Empat siswa dan siswi penemu pengobatan penyakit kanker dan glukometer beberapa waktu lalu disambut oleh Kementrian Kesehatan RI. Bahkan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek yang menyambut kehadiran mereka di Gedung Kemenkes, Jakarta Pusat.
Keempat siswa dan siswi tersebut adalah Calestine Wendary dari British School Jakarta yang menemukan alat glukometer bagi penderita diabetes melitus dan Aysa Aurealya Maharani, Anggina Ravitri dan Rafli Yazid Akbar dari SMAN 2 Palangkaraya, yang menemukan khasiat kayu bajakah sebagai opsi penyembuhan penyakit kanker.
“Calestine sederhana pemikirannya, kalau kalian punya penyakit diabetes melitus, mau nggak kalian ditusuk empat lima kali? Adik ini memperhatikan cara bagaimana suhu tubuh berhubungan dengan ilmu fisika. Uji cobanya bisa diukur secara fisika tentang gula darah di tubuh kita,” jelas Menkes.
Calestine sendiri adalah gadis berusia 16 tahun yang memulai penelitiannya karena kegusaran akibat banyaknya anggota keluarga dari teman-temannya yang mengidap penyakit diabetes. Ditambah lagi, ia sendiri juga gemar mengonsumsi minuman bergula seperti Boba.
“Adik Yazid ini memperhatikan neneknya sakit kanker dan perlahan bisa sembuh dengan minum akar bajakah ini. Sehingga mulai dipikirkan oleh teman-temannya, dan dibantu oleh guru dan pembimbingnya untuk difasilitasi,” papar Menkes.
Menkes juga menyebut pihaknya melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan akan terus melakukan uji coba untuk menguji ketepatan alat ukur glukometer dan efektifitas bajakah dalam mengobati penyakit kanker.
“Sebelum dikomersialisasikan, hal ini nanti akan didorong oleh Litbangkes untuk terus diteliti agar bisa bermanfaat bagi masyarakat kita,” pungkasnya.