spot_img

PB PAPDI Selenggarakan Forum Bertema Vaksin dan Difteri

Logo PB PABDI. Sumber : IDI Online

Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) cq. Bidang Humas, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat baru saja menyelenggarakan simposium untuk awam dan tenaga kesehatan Puskesmas/Dinkes DKI dengan tema VAKSIN dan DIFTERI. Perhelatan tersebut dilaksanakan pada hari Rabu (24/01) di Hotel Ibis Senen, Jakarta Pusat.

Acara yang berlangsung pukul 09.00 – 13.00 ini, dilaksanakan terkait dengan maraknya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri yang terjadi di lebih 20 Provinsi di Indonesia.

Acara dibuka oleh Ketua Umum PB PAPDI, Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP dengan moderator dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD, K-HOM, FINASIM (Kabid. Humas PB PAPDI). Dalam sambutannya, Prof. Idrus berharap melalui acara simposium awam PAPDI Forum dapat memberikan edukasi dan pengetahuan tentang bahaya Difteri dan upaya pencegahannya serta pentingnya pemberian Vaksinasi dalam pencegahan penyakit ini sesuai program Kemenkes RI.

Presentasi pembicara pertama disampaikan oleh Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM dengan tema Vaksinasi Difteri pada Orang Dewasa, dilanjutkan oleh pembicara kedua dr. Erni Juwita Nelwan, PhD, SpPD, K-PTI, FINASIM, FACP dengan tema Memamahi Penyakit Difteri dan Upaya Pencegahannya. Sedangkan pembicara ketiga disampaikan oleh Kepala Sub. Direktorat (Kasubdit) Surveilans Kemenkes RI, dr. Nancy Dian Anggraeni, M.Epid dengan tema presentasi Kebijakan Kemenkes terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri.

Peserta yang hadir sebanyak 68 orang peserta dan 7 orang dari media elektronik/cetak. Kelompok peserta yang hadir kali ini selain dari awam/masyarakat umum juga terdapat dari Sundikes (Dinkes) Jakarta, beberapa Puskesmas di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, Klub Jantung Terpadu (KJK), Persadia Club, kelompok majelis talim, dan tenaga kesehatan di beberapa RS Swasta. Acara ditutup dengan diskusi dan tanya jawab dari peserta kepada semua narasumber.

Dari beberapa tanggapan peserta yang disampaikan kepada Sekretariat PB PAPDI, peserta sangat antusias dan senang dengan acara ini karena menambah pengetahuan dan wawasan tentang pencegahan dan bahaya penyakit Difteri dan pentingnya pemberian Vaksinasi. Peserta simposium berharap acara serupa tetap diselenggarakan oleh PB PAPDI sebagai sarana informasi dan edukasi bagi masyarakat umum dan tenaga kesehatan di Puskesmas dan Dinkes.

Omron HeartGuide, Pengukur Tekanan Darah dan Jantung Berbentuk Jam Tangan

Omron HeartGuide. Foto : Dok. Omron Healtcare

Omron Healthcare, mengumumkan produk terbaru yang tengah dikembangkannya yaitu smartwatch yang juga memiliki fungsi untuk memonitor tekanan darah dan kesehatan jantung penggunanya. Sebelumnya, perangkat ini bernama Proyek Zero, tapi saat ini Omron memberinya nama Omron HeartGuide dan dijadwalkan memasuki pasar akhir tahun ini.

Di antara fitur utama HeartGuide adalah tali jam yang bersifat sintetis fleksibel. Berfungsi sebagai pembaca tekanan darah penggunanya, namun didesain tetap nyaman pada pergelangan tangan. Perangkat ini juga dilengkapi software yang diprogram untuk melakukan pembacaan tekanan darah di malam hari. Data ini kemudian dituangkan ke dalam aplikasi smartphone, dan bisa dibagikan dengan dokter Anda.

“Selama tahun lalu kami telah bermitra dengan peneliti medis untuk membuat kemajuan signifikan atas purwarupa yang kami tunjukkan tahun lalu. Kami juga telah bekerja keras untuk memastikan desain, akurasi, kenyamanan, dan teknologi pada perangkat ini jauh lebih baik dari sebelumnya. ” Ungkap Ranndy Kellogg, Presiden dan CEO Omron Healthcare, pada perhelatan Kesehatan Digital CES 2018.

