Gen satu kanker payudara (BReast CAncer gene one – BRCA1) adalah salah satu gen yang paling berpotensi terhubung dengan resiko kanker payudara. Sayangnya, teknologi untuk mendeteksi gen terkini bergantung pada laboratorium dan keahlian penafsiran hasil analisisnya. Tim peneliti di Lousiana State University kini mengembangkan system berbasis-smartphone bernama FLuoroZen yang dapat menguji mutasi BRCA1 yang terkena kanker dimanapun hanya dalam waktu dua puluh menit.
FLuoroZen menganalisis DNA dalam cairan tubuh atau darah pada sampel yang ditempatkan pada kertas nitroselulosa, di atas slide mikroskop. Perangkat kemudian mendeteksi noda pancaran radiasi oligonukleotida pada kertas nitroselulosa berkat dua penyaring yang memindai semua cahaya kecuali dua frekuensi cahaya yang berbeda. Satu frekuensi merangsang warna pancaran dan yang satunya digunakan untuk mengukur spectrum cahaya yang dipancarkan.
Noda yang lebih terang menunjukkan adanya gen BRCA1 yang termutasi. Perbedaan intensitas cahaya antara noda positif dan negatif tidak akan begitu terlihat, namun smartphone dengan aplikasi khusus dapat mengenalinya dan menampilkan hasil akhir analisis.
Teknologi ini tidak hanya mampu mengenali mutasi BRCA1. “Pemanfaatan mikrofluida kertas untuk pengujian biologis, yang disesuaikan dengan pengaturan analisis smartphone membuka kemungkinan pengalihan berbagai macam uji dari uji klinis hingga environmental ke uji fleksibel di tempat pasien (POCT).“ ujar Manas Gartia, asisten professor di Lousiana State.
“Dr. Melvin [Profesor Teknik Kimia LSU Adam Melvin] tertarik dengan penelitian neurotoksin dan hepatotoksin, seperti mikrosistin dan cyanopeptolin, akibat dari penemuan ganggang emas berbahaya di Danau Pontchartrain. Jika kita dapat memeriksa pancaran radiasi warna toksin tersebut, maka kita akan dapat mendeteksi apakah toksin tertentu tersebut ada di area berair lingkungan anda.”