spot_img

7 Layanan Unggulan RSUD Karawang Diresmikan Menkes, Apa Saja?

RSUD Karawang
Tampak depan RSUD Karawang. Foto: FaktaJabar.co.id.

Menkes mengapresiasi upaya RSUD Karawang dalam melakukan perbaikan dan pengembangan Center of Excellent. Ia berpendapat bahwa hal ini akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, terutama untuk penyakit-penyakit berat yang banyak menimpa masyarakat Jawa Barat.

Menkes menyoroti bahwa saat ini Indonesia mengalami masalah besar dengan penyakit-penyakit berat seperti stroke, jantung, kanker, dan ginjal. Keempat penyakit ini merupakan penyebab utama kematian dan biaya kesehatan di Indonesia, sehingga diperlukan penanganan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa.

“Di Indonesia, orang yang sakit paling banyak stroke, diikuti jantung dan kanker. Kita harus kerja berdasarkan prioritas. Jadi stroke harus diselesaikan dulu,” ujar Menkes, dilansir dari situs Sehat Negeriku, Sabtu (15/7).

Saat ini masih banyak daerah yang belum bisa menangani stroke dengan baik. Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, hanya 44 kota yang bisa menangani stroke di waktu yang kritis (golden period). Menkes menilai, hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara sumber daya manusia dan alat kesehatan.

Menkes menyatakan, masalah ketidakseimbangan ini tidak hanya terjadi pada penyakit stroke, tetapi juga pada tiga penyakit berat lainnya.

Revitalisasi Pelayanan Kesehatan RSUD Karawang

Melihat situasi itu, RSUD Karawang berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan melakukan perubahan dan pembaharuan Center of Excellence. Tujuannya adalah untuk memberikan layanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat Jawa Barat.

Perubahan tersebut dilakukan dengan mengembangkan tujuh pusat layanan unggulan. Antara lain Karawang Cancer Center, Karawang Heart and Vascular Center, Karawang Woman and Child Center, Karawang Uro-Nefro, Karawang Aesthetic Center, Karawang Stroke Center, dan Pain Center.

Menkes berkeinginan, praktik RSUD Karawang dalam membangun Center of Excellence dapat ditiru oleh rumah sakit lain terutama RS di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.

“Tugas RSUD Karawang bukan hanya bekerja di tempatnya sendiri, tetapi juga harus bisa mengajarkan dan menyalurkan kemampuannya ke rumah sakit lain di Provinsi Jawa Barat,” ucap Menkes.

Fitra Hergyana, Plt. Direktur RSUD Karawang menjelaskan bahwa program transformasi Center of Excellent terwujud salah satunya berkat program pengampuan layanan prioritas. Program ini dilakukan oleh rumah sakit vertikal Kemenkes, sesuai dengan bidang keahliannya.

“RSUD Karawang adalah rumah sakit rujukan untuk Provinsi Jawa Barat, yang akan melayani 27 kabupaten/kota di provinsi ini. Untuk itu, kami berusaha meningkatkan kualitas SDM Kesehatan, alat kesehatan, dan layanan kesehatan kami. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan Center of Excellent yang dapat memberikan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi untuk masyarakat,” jelasnya.

 

Perspebsi Gelar Pertemuan Nasional di Lombok, Bahas Transformasi Layanan Bedah Saraf

layanan bedah syaraf
Pertemuan Perspebsi di Lombok. Foto: Lombok Post.

Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (Perspebsi) mengadakan pertemuan tahunan berlokasi di NTB. Tujuan dari pertemuan ilmiah ini adalah untuk membahas transformasi layanan bedah saraf di Indonesia.

Ketua Umum Perspebsi dr Joni Wahyuhadi mengatakan, pertemuan ini sangat penting untuk mendapatkan masukan terbaru tentang praktik klinis bedah saraf. Misalnya, tentang saraf kejepit, bagaimana cara mendiagnosis dan mengobatinya dengan baik.

Praktik klinis bisa berubah setiap tahun, karena ada penelitian baru dan pengalaman dokter-dokter dunia dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut.