Nantinya perangkat ini akan tersedia dalam tiga ukuran – kecil, menengah, besar – dengan media berukuran 46mm. HeartGuide juga memiliki banyak fitur layaknya perangkat smartwatch lain seperti notifikasi, pelacakan langkah dan tidur.

Rencannya, pihak Omron akan menyerahkan HeartGuide kepada FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) pada bulan Maret dan berharap bisa tersedia di pasaran akhir musim gugur tahun ini, dan dianderol dengan harga USSD 350.

Bank Mayora Targetkan Sektor Medis

PT Bank Mayora mengincar sektor medis sebagai salah satu target penyaluran kredit pada tahun 2018 ini.

Dikutip dari situs bisnis.com, Direktur Utama Irfanto Oeij mengatakan bahwa pemberian kredit tidak hanya kepada rumah sakit dan institusi penyelenggara layanan kesehatan, tetapi juga kepada para pengusaha yang terlibat dalam sektor pendukung, seperti produsen peralatan medis.

“Porsinya berkisar kurang lebih 4% dari total pinjaman,” ungkapnya.

Irfan menjelaskan, salah satu fokus pemerintah di era Presiden Joko Widodo adalah memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat. Dengan demikian, bisnis bisnis rumah sakit dan layanan kesehatan turut menggeliat.

Tahun lalu, Bank Mayora telah menyalurkan kredit sebesar Rp3,54 triliun. Nilai tersebut tumbuh 4,42% bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar Rp3,39 triliun.

Tingkatkan Kualitas Hidup dengan Program Prolanis BPJS

Ilustrasi BPJS. Sumber gambar : www.newsth.com

Dengan tujuan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien bagi pasien penderita penyakit kronis, BPJS Kesehatan bekerja sama dengan fasilitas kesehatan menyelenggarakan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).

Salah satu faskes penyelenggara prolanis adalah Puskesmas Talaga Bodas yang beralamat di Jl. Talaga Bodas No. 35 Kecamatan Lengkong. Ibu Kokom (46), selaku salah satu koordinator sekaligus penyuluh dalam kegiatan prolanis Puskesmas Talaga Bodas, menyampaikan bahwa Puskesmas Telaga Bodas memiliki jumlah peserta prolanis ±200 orang dengan nama klub “prolanis sehat cerdas ceria”.

“Penyelenggaraan prolanis di Puskesmas Talaga Bodas sudah berjalan hampir 4 tahun dan pernah menjadi Juara Nasional Program Prolanis pada tahun 2013 dan menjuarai Program Prolanis Tingkat Provinsi pada tahun 2014. Prolanis merupakan salah satu program unggulan puskesmas, sehingga tidak jarang pasien prolanis di Puskesmas lain ingin bergabung disini”, tuturnya.

Ia juga menuturkan bahwa banyak kegiatan yang telah kita lakukan untuk mensukseskan Program Prolanis ini, diantaranya pemeriksaan lab, penyuluhan dan senam, kita juga menyelenggarakan gerak jalan, piknik, outbond, yang diselenggarakan untuk membuat peserta Prolanis lebih rileks dan senang.

Pada awalnya, Peserta Prolanis kebanyakan merupakan peserta pensiunan PNS/TNI, kemudian setelah adanya program JKN-KIS yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, Peserta Prolanis bertambah dengan bergabungnya peserta mandiri dan peserta penerima bantuan iuran (PBI).

Ibu Kokom menuturkan bahwa pihak puskesmas maupun peserta merasa dimudahkan dengan adanya Prolanis. “Setelah ada Prolanis yang diselenggarakan BPJS Kesehatan, obat yang didapatkan Peserta bisa untuk persedian 1 (satu) bulan, selain itu setelah ada program Prolanis juga obat bisa diantarkan langsung ke masing-masing pasien oleh petugas apotek, dalam hal ini apotek yang telah bekerja sama dengan BPJS kesehatan dalam penyediaan apotek PRB (program Rujuk Balik) seperti apotek 7 menit”, tuturnya.

