Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui RSUD Ulin, Kota Banjarmasin, melahirkan karya aplikatif yang masuk dalam daftar top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018 dalam lomba karya inovasi nasional di bidang pelayanan publik.
Alat kesehatan karya Rumah sakit milik Pemprov Kalsel adalah alat bantu nafas alternatif bagi bayi alias Babies Respiratory Distrees Recovery Deviece (Bird). Seorang pencetus ide pembuatan alat Bird, dr Ari Yunan, mempresentasikan langsung latar belakang lahirnya inovasi itu di depan tim dewan juri yang merupakan para pakar ahli dari unsur akademisi, kelompok profesi dan praktisi pers.
Ari menyebut ada empat penyebab kematian utama terhadap bayi, yakni gawat nafas, infeksi, berat lahir rendah atau prematur. Dari empat pemicu tersebut, Ari berkata, gawat nafas merupakan pemicu kematian yang dominan terhadap bayi.
Menurut Ari, gawat nafas salah satu penyumbang terbesar angka kematian bayi. “Sementara alat bantu nafas yang dapat memberikan tekanan positif yang kontinu yaitu continuous positve airway pressure (CPAP), jumlahnya sangat terbatas di rumah sakit atau puskesmas di kabupaten/kota se-Kalsel,” kata Ari Yunan dikutip dari situs banjarhits.id.
Ari merinci alat bantu pernafasan bayi yang yang dijual di pasaran saat ini harganya cukup mahal mencapai Rp 91.763.000. Mahalnya alat CPAP menjadi alasan rumah sakit di kabupaten/kota atau puskesmas kekurangan alat ini. Adapun angka ibu hamil yang melahirkan dan harus mendapat pertolongan tidak bisa diprediksi.
Melalui proses kerja tim yang solid, ia dan tim RSUD Ulin berhasil menemukan alat alternatif bantu nafas pada bayi. Teknologi pembuatannya sangat sederhana dengan cara memodifikasi peralatan yang ada menjadi sebuah alat bantu pernafasan bayi.
Alat ciptaan Ari Yunan dan kawan-kawan hanya menghabiskan biaya produksi Rp 280 ribu. Angka produksi itu jelas jauh lebih murah ketimbang harga resmi alat CPAP di pasaran. Selain murah di kantong, keunggulan lain alat ini cukup mudah pengunaannya.
“Karena alat ini hasil modifikasi dari alat medis yang sehari-hari digunakan dokter atau perawat dalam membantu proses persalinan,” ujar Ari Yunan. Ia berkata alat Bird sudah digunakan oleh beberapa rumah sakit, seperti RS Ratu Zalecha Kota Martapura, RSUD Tabalong, RSUD Amuntai, dan RSUD H Beojasin Kota Pelaihari.
Sementara itu, Direktur Utama RSUD Ulin Banjarmasin, drg Hj Suciati, menambahkan penemuan alat bantu pernafasan bayi itu terbukti mampu menekan angka kematian bayi di Kalimantan Selatan. Berdasarkan data sejak alat itu diciptakan pada 2008, angka kematian bayi karena gawat nafas, cenderung menurun dari 15 persen menjadi 9 persen pada 2014.
Ari Yunan memaparkan keunggulan alat Bird di hadapan lima orang tim juri yang terdiri dari Refli Harun (Pakar Hukum), Wawan Sobari (Dosen Unibraw), Eko Prasojo (Mantan Wamen Menpan RB), Nurjaman Mochtar (Praktisi Media), dan Teguh Widjanarko (Staf Ahli Kemenpan RB). Mereka mengapresiasi atas karya inovasi yang aplikatif dari RSUD Ulin, Kota Banjarmasin.
“Ini merupakan inovasi kemanusiaan luar biasa. Segera sempurnakan proposal atau jurnal ini ke lembaga pendidikan nasional maupun dunia. Dan paling penting segera dipatenkan,” kata semua tim juri. Paparan tim RSUD Ulin turut didampingi oleh Asisten I Bidang Pemerintahan Setdaprov Kalsel, H Siswansyah.