”Hasilnya akan dibukukan, yang akan menjadi acuan untuk menyusun praktik klinis bedah saraf,” katanya dilansir dari Lombok Post, (15/07/23).

Pertemuan Perspebsi juga membahas tentang pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Menurut Joni, transformasi pelayanan kesehatan membuat masyarakat menjadi pelaku, bukan lagi penerima dalam pelayanan.

Oleh karena itu, masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Agar mencapai hal itu diperlukan proses yang panjang. Misalnya ketersediaan tenaga kesehatan hingga fasilitasnya perlu menunjang.

Perlunya Transformasi Layanan Bedah Saraf

Menurut Joni, masih banyak rumah sakit di Indonesia yang belum memiliki peralatan diagnosa seperti CT Scan dan MRI. ”Hanya ada 171 rumah sakit yang memiliki CT Scan. MRI lebih sedikit lagi yang memiliki,” kata Joni.

Alat-alat kesehatan untuk mendiagnosa stroke juga masih kurang di Indonesia. Banyak rumah sakit yang tidak memiliki alat untuk mendiagnosa penyakit jantung dan pembuluh darah. Alat ini biasanya berada di laboratorium kateterisasi jantung dan angiografi atau disebut juga Cath Lab.

Joni, yang juga menjabat sebagai Direktur Utama RSUD dr Soetomo, Surabaya, mengatakan, ”Di Indonesia, baru 37 rumah sakit yang memiliki Cath Lab.”

Joni berharap, pertemuan ilmiah ini dapat meningkatkan kerjasama antara dokter bedah saraf, spesialis lainnya, dan perawat. Dengan begitu, pelayanan dan pengobatan untuk masyarakat dapat lebih baik.

”Ini adalah peluang baik untuk mengembangkan bidang bedah saraf di Indonesia,” ujarnya.

Dalam pertemuan ilmiah ini, panitia juga menyelenggarakan workshop untuk meningkatkan kemampuan dokter bedah saraf dan spesialis lainnya. Ada juga 100 narasumber dari dalam negeri dan 5 dari luar negeri, yaitu India, Jepang, dan Amerika Serikat, yang berbagi ilmu dan pengetahuan baru. Hal ini diungkapkan oleh dr Rohadi, ketua panitia pertemuan ilmiah Perspebsi.

 

Warga Pesisir NTT Nikmati Layanan Kesehatan dari BPJS Kesehatan dan RS Terapung

BPJS Kesehatan dan RS Terapung
Dirut BPJS Kesehatan Prof. Ali Ghufron saat sambutan peninjauan faskes RS Terapung Ksatria Airlangga. Foto: Antara News.

Warga pesisir Nusa Tenggara Timur (NTT) kini dapat menikmati layanan kesehatan yang lebih mudah dan cepat berkat kerjasama antara BPJS Kesehatan dan RS Terapung Ksatria Airlangga. Tujuan RS terapung ini untuk memberikan layanan dan akses dan kesehatan bagi warga yang tinggal di daerah terpencil dan sulit dijangkau.

Prof Ali Ghufron selaku Direktur Utama BPJS Kesehatan memberikan apresiasi kepada Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya dan Yayasan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga. Ucapan tersebut atas inisiatif mereka memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat di daerah-daerah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kami sangat menghargai adanya layanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit (RS) Terapung Ksatria Airlangga. Mereka langsung memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang tidak memiliki akses pelayanan kesehatan,” ujar Prof Ali Gufron, dilansir dari Antara (16/07/2023).

Ia menambahkan semua pasien yang memeriksakan diri di RS terapung itu mendapatkan jaminan dari BPJS Kesehatan. Layanan kesehatan RS Terapung akan diselenggarakan di beberapa kabupaten, antara lain Rote Ndao dan beberapa tempat di Pulau Sumba. Contohnya Kabupaten Nagekeo dan Manggarai Barat yang tidak memiliki fasilitas layanan kesehatan.

