Sebuah laporan dari Emory University Atlanta, Georgia, Amerika Serikat menayatakan masa depan pengujian anemia jarak jauh sangat mungkin dijalankan hanya bermodalkan kamera smartphone, kuku jari tangan, dan software aplikasi.
Studi tersebut menguji 100 orang penderita dan bukan penderita anemia, yang menguji akurasi aplikasi smartphone yang menggunakan warna kuku sebagai alat pemeriksa gejala anemia. Aplikasi tersebut mampu mendeteksi 97 persen partisipan yang terkena anemia. Akurasinya mencapai ±2.4 hemoglobin (Hgb) gram per desiliter saat dibandingkan dengan tingkat hemoglobin CBC.
“Mengingat performa teknologi ini dan tingginya prevalensi anemia di seluruh dunia, yang diderita hampir 2 milyar orang, terutama anak usia dini, orang tua dan wanita hamil, teknologi non-invasif yang hanya membutuhkan foto dari smartphones ini memilliki implikasi signifikan sebagai alat pemeriksa yang bisa diterima luas oleh penderita potensial maupun masyarakat umum.” Ujar pihak peneliti.
“Kemampuan mendiagnosis anemia dengan harga terjangkau, sensitivitas tinggi, dan sepenuhnya non-invasif tanpa tambahan perangkat smartphone atau perlengkapan kalibrasi menunjukkan peningkatan signifikan atas pemeriksaan point-of-care anemia terkini.”
Aplikasi ini dirancang sebagai alternatif dari tes anemia tradisional, yang membutuhkan perlengkapan khusus dalam ruangan klinis tertentu. Sistem ini menggunakan kamera smartphone untuk mengambil foto dari kuku pasien, yang kemudian akan dianalisis untuk anemia melalui algoritma. Peneliti juga mengingatkan mereka tetap menerapkan kendali kualitas untuk memastikan perbedaan kuku tidak mempengaruhi hasil analisis.
Manfaat teknologi
Menurut CDC, anemia atau kekurangan zat besi berperan dalam 5.349 kematian di Amerika Serikat tiap tahunnya. Dan mencapai 2 milyar penduduk seluruh dunia.
Penyebabnya beragam mulai dari kekurangan gizi sampai gangguan fungsi auto-imun seperti gangguan sel sabit. Dan pengujiannya masih terbilang rumit.
“Pendekatan klinis terkini untuk mengukur tingkat Hgb darah memerlukan perlengkapan khusus dan mengakibatkan buruknya angka invasifitas, akurasi, keperluan infrastruktur dan biaya, hal yang justru bermasalah di daerah pedesaan dengan permasalahan kekurangan sumber daya, dimana anemia justru paling banyak terjadi.”
Trend Terkini
Ini bukanlah aplikasi pertama pendeteksi anemia. 2016 lalu, tim dari University of Washington juga mengembangkan aplikasi serupa. Teknologinya menggunakan video untuk merekam cahaya dari sinar flash kamera smartphone dan cahaya LED tambahan untuk mendeteksi anemia.
Penggunaan aplikasi untuk mendeteksi kondisi berbeda sedang marak dikembangkan. Bidang penanganan kanker kulit dan gangguan dermatologis lain adalah yang paling membutuhkan teknologi ini. FirstDerm misalnya yang sudah mengembangkan konsultasi online dengan dermatologis bersertifikasi khusus dan produk gratis berbasis kecerdasan buatan yang menerangkan perkembangan kondisi kulit mereka.
Catatan penting
“Kami menawarkan paradigma baru uji laboratorium yang sepenuhnya non-invasif, on-demand dan berpotensi menggantikan tes analisis darah tradisional dengan hanya menggunakan aplikasi smartphone dan foto.”
“Sistem on-demand kami membantu semua pengguna smartphone mendeteksi anemia dengan segera dimanapun dan kapanpun hanya dengan melalui sebuah download aplikasi.”