Berkomitmen tingkatkan kerjasama antar negara sebagai salah satu target capaian dari penyelenggaraan Global Health Security Agenda (GHSA) dan sebagai bentuk penyelesaian persoalan dalam bidang kesehatan, Indonesia dan Belanda menandatangani nota kesepahaman terkait kesehatan masyarakat global.
Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek, di Bali Nusa Dua Convention Center, Selasa 6 November lalu menyatakan: “Secara umum, ini akan menjadi payung hukum adanya kerja sama kesehatan antara Indonesia dengan Belanda, secara detil bentuk kerja samanya nanti,”
Dalam kerjasama ini, terdapat beberapa poin yang nantinya ingin dijadikan acuan oleh kedua belah pihak dalam peningkatan kualitas di bidang kesehatan.
“Saya mengharapkan perawat kita bisa dikirim ke Belanda, tapi dia sebut sistemnya dengan family doctor jadi dokternya mengunjungi keluarga. Mereka mendidik perawat itu untuk memelihara dan mengayomi pasien jadi misalnya dia datengin keluarganya, cek darah atau obatnya dia perhatikan,” tuturnya.
Menkes menambahkan ingin mengadaptasi sistem transit hospital yang sudah dilakukan oleh Belanda untuk mempermudah pasien pasca operasi. Nantinya, pasien akan mendapat perawatan penuh dari dokter dan perawat yang sudah terlatih dengan baik.
“Pernah saya lihat juga transit hospital jadi untuk memperpendek di RS. Sudah habis operasi jangan terlalu lama, 2-3 hari kita pindah ke transit hospital,” ujarnya.
“Disana yang bekerja bukan dokter spesialis tapi dokter yang menjaga, bisa dokter umum atau perawat. Tapi kalau ada apa-apa dia masih bisa komunikasi dgn dokternya,” tambahnya.
Selain itu, Menkes mengharapkan adanya joint venture terkait alat kedokteran yang belum bisa di produksi sendiri.
“Joint venture investasi tapi bukan barang kedokteran yang besar tapi bisa nggak kalau kita usahakan equipment yang kecil kayak misalnya pinset, gunting. Saya mengharapkan yang keseharian dipakai. Kita saat ini sudah produksi masker, baju operasi, handscoon, dan kassa steril,” tutupnya.