Ali Gufron menyatakan ini adalah pengalaman pertamanya melihat penandatanganan kerja sama pelayanan kesehatan yang berlangsung di atas kapal. Ia berpendapat bahwa inovasi yang dilakukan oleh RS Terapung Ksatria Airlangga telah membantu pemerintah dalam mempercepat pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

“Kami pasti mendukung sepenuhnya terhadap layanan kesehatan seperti ini. Agar masyarakat di wilayah terpencil dan jauh dari akses pelayanan kesehatan dapat menikmati layanan kesehatan yang setara dengan wilayah perkotaan,” tutur Ali Gufron.

Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa negara hadir untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan masyarakat dapat merasakan keuntungan dari Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Layanan Kesehatan BPJS Kesehatan dan RS Terapung untuk Semua Orang

Ali Ghufron juga menyampaikan bawa bagi warga yang memiliki KTP bisa datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Ia menambahkan RS Terapung Ksatria Airlangga juga memberikan layanan kesehatan di wilayah-wilayah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan seperti di Maluku dan Papua.

Di sisi lain, Direktur Rumah Sakit terapung Ksatria Airlangga dr Agus Harianto menyampaikan bahwa rumah sakit itu memiliki 20 dokter dari berbagai bidang. Tenaga medis tersebut antara lain spesialis mata, spesialis jantung, spesialis anak, spesialis kebidanan, spesialis kulit dan kelamin, spesialis THT, dan spesialis syaraf.

“Pelayanan di RS Terapung Ksatria Airlangga lebih fokus pada wilayah yang tidak memiliki tenaga kesehatan. Kami datang dengan tim dokter yang komplit agar masyarakat segera tertangani,” ujar Agus Harianto. Ia juga sekaligus merupakan dokter spesialis bedah UGD Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya.

 

RUU Kesehatan Jadi Angin Segar bagi Startup Bioteknologi di Indonesia

startup bioteknologi
RUU Kesehatan disahkan saat sidang paripurna DPR RI. Foto: Daily Social.

RUU Kesehatan yang baru saja disahkan oleh DPR RI pada bulan Juni 2023 memberikan dukungan bagi sektor kesehatan di Indonesia, termasuk startup bioteknologi yang bergerak di bidang ini.

Startup bioteknologi adalah perusahaan yang menggunakan teknologi berbasis biologi. Tujuannya untuk mengembangkan produk atau layanan yang berkaitan dengan kesehatan, seperti vaksin, obat, alat diagnostik, atau terapi.

Pada hari Selasa (11/7), pemerintah dan DPR RI menyetujui RUU Kesehatan menjadi UU Kesehatan dalam sidang paripurna DPR RI. Salah satu hal yang menjadi pembahasan adalah penggunaan teknologi di sektor kesehatan, termasuk penggunaan bioteknologi.

Pemerintah dan DPR RI sepakat bahwa perlu ada percepatan penggunaan teknologi biomedis untuk layanan kesehatan, termasuk layanan kedokteran presisi. Penetapan RUU Kesehatan ini adalah salah satu tahap dari transformasi kesehatan untuk menciptakan arsitektur kesehatan Indonesia yang kuat, mandiri, dan inklusif.

Dante Saksono Harbuwono, Wakil Menteri Kesehatan, dilansir dari Katadata, menyampaikan dua subsektor kesehatan menarik di tahun ini. Pertama, data kesehatan dan kedua, biomedikal. Ketentuan mengenai teknologi kesehatan juga diatur. Terdapat di dalam BAB X yang terdiri dari 10 pasal, yaitu 334 – 344.

Pemanfaatan Teknologi Startup Bioteknologi di Indonesia

Pasal 337 ayat 3 menjelaskan tentang pelaksanaan inovasi teknologi kesehatan lebih lanjut. Salah satu inovasi tersebut adalah penggunaan teknologi biomedis. Penggunaan teknologi biomedis tersebut meliputi proses berikut:

  • Pengambilan
  • Penyimpanan jangka panjang
  • Pengelolaan dan pemanfaatan material berupa spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan data terkait.

