi menjadi digital. Dalam bidang kesehatan, kata Pim, digitalisasi diharapkan dapat menolong dokter untuk mendiagnosa pasien secara akurat, sehingga dapat memberikan penanganan yang sesuai. “Misi kami dapat menyentuh 3 miliar orang di seluruh dunia pada 2030,” jelasnya.

Di bidang teknologi kesehatan ini Philips mengharapkan adanya kemitraan jangka panjang dengan instansi kesehatan. “Karena peralatan kesehatan ini usianya mungkin hanya 10 tahun. Dengan kemitraan yang panjang, kami ingin bisa terus memberikan perbaruan teknologi kesehatan seiring waktu,” tandas Pim.

Kapal Apung TNI AL Ini Miliki Fasilitas Setara Rumah Sakit

Pembangunan Kapal Bantu Rumah Sakit TNI AL dikabarkan telah memasuki tahapan pemasangan lunas kapal (keel laying). Pembuatannya sendiri diakukan di Grand Assembly Divisi Niaga PT PAL Indonesia.

Kepala Divisi Corporate Secretary PT PAL Indonesia Rariya Budi mengatakan bahwa tahapan keel laying ini merupakan bagian yang penting dalam proses produksi Kapal Bantu Rumah Sakit ini.

“Tahapan keel laying ini esensial sekali karena nantinya usia kapal akan dihitung sejak pertama kali pemasangan lunasnya,” ujar Rariya seperti MedX kutip dari situs Tempo.

Rariya melanjutkan, kapal rumah sakit ini, kata Rariya, memiliki panjang 124 meter dan lebar 21,8 meter. Kapal ini mampu mengakomodasikan pasukan, kru, dan pasien sebanyak 651 orang. Beratnya 7.300 ton dan dapat melaju dengan kecepatan maksimal 18 knot serta mampu menampung 2 unit helikopter di dek dan 2 unit ambulans boat.

Rariya mengatakan kapal dengan nomor pembangunan W000302 tersebut dilengkapi dengan berbagai fungsi medis hingga tindakan medis. Sehingga bisa dibilang setara dengan sebuah rumah sakit

Sementara itu, kepala Proyek Kapal, Adenandra Sulistyo juga menjelaskan tentang detail fungsi-fungsi kapal tersebut.

“Fungsi asasinya adalah kapal bantu sehingga untuk fungsi rumah sakit itu adalah fitur khusus yang ditambahkan pada platform kapal. Standar yang akan diacu adalah seperti rumah sakit tipe C di darat, yakni rumah sakit yang biasanya didirikan di kabupaten atau kota. Tetapi ini diaplikasikan di laut.

Lebih lanjut, dirinya memaparkan bahwa kapal bantu rumah sakit tersebut diproduksi tidak hanya melihat aspek tujuan untuk misi kemanusiaan atau untuk diplomasi internasional.

“Untuk keterkaitan dengan rumah sakit mengapung maka harus diperhatikan aspek seaworthiness atau syarat kapal dapat melakukan perjalanan laut. Tidak seperti rumah sakit di darat, untuk yang di laut pasti ada langkah khusus sehingga kegiatan medis dapat dilaksanakan,” sebut Adenandra.

Sedangkan Asisten Logistik Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muda Moelyanto mengatakan bahwa tujuan proses produksi kapal rumah sakit ini juga sebagai pengabdian kepada masyarakat.

“Jadi ini dilakukan untuk pengabdian masyarakat sebagai manifestasi kehadiran pemerintah untuk membantu apabila terjadi bencana alam dalam hal untuk pengungsian hingga bantuan-bantuan kemanusiaan,” tutup Moelyanto.

Penggunaan Fasilitas JKN Terus Meningkat Sejak 2014, Segini Jumlahnya

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan tercatat sampai dengan bulan Agustus 2019 telah digunakan sebanyak 277,9 juta kali oleh pesertanya.

Adapun yang terbanyak digunakan adalahFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Termasuk di sini adalah Puskesmas dan dokter praktik perorangan, kunjungan ke poliklinik rawat jalan di rumah sakit, dan kunjungan rawat inap di rumah sakit.

Data tersebut juga mencatat bahwa sejak JKN diselenggarakan pada 2014, penggunaannya terus meningkat. Pada tahun pertama penyelenggaraan, total pemanfaatan JKN berjumlah 92,3 juta kunjungan, 2015 meningkat menjadi 146,7 juta, tahun 2016 jadi 192,9 juta, 2017 meningkat lagi menjadi 219,6 juta, 2018 menjadi 233,75 juta, dan tahun ini hingga Agustus mencapai 277,9 juta kali.

Selain pemanfaatan, peningkatan juga terjadi pada cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Total cakupan kepesertaan JKN per 30 September 2019 sebanyak 221,2 juta jiwa atau kurang lebih 84 persen dari jumlah penduduk. Pada 2018 cakupan kepesertaan JKN mencapai 207 juta jiwa, dan pada 2017 kepesertaan JKN mencapai 187,9 juta jiwa.

Terkait hal tersebut, pemerintah Indonesia mengaku akan terus berupaya mengirimkan tenaga medis di semua daerah di Indonesia, terutama di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan yang harus merata untuk seluruh wilayah. Kementian Kesehatan tengah mengupayakan hal tersebut di antaranya melalui program Nusantara Sehat di Puskesmas dan Pemberdayaan Dokter Spesialis di rumah sakit.