“Harapan kedepannya BPJS Kesehatan dapat mengcover juga kegiatan-kegiatan lain selain penyuluhan dan senam seperti outbond, piknik maupun gerak jalan”, tutupnya.

RAPAEL, Perangkat Rehabilitasi Pasien Stroke yang Menyenangkan

NEOFECT, sebuah perusahaan medis asal Korea Selatan meluncurkan produk RAPAEL Smart Pegboard. Sebuah alat baru untuk keperluan rehabilitasi fungsional motorik bagi pasien yang baru pulih dari stroke. Namun perangkat ini didesain serupa dengan mainan anak-anak.

RAPAEL Smart Pegboard bisa mengenali kapan objek yang benar ditempatkan di dalamnya, menerangi lubang pasak dengan cara yang lucu untuk memotivasi penggunaan, dan memberikan umpan balik visual saat tugas dilakukan dengan benar. Ada banyak rutinitas yang diprogram untuk diikuti pasien, yang memanfaatkan kemampuan fungsional dan kognitif otak yang berbeda. Ini termasuk permainan jenis Whac-a-Mole, path tracing, dan memory-intensive tasks.

Perangkatnya cukup modular, memungkinkan berbagai jenis papan, termasuk bentuk campuran dan papan cubit, untuk ditukar masuk dan keluar

Bos EMTEK Sumbang Alat Kesehatan Canggih Untuk RS Australia

Pimpinan EMTEK, Eddy Sariatmadja (kiri) bersalaman dengan Menteri Kesehatan Australia Barat Roger Cook dalam penyerahan mesin pemindai di Perth. Foto: Republika

Eddy Sariaatmadja, yang dikenal sebagai pemilik perusahaan PT Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) dikabarkan menyerahkan sumbangan berupa sebuah peralatan pemindai canggih senilai 1,3 juta dolar AS (sekitar Rp 13 miliar) kepada Rumah Sakit Royal Perth (RPH) di Australia.

Alat pemindai tiga dimensi yang bisa melakukan pemindaian 360 derajat itu dikenal dengan nama O-arm. Alat tersebut digunakan untuk melakukan pemindaian ketika seorang pasien menjalani operasi dan khususnya sangat berguna bagi para dokter ahli tulang belakang (spinal).

Penyerahan ini dilakukan oleh Eddy sendiri dan istrinya. Turut hadir juga dalam acara tersebut Menteri Kesehatan Australia Barat Roger Cook.

Dalam sebuah rilis resmi, Roger Cook mengungkapkan bahwa alat kesehatan ini merupakan alat pertama yang dimiliki oleh Australia Barat.

Scanner berharga Rp 13 M yang disumbangkan oleh Eddy Sariatmadja ke Rumah Sakit Royal Perth. Foto: Akun Facebook Roger Cook

“Dengan tambahan O-arm scanner ini, rumah sakit Royal Perth akan bisa mencapai titik pencapaian baru, khususnya di bidang pembedahan tulang belakang,” jelas Cook.

Dikutip dari berbagai sumber, salah satu orang terkaya di Indonesia tersebut memang dikenal sebagai sosok yang banyak memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial bidang kesehatan, baik di Indonesia maupun negara lain.

Sebuah Lagoritma Baru Bisa Meminimalkan Efek Samping Terapi Radiasi Penderita Kanker

University of North Carolina, Amerika Serikat. Foto: provost.unc.edu

Sebuah algoritma baru yang dikembangkan oleh tim peneliti di North Carolina State University, Amerika Serikat dikabarkan memiliki potens mengurangi efek samping dari terapi radiasi.

“Bahkan setelah beberapa dekade berkembang, kemanjuran perawatan terapi radiasi dibatasi oleh efek samping yang timbul dan tidak diinginkan pada jaringan sehat (tubuh manusia),” kata Dávid Papp, asisten profesor di universitas tersebut.

Metode klinis saat ini membuat pasien menerima dosis radiasi yang sama untuk setiap sesi pengobatan, namun Papp dan timnya memutuskan untuk menyelidiki efektivitas pemberian dosis yang berbeda.