Sedangkan pasal 339 ayat 1 menyatakan, penyimpanan dan pengelolaan material berupa spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan data untuk jangka panjang. Proses ini harus dilakukan oleh biobank dan/atau biorepositori.

Pemerintah juga mengharuskan penyelenggara biobank dan/atau biorepositori untuk menyimpan spesimen dan data di dalam negeri.

Bunyi pasal 340 ayat 1 adalah, “Pengalihan dan penggunaan material berupa spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi, dan/atau data ke luar wilayah Indonesia perlu memperhatikan prinsip pemeliharaan kekayaan genetika dan sumber daya hayati Indonesia.”

Peringkat Pengembangan Bioteknologi Indonesia

Dilansir dari Daily Social (12/07/2023), berdasarkan Global Biotechnology Innovation Scorecard 2021, Indonesia berada di posisi ke-52 dari 54 negara dalam hal kemajuan bioteknologi. Sudah ada banyak upaya yang berkaitan dengan industri bioteknologi yang diinisiasi di Indonesia.

Salah satunya adalah Etana, sebuah perusahaan bioteknologi asli Indonesia yang memanfaatkan teknologi mRNA dan platform viral peptides untuk membuat vaksin. Perusahaan ini memiliki visi untuk menyediakan produk bio-farmasi yang berkualitas, terjangkau, dan inovatif.

Kemudian ada juga Asa Ren yang menyatakan diri sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang berfokus pada pengelolaan data DNA. Saat ini, perusahaan ini memberikan kemudahan tes DNA langsung kepada konsumen. Di dalamnya terdapat lebih dari 360 laporan. Termasuk risiko kesehatan (predisposed risk), informasi keturunan (ancestry), dan laporan lain yang dapat dimanfaatkan untuk orang dewasa hingga anak-anak.

 

Rumah Sakit Baru di Blora Siap Beroperasi, Ini Manfaatnya bagi Masyarakat

rumah sakit baru Blora
Kepala Dinkes Kab. Blora, Edy Widayat. Foto: Tribun Muria.

Rumah sakit baru di Blora yang segera beroperasi. Rencananya segera bisa diresmikan dan melayani masyarakat pada awal 2024.

Dinkes Blora tidak henti-hentinya berusaha meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat Blora. Salah satu upayanya adalah membangun Rumah Sakit Randublatung dan Rumah Sakit Bhayangkara di Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora. Edy Widayat, Kepala Dinkes Blora, mengatakan bahwa rencananya, pada awal tahun 2024, rumah sakit tersebut sudah bisa diresmikan dan sudah bisa melayani pasien.

Edy Widayat mengungkapkan, dilansir dari Tribun Muria, Jumat (14/7/2023) bahwa targetnya adalah pada awal 2024 Rumah Sakit di Randublatung sudah bisa dioperasikan dan melayani pasien.

Sementara itu, RS Bhayangkara sepenuhnya dikelola oleh Polri. Ia mengatakan bahwa ini menunjukkan keseriusan Dinkes dalam memberi pelayanan masyarakat.

Ia menambahkan bahwa ada tiga prioritas pembangunan RSUD Randublatung tahun ini. Mulai dari bangunan ruang perawatan untuk pasien rawat inap, bangunan ruang operasi untuk pasien, dan ruang bersalin untuk ibu yang akan melahirkan.

“Sesuai dengan rencana kami. RSUD ini akan menjadi tipe D,” kata Edy Widayat.

Rumah Sakit Baru di Blora Menyiapkan SDM

Edy melanjutkan bahwa pihaknya sekarang ini sedang menyiapkan berbagai keperluan. Salah satunya termasuk pada Sumber Daya Manusia (SDM). Rencana awalnya SDM akan diambil dari RSUD Blora dan RSUD Cepu.

“Karena saat ini untuk sementara kami tidak diberikan kewenangan untuk merekrut. Dengan begitu kami mengambil SDM dari dua RSUD yang sudah ada,” lanjut mantan Camat daerah Todanan ini.