Tak hanya itu, Menteri Kesehatan Nila Moeloek juga menegaskan bahwa pemerintah berjanji akan mempermudah akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dan kelengkapan alat kesehatan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan.

“Peningkatan cakupan kepesertaan JKN terus kita upayakan untuk mencapai Universal Health Coverage (UHC). Di mana masyarakat sudah terjamin semua secara pembiayaan kesehatan,” pungkas Nila.

Alat Ini Bisa Memprediksi Ledakan Emosi dan Agresifitas Anak Dengan Autisme

Purwarupa perangkat Q-Sensors. Gambar: medgadget.com

Anak-anak dengan autisme acapkali menjadi sulit dikendalikan. Ledakan emosi dan agresifitas yang tiba-tiba merupakan tantangan tersendiri bagi keluarga dan pengasuh.

Terkait hal tersebut, sebuah perusahaan kesehatan teknologi asal Amerika Serikat bernama Affectiva, membuat sebuah perangkat bernama Q-Sensor. Alat ini diklaim mampu mengidentifikasi tingkat aktivitas elektrodermal sehingga bisa sebagai indikator untuk mensiasati ledakan emosi yang tiba-tiba pada anak-anak autis.

Dikutip dari situs Medgadget.com, penelitian ini melibatkan delapan anak-anak dengan kasus gangguan spektrum autisme parah yang harus memakai Sensor-Q baik di pergelangan tangan atau pergelangan kaki mereka. Mereka dipantau dan perilaku mereka dianalisis dan diberi peringkat dalam hal tingkat agresifitas dan prilaku.

“Lonjakan aktivitas elektrodermal memberi tahu kita bahwa tubuh individu bereaksi secara fisiologis terhadap sesuatu yang membuat stres, yang bisa berupa keadaan internal mereka, sesuatu di lingkungan, atau kombinasi keduanya,” kata Bradley Ferguson, peneliti utama dari studi ini muncul dalam jurnal Frontiers in Psychiatry.

Jika orang tua atau pengasuh diberitahu sebelumnya bahwa tingkat stres anak mereka meningkat, lanjut Bradley,  mereka mungkin memiliki kesempatan untuk mensiasati agar hal tersebut tidak semakin parah.

Namun sayangnya perangkat ini masih belum dijual secara resmi. Pihak Affectiva dan sejumlah peneliti dari University of Missouri masih menyempurnakan alat ini hingga nanti siap diluncurkan di pasar.

Ingin Beri Kemudahan Bagi Perserta, BPJS Kesehatan Resmi Gandeng Halodoc

GambarL Republika

Pengelola BPJS Kesehatan resmi meggandeng startup kesehatan Halodoc untuk mengembangkan layanan kesehatan berbasis digital. Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman pada Kamis, 10 Oktober 2019.

Nantinya kedua pihak akan bersama-sama menggabungkan sumber daya yang mereka miliki guna memberikan kemudahan bagi peserta BPJS Kesehatan. CEO Halodoc, Jonathan Sudharta, menyampaikan bahwa kerja sama ini membuka kesempatan bagi kami guna memperluas akses dan layanan kesehatan yang tak hanya terpusat di kota-kota besar melainkan menjangkau masyarakat di daerah terpencil, terlebih mengingat BPJS Kesehatan memiliki basis pengguna terbesar di Indonesia.

“Kami melakukan kerja sama untuk merumuskan langkah-langkah terbaik,” ujar Jonathan.

Kendati begitu, Jonathan mengaku kerja sama belum memiliki gambaran kerja sama bisnis yang lebih detail ke depan. Halodoc dan BPJS Kesehatan, lanjut dia, saat ini masih dalam tahap komunikasi untuk merembuk rencana yang akan digarap bersama guna pengembangan teknologi

Sementara itu, Direktur Teknologi Informasi BPJS Kesehatan Wahyuddin Bagenda mengatakan bahwa kerja sama ini akan menjadi langkah awal dari pengembangan teknologi di sektor kesehatan Indonesia. Menurutnya, hal ini sejalan dengan fokus pihaknya guna mengoptimalkan kualitas layanan.

Salah satunya adalah Mobile Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan transformasi digital dari layanan administrasi kepesertaan yang selama ini dilakukan di kantor cabang.

“Melalui penggabungan keahlian dari Halodoc di bidang teknologi, kami berharap dapat melengkapi pengalaman pengguna akan fasilitas kesehatan dengan lebih inklusif, efisien, dan efektif,” ujarnya.

Adapun, pada tahap awal kerja sama ini, peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) akan mendapatkan akses dan layanan kesehatan secara digital Halodoc, seperti konten promosi kesehatan yang terintegrasi dengan aplikasi Mobile JKN BPJS Kesehatan.

Untuk diketahui, per September 2019, jumlah peserta JKN-KIS telah mencapai lebih dari 221 juta jiwa atau lebih dari 83% total populasi penduduk Indonesia. Sementara, tercatat lebih dari 50% pengguna Halodoc merupakan penduduk luar pulau Jawa, dan 74% diantaranya tinggal di luar Jakarta dan Surabaya.