Saat ini Indonesia membutuhkan Rumah Sakit Haji di sekitar kawasan Mekkah agar memudahkan para jamaah calon haji apabila dalam kondisi sakit. Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan kedokteran haji Indonesia (Perdokhi), Dr Fidiansjah, SpKJ, MPH
“Dua tahun lalu kami bersama Menteri BUMN Rini Soemarno sudah melakukan negosiasi terkait rumah sakit ini, namun terbentur aturan,” ucapnya.
Bahkan pada saat itu, pemerintah bersama Perdokhi dan instansi terkait lainnya telah mencari bangunan, lokasi hingga negosiasi namun batal akibat aturan setempat yang tidak mengizinkan.
Dr Fidiansjah menilai apabila terdapat rumah sakit khusus haji asal Indonesia, maka berbagai persoalan kesehatan akan bisa diatasi lebih cepat dan tanggap. Selama ini benturan komunikasi antara petugas kesehatan Arab Saudi dengan jemaah haji asal Indonesia merupakan hal yang sering terjadi.
“Kami sering menemukan jemaah haji yang dilakukan tindakan pemasangan Selang Nasogastrik tube (NGT), padahal seharusnya tidak hal itu terjadi karena salah komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien,” kata dia.
Kemudian, apabila calon jemaah haji telah masuk rumah sakit maka petugas kesehatan Indonesia tidak diperbolehkan masuk. Padahal, keberadaanya dibutuhkan untuk memudahkan komunikasi pasien dengan petugas kesehatan Arab Saudi.
Selain itu, setiap tahunnya pemerintah Indonesia harus mengeluarkan biaya dalam jumlah besar untuk mengangkut berbagai alat-alat kesehatan dan obat-obatan ke Arab Saudi.
“Itu nilainya miliaran rupiah, itu akan jadi lebih efisien kalau kita bisa mencoba pengadaannya di sana,” pungkasnya.
Untuk diketahui, saat ini Indonesia hanya memiliki Klinik kesehatan Haji di Mekkah. Kendati pemerintah beberapa waktu lalu sudah meningkatkan fasilitas kesehatan di klinik tersebut.