Sebelumnya puskesmas setempat sudah bisa memberikan pelayanan rawat inap. Akan tetapi seiring kebutuhan pelayanan kesehatan, populasi yang semakin meningkat, akhirnya puskesmas harus berubah menjadi RSUD.

Edy Widayat mengatakan bahwa mereka berusaha memberikan fasilitas kesehatan yang terbaik untuk Blora di wilayah selatan, karena banyak penduduk yang tinggal di sana.

Ia juga mengungkapkan bahwa untuk membangun Rumah Sakit Randublatung, tahun ini Dinkes mendapatkan dana Rp 10 Miliar. Dari jumlah itu, Rp 6 Miliar dialokasikan untuk membangun gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS).

Gedung penunjang RS Randublatung juga dibangun dengan anggaran Rp 3 Miliar. Kedua bangunan tersebut ditargetkan rampung pada 24 November 2024. Sementara itu, rehab gedung rawat jalan membutuhkan biaya Rp 1,150 Miliar dan diharapkan selesai pada 25 Oktober 2023.

Pada 2024, ada beberapa pembangunan lain yang akan dilaksanakan. Seperti menambah gedung rawat inap, IPAL, Parkir, dan pengolahan air bersih. Semua proyek tersebut diperkirakan memerlukan dana Rp 5 Miliar.

 

Causaly, Platform AI yang Menghubungkan Pengetahuan Biomedis dan Penemuan Obat

platform AI
Ilustrasi obat. Foto: Needpix.

Causaly adalah startup yang mengembangkan platform AI untuk pengembangan obat. Mereka berdiri sejak enam tahun lalu. Pendirinya adalah Yiannis Kiachopoulos sebagai CEO bersama CTO Artur Saudabayev. Mereka mengatakan bahwa perusahaan ini sudah bekerja sama dengan 12 perusahaan farmasi terbesar di dunia dan beberapa nama besar dalam penelitian medis.

Diantaranya Gilead, Novo Nordisk, Regeneron, Food and Drug Administration dan National Institute of Environmental Health Sciences.

Organisasi-organisasi ini menggunakan platform AI berbasis cloud Causaly untuk pengembangan obat. Mulai dari mengidentifikasi target apa saja untuk penelitian dan pengembangan, menentukan biomarker yang spesifik untuk target tersebut dan membantu patofisiologi untuk memahami lebih baik suatu penyakit.

Semua ini dilakukan agar dapat menentukan perbaikan apa saja yang diperlukan pada obat-obatan dan terapi. Kiachopoulos memperkirakan bahwa penggunaan platform AI Causaly dapat mengurangi 10-15 tahun waktu yang dibutuhkan untuk mengambil sebuah ide dari target hingga akhir uji coba.

Platform yang ia kembangkan menggunakan pemodelan dan perhitungan yang lebih cepat berdasarkan berbagai permutasi kimia. Tujuannya untuk mengurangi kesalahan dan kebuntuan yang kerap terjadi pada proses penemuan obat.

“Dari obat yang berhasil dipasarkan, setidaknya ada sembilan yang mengalami kegagalan,” kata Kiachopoulos, dilansir dari Techcrunch (13/07/23).

Platform AI Causaly Diharapkan Dapat Menghemat Biaya Pengembangan Obat

Pendiri Causaly Kiachopoulos juga mengungkapkan bahwa tingkat kegagalan mencapai 90%. Sementara biaya dari setiap obat yang dikembangkan berada di kisaran antara $1 milyar sampai $2 milyar.

Mereka menggunakan teknologi AI untuk membantu pengembangan obat dan penelitian biomedis. Dengan teknologi ini, Causaly dapat menghubungkan pengetahuan biomedis dari berbagai sumber. Dengan begitu mereka dapat membantu para peneliti menemukan hubungan sebab-akibat antara penyakit dan obat.

Selain itu, Causaly juga dapat melakukan perhitungan yang lebih cepat berdasarkan berbagai kemungkinan kimia dan bagaimana mereka bekerja di tubuh manusia. Dampaknya adalah diharapkan mengurangi kesalahan dan kegagalan yang sering terjadi dalam penemuan obat.

Causaly juga dapat membantu para peneliti menentukan target, tanda, dan mekanisme penyakit yang tepat, sehingga mempercepat proses uji klinis dan persetujuan regulasi. Dengan demikian, Causaly dapat menghemat biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan studi keamanan dan kemanjuran obat. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi waktu pengembangan obat yang biasanya memakan waktu lama serta biaya.

Pendanaan yang Diraih Causaly

Perusahaan ini telah mendapatkan beberapa pendanaan dari investor-investor ternama. Juli tahun ini mereka mendapatkan pendanaan $60 juta dalam putaran Seri B. Pendanaan ini akan digunakan untuk memperluas produk dan tim Causaly, serta meningkatkan hubungan komersial dengan pelanggan.

Sebelumnya pada Mei 2021, Causaly juga telah mendapatkan pendanaan $17 juta dalam putaran Seri A. Dana ini dialokasikan untuk mengembangkan teknologi AI Causaly dan memperluas pasar di Amerika Serikat dan Eropa.

 

Mengenal Meja Operasi Elektrik: Fungsi, Fitur, dan Spesifikasi

meja operasi elektrik
Meja operasi dengan tenaga listrik untuk pengaturannya. Foto: Karya Pratama.

Meja operasi elektrik adalah salah satu peralatan medis yang sangat penting dalam dunia kedokteran. Peralatan ini berbentuk seperti kursi panjang yang dapat diatur sudut dan ketinggiannya menggunakan tombol atau remote control.

Perangkat ini memiliki banyak fungsi, fitur, dan spesifikasi yang dapat membantu dokter dan perawat dalam melakukan prosedur bedah. Dengan kehadiran meja seperti ini dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan pasien selama operasi.

Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh tentang meja operasi elektrik, mulai dari fungsi, fitur, hingga spesifikasi yang perlu Anda ketahui.

Fungsi Dasar Meja Operasi

meja operasi elektrik
Ilustrasi meja operasi dengan teknologi canggih. Foto: Wallpaperflare.

Ada beberapa fungsi dasar yang harus dipenuhi oleh setiap meja operasi agar sesuai dengan standar yang ditetapkan. Misalnya, ketinggian harus bisa diatur. Tujuannya agar seorang dokter bisa menyesuaikan dengan tinggi badannya dan bekerja secara ergonomis.

Meja operasi juga harus bisa dimiringkan ke kiri dan ke kanan untuk memastikan pandangan yang lebih baik ke dalam rongga tubuh. Kemiringan yang mudah diatur juga akan berdampak pada pemanfaatan gaya gravitasi untuk menggerakkan organ (misalnya laparoskopi).

Selain itu, segmen-segmen meja operasi juga harus bisa diatur. Pengaturan segmen ini memungkinkan posisi anatomi dan anggota tubuh sesuai dengan kebutuhan operasi. Bantalan meja yang lembut juga penting untuk mendukung rasa nyaman pasien. Lembut karena harus menyebar tekanan secara optimal saat terjadi tindakan operasi.

Halaman berikut: Fitur apa saja yang ada?

Sinergi RS Kanker Dharmais dan RS Jepang, Dorong Inovasi dan Mutu Pelayanan Kanker di Indonesia

RS Kanker Dharmais
Ilustrasi kerja sama Indonesia-Jepang dalam teknologi Proton Beam Therapy. Foto: Info Publik.

Sebagai pusat kanker nasional, RS Kanker Dharmais berupaya memberikan layanan kanker terbaru. Inovasi tersebut adalah penggunaan Proton Beam Therapy (Terapi Sinar Proton) untuk masyarakat Indonesia.

Sinar proton adalah radiasi yang dapat menghancurkan sel-sel tumor secara khusus tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Dengan begitu efek samping bagi pasien dapat diminimalkan. Untuk merealisasikannya, RS Kanker Dharmais bekerja sama dengan Medipolis Proton Therapy and Research Center Jepang.