Dalam sebuah studi proof-of-concept, tim tersebut menguji metode baru yang bernama fraksinasi spatiotemporal ini terhadap lima penyakit tumor hati diferensial – masing-masing mewakili ukuran atau lokasi tertentu.

Mereka menemukan bahwa cara baru ini mengurangi dosis radiasi hati sebesar 13 sampai 35 persen sementara memberikan hasil yang sama dengan terapi radiasi konvensional.

Hasilnya penelitian tersebut dipublikasikan pada Physics in Medicine and Biology. Tim ini sekarang sedang mengerjakan penyempurnaan penelitian agar lebih mantab lagi dan mereka berencana melakukan pengujian in vivo selanjutnya.

“Kami hanya bisa berspekulasi, tapi saya yakin (metode ini) memiliki potensi untuk mengubah bagaimana pasien kanker dengan tipe tumor tertentu diobati,” kata Papp.

Dirinya menambahkan bahwa salah satu pertanyaan yang paling penting adalah apakah jenis perawatan baru ini dapat dirancang dan disampaikan dengan mudah dan aman seperti perawatan konvensional. Uji klinis akan membantu menjawabnya.

Buka Cabang Baru di Depok, Brawijaya Hospital Kedepankan 3 Inovasi Berikut

Brawijaya Hospital resmi membuka cabang barunya di wilayah Bojongsari, Depok. Kondisi pelayanan yang ramah dan membuat pengunjung nyaman menjadi salah satu yang ditonjolkan oleh pihak pengelola rumah sakit anak dan wanita tersebut.

Untuk itu, mereka menghadirkan beberapa inovasi guna membuat pasien merasa aman dan nyaman. Berikut hal-hal yang ditawarkan seperti disampaikan staf Divisi Medik, Rini Berliana pada Kamis, 11 Januari 2018.

Terapkan komputerisasi

Jika ke rumah sakit dan diperiksa di ruangan, Anda akan melihat dokter mencatat diagnosis dan resep obat menggunakan kertas.

Sedangkan di Brawijaya Hospital Bojongsari, sudah tidak menggunakan kertas lagi. Semua sudah serba komputerisasi.

Doctor lounge

Bila biasanya dokter akan beristirahat atau menunggu pasien di poli, tempat dokter yang bersangkutan bertugas. Lain halnya di Brawijaya Hospital Bojongsari. Para dokter menunggu di ruangan yang bernama Doctor Lounge.

“Dokter beristirahat dan menunggu pasien di Doctor Lounge. Kalau ada pasien, setelah pasien registrasi, pasien akan masuk ke poli. Jadi, pasien sudah lebih dulu menunggu di dalam poli,” kata Rini melanjutkan.

Desain dan dekorasi gedung yang eye catching

Salah satu yang paling berkesan adalah adanya dekorasi di dinding lorong dan ruangan. Dekorasi berupa lukisan, gambar, dan tulisan.

Tulisan yang terpampang di dinding bisa menjadi motivasi agar pasien selalu menjalankan hidup sehat. Misal, tulisan ‘Love Your Self and Live Healthy‘ Atau ada juga tulisan ‘Fitness is 20% Exercise and 80% Nutrolition

Adanya dekorasi ini akan ramah mata. Pasien dapat termotivasi untuk sembuh.

Kemenkes Alokasikan Hampir Setengah Anggarannya Untuk Program JKN-KIS

Ilustrasi BPJS. Sumber gambar : www.newsth.com

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut total alokasi anggaran Kemenkes selama 2017 sebanyak Rp 58,3 triliun dan 43,80 persen diantaranya atau sekitar Rp 25,5 triliun diperuntukkan bagi alokasi program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengklaim, Kemenkes senantiasa berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program yang dirancang pada 2017 yaitu JKN-KIS, pemenuhan sumber daya manusia (SDM) kesehatan, pembangunan dan peningkatan mutu infrastruktur kesehatan, dan pelayanan kesehatan.

Nila mengakui, Kemenkes mendapatkan porsi anggaran yang tak sedikit. Ia menyebut total alokasi anggaran Kemenkes selama tahun lalu sebanyak Rp 58,3 triliun. Kemudian sebanyak Rp 25,5 triliun atau 43,80 persen dari total alokasi anggaran Kemenkes 2017 digunakan untuk alokasi program JKN-KIS. Kemudian Rp 17 triliun atau 29,17 persen untuk program pembinaan pelayanan kesehatan, kemudian Rp 4,6 triliun atau 7,91 persen untuk program pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan.

“Kemudian Rp 3,4 triliun atau 5,78 persen untuk program kefarmasian dan alat kesehatan. Selain itu, Rp 2,8 triliun atau 4,85 persen untuk program dukungan manajemen,” ujarnya saat pemaparan kinerja Kemenkes 2017, di Jakarta, Rabu (10/1).

Dia menyebut sebanyak Rp 2,4 triliun atau 4,18 persen untuk program pencegahan dan pengendalian penyakit, lalu Rp 1,7 triliun atau 2,88 persen untuk program pembinaan kesehatan masyarakat. Selain itu, Rp 740 miliar atau 1,27 persen untuk program penelitian dan pengembangan kesehatan, dan Rp 96,4 triliun atau 0,17 persen untuk program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur.

Langkah Bank Mandiri Bidik Jasa Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit

Penandatanganan perjanjian kerja sama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan RS Pusat Otak Nasional di Jakarta, Senin (8/1/2018). Foto : Kompas

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan akan merambah sektor jasa keuangan kesehatan. Salah satu implementasinya adalah dengan melakukan kerja sama dengan berbagaik rumah sakit di Indonesia.

Direktur Kelembagaan Bank Mandiri Kartini Sally menyatakan, sejak awal perseroan memang membidik pengelolaan jasa keuangan kesehatan. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah rumah sakit masih harus terus diperbaiki pengelolaan keuangannya. Selain itu, Bank Mandiri juga memiliki anak usaha yang bergerak di bidang asuransi kesehatan, yakni Mandiri Inhealth.

“Bisnis Bank Mandiri memang keuangan, tapi kami punya Inhealth. Jadi, bisa di-link (dipadukan – red) dengan bisnis anak perusahaan lainnya,” ungkap Kartini di RS Pusat Otak Nasional Jakarta, Senin (8/1/2018).

Kartini melanjutkan, pada dasarnya bisnis yang dimiliki rumah sakit sangatlah banyak. Tidak hanya dari layanan kesehatan, rumah sakit juga memiliki penghasilan dari banyak aspek pendukung, semisal parkir.

Seluruh penghasilan yang dimiliki rumah sakit kerap kali belum didukung dengan pelaporan keuangan yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Kartini, ini dapat menjadi peluang bagi perbankan untuk membantu pengelolaan keuangan rumah sakit.

Dirinya juga menyebutkan, Bank Mandiri memiliki layanan yang bersifat terintegrasi dan berbasis teknologi informasi (TI). Sehingga, layanan ini bisa digabungkan dengan sistem TI rumah sakit.

“Sistem mulai dari yang kecil-kecil sampai rekonsiliasi klinik-klinik. Jadi, di akhir hari, masing-masing klinik bisa tahu berapa penghasilannya hari itu,” ungkap Kartini.

Dengan menggandeng pihak perbankan, rumah sakit diharapkan bisa menyusun laporan keuangan dengan lebih baik. Profitabilitas dari masing-masing klinik atau unit bisnis juga bisa ditinjau secara berkala.

Bagi pihak bank, kerja sama dengan rumah sakit dapat meningkatkan pendapatan dari sisi komisi alias fee based income (FBI) dan bisnis cash management pun terekspansi. Dana pihak ketiga (DPK) juga bisa meningkat, yakni dari para karyawan rumah sakit.

Saat ini Bank Mandiri tercatat sudah bekerjasama dengan sejumlah rumah sakit terkait sektor ini, diantaranya RS PON, RSCM, RSUP Fatmawati, RS Kariadi, RS Jantung Harapan Kita, RS Sardjito, RS Cicendo, RS Kanker Dharmais, dan RS lainnya. Kendati begitu, Bank BUMN tersebut masih ingin menjali bekerja sama dengan lebih banyak rumah sakit lagi.