Sebagai salah satu anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk memperjuangkan kepentingan ekonomi nasional di forum OKI, terutama dalam hal yang terkait dengan kesehatan.
Pasalnya, selain sebagai salah satu anggota OKI yang industri vaksinnya diakui WHO,Indonesia juga merupakan Lead Country Coordinator Group OKI untuk kerja sama obat-obatan, vaksin dan teknologi medis, serta sebagai centre of excellence untuk pengembangan vaksin dan bioteknologi.
“Dengan total pendapatan domestik bruto sekitar US$6,5 triliun pada 2016, OKI sangat potensial bagi diplomasi ekonomi bidang kesehatan,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Febrian Ruddyard.