Kerja sama ini ditandatangani oleh Soeko Nindito selaku Direktur Utama RS Kanker Dharmais. Sementara itu pihak dari Medipolis Proton Therapy and Research Center, dihadiri oleh Direktur Utama, Ryoichi Nagata, pada 4 Juli 2023 di Tokyo.

Fasilitas sinar proton sangat penting untuk dimiliki Indonesia, demikian kata Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono

“Terapi proton telah dikembangkan lebih dari 50 tahun dan ada lebih dari 100 institusi di dunia yang memiliki proton, diantaranya Jepang, Korea, Taiwan, India, Thailand, dan Singapura,” ujar Wamenkes Dante melalui siaran persnya Selasa (11/7/2023).

Cakupan Kerja Sama RS Dharmais dan Medipolis Bukan Hanya Proton Beam

Selain itu, Wamenkes Dante menyampaikan ruang lingkup kerja sama antara Medipolis dan Dharmais lebih luas. Bukan hanya merealisasikan komitmen dua institusi untuk memberikan layanan terapi kanker tercanggih, tetapi juga memperkuat hubungan Jepang dan Indonesia.

Bersamaan dengan penandatanganan, tim langsung mengunjungi fasilitas terapi sinar proton Medipolis di kota Ibusuki, Kagoshima Jepang. Tim yang terdiri dari dokter, fisikawan medis dan manajemen menyaksikan bagaimana Medipolis melayani pasien kanker baik yang berasal dari Jepang dan berbagai negara lain.

Ke depannya, Tim RS Kanker Dharmais akan mengirimkan dokter dan tenaga ahli secara rutin untuk dilatih di Medipolis. Pengiriman ini sesuai dengan rencana pembangunan fasilitas terapi sinar proton di Indonesia.

“Kami akan selalu mencari kesempatan kerja sama untuk memberikan pengobatan kanker terbaru di dunia bagi pasien kanker di Indonesia, mengingat teknologi kanker terus berkembang dengan pesat dan canggih,” ujar Soeko Nindito.

Soeko juga menambahkan bahwa kerja sama ini akan menjadi alat untuk mendapatkan transfer teknologi, pengetahuan, dan kapasitas. Sehingga RS Kanker Dharmais bisa membangun fasilitas terapi sinar proton di Indonesia.

 

Rumah Sakit Pendidikan RSUD Leuwiliang, Inovasi untuk Meningkatkan Kualitas Nakes di Indonesia

RSUD Leuwiliang
RSUD Leuwiliang, Kab. Bogor. Foto: Bogordaily.net.

Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Leuwiliang. RS ini berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan untuk melahirkan tenaga kesehatan (nakes) yang berkompeten.

Vitrie Winastri, Direktur RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor, mengatakan, rumah sakit itu kini telah berubah status dari kelas B non-pendidikan menjadi kelas B pendidikan. Menurutnya, RSUD Leuwiliang memenuhi standar akreditasi dari Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (ASPI).

“Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki RSUD yang diakui oleh asosiasi pendidikan sebagai tempat pembelajaran bagi para calon nakes,” ujarnya dilansir dari Antara News (12/07/2023).

Dosen yang Mengajar di RSUD Leuwiliang adalah Para Dokter Spesialis

Menurut Vitrie, para dokter spesialis di rumah sakit itu akan bertindak sebagai pengajar atau dosen bagi calon tenaga kesehatan. Ia menjelaskan cara kerja RS tersebut, yaitu setiap dokter spesialis mengawasi empat sampai lima calon tenaga kesehatan.

RSUD Leuwiliang, ujarnya, menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi untuk melaksanakan peran sebagai tempat pendidikan. Perguruan tinggi yang terlibat, antara lain Prima Husada Bogor, Poltekkes Bandung, Stikes Wijaya Husada Bogor, Universitas Muhammadiyah Bogor Raya, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, (UMBARA), dan SMK Prof. Dr. Moestopo.

