Kemenristekdikti dan negara Inggris melalui program Newton Fund dikabarkan akan menggelontorkan dana sebesar Rp 37 miliar untuk mendanai enam penelitian kesehatan.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, Kemenristekdikti sudah melakukan kerja sama riser dengan Newton Fund sejak 2015. Dan tahun ini akan fokus pada sektor kesehatan.
“Total dana dari Inggris Rp32 miliar dan Indonesia Rp5 miliar. Dengan harapan dari riset ini ada hasil inovasi kesehatan dan obat-obatan,” ucap Nasir.
Mantan rektor Universitas Diponegoro ini juga mengungkapkan, enam penelitian yang akan didanai ini sangat fokus pada penyakit menular. Dan hasil kolaborasi ini akan meningkatkan ketahanan dan kesiapan Indonesia dalam menangani penyakit menular yang mematikan yaitu malaria, demam berdarah, HIV, tuberkolosis, infeksi otak dan aspergillosis (penyakit yang disebabkan jamur).
“Mestinya penyakit menular sudah tidak ada lagi di kita. Lalu tiba-tiba muncul lagi. Yaitu TBC mestinya sudah hilang. Malaria masih ada, mestinya sudah hilang. Ini problem,” tegasnya.
Penelitian ini akan melibatkan beberapa peneliti dari Unika Atmajaya, Universitas Hasanuddin, Universitas Padjajaran dan Universitas Gajah Mada. Sementara peneliti asal Inggris akan berasal dari Edinburgh Napier University, University of St Andrews, University of Chelsea and Westminster Hospital NHS Foundation Trust, London School of Hygiene and Tropical Medicine, University of Liverpool dan University of Manchester.
Sementara itu, Dubes Inggris untuk Indonesia, Asean dan Timor Leste Moazzam Malik menjelaskan bahwa ancaman penyakit menular tinggi di Indonesia. Jika tidak ditanggulangi maka akan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat dan perekonomian nasional.
“Saya kira 6 projek ini tidak hanya akan buat riset tapi juga akan memastikan berdampak atas kesehatan rakyat,”ungkapnya.