Ia menyebutkan bahwa saat ini sedang dalam tahap berkoordinasi dengan berbagai lembaga pendidikan. Diantaranya, Universitas Pembangunan Nasional (UPN), IPB, SMK Cita Teknika, Poltekkes Tasikmalaya, dan Stikes Widya Dharma Husada Tangerang.

Vitrie mengatakan bahwa bekerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan ini menjadi salah satu persyaratan untuk mendapat sertifikat izin rumah sakit pendidikan dari Kementerian Kesehatan RI.

“Kami berharap tahun ini perizinan sebagai rumah sakit pendidikan yang kami ajukan ke Kementerian Kesehatan dapat tuntas,” ujarnya.

RSUD Leuwiliang adalah rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang. Rumah sakit ini memiliki status kelas B pendidikan dan telah mendapat akreditasi dari Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (ASPI).

 

Kemenkes Gelar Pelatihan Regulator Alkes ke Jepang, Ini Manfaatnya

regulator alkes
Kerjasama Indonesia-Jepang di bidang kesehatan. Foto: Info Publik.

Pelatihan regulator alkes adalah salah satu langkah yang dilakukan di dalam kesepakatan antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Pharmaceutical and Medical Devices Agency (PMDA) Jepang. Program ini bertujuan untuk menguatkan kerja sama pada bidang kesehatan terutama pengembangan SDM.

Bentuk program ini adalah Long-Term Training in Medical Devices Area. Letter of Intent (LOI) sendiri sudah ditandatangani oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), yaitu Dante Saksono Harbuwono. Sementara itu pihak dari PMDA hadir Chief Executive, Fujiwara Yasuhiro. Penandatangan dilakukan di Tokyo, Jepang pada tanggal 5 Juli 2023.

Wamenkes Dante menyampaikan bahwa program ini memberi kesempatan bagi regulator alat kesehatan (Alkes) di Indonesia untuk mengikuti pelatihan langsung selama satu tahun di PMDA Jepang.

“Ini adalah kesempatan yang baik untuk mempererat kerja sama antara kedua negara dan meningkatkan kualitas SDM Kesehatan kita,” ujar Wamenkes Dante melalui siaran resmi yang dikutip InfoPublik Selasa (11/7/2023).

PMDA adalah salah satu otoritas regulasi nasional yang ketat di dunia dan telah menyelenggarakan berbagai pelatihan di bidang farmasi dan alkes sejak tahun 2017 yang diikuti oleh negara-negara Asia. Program Long-Term Training baru ditawarkan kepada Indonesia.

Tujuan pelatihan ini demi meningkatkan jumlah dan kualitas SDM terutama pada bidang regulator alkes. Dari kegiatan ini juga peserta akan mendapatkan pengalaman di tingkat internasional. Selain itu juga untuk membentuk karakter kepemimpinan melalui peningkatan pengetahuan, pengalaman, dan jejaring.

Pentingnya Pengembangan Kompetensi SDM Regulator Alkes

Wamenkes Dante menjelaskan bahwa pengembangan dan peningkatan kompetensi SDM Kesehatan sangat penting dilakukan. Karena kebutuhan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan belakangan ini meningkat dari segi jenis dan jumlah. Meningkatnya kebutuhan tersebut, lanjutnya, harus didukung dengan penambahan SDM Kesehatan yang kompeten.

“Serta mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan pertumbuhan industri alkes dalam maupun luar negeri,” kata Dante.

Melalui program Long-Term Training in Medical Devices Area, Wamenkes Dante optimis dapat menjadi cara untuk menyeimbangkan antara pendorong dan penggerak. Ke depan diharapkan tercipta pula keseimbangan antara kebijakan dengan kemampuan pelaksanaan di lapangan.

Misalnya, rencana peningkatan pelayanan kesehatan dengan proton beam therapy untuk terapi kanker. Kegiatan ini perlu didampingi peningkatan kualitas regulator teknologi kesehatan. Dengan begitu, pelayanan kesehatan yang diberikan dapat lebih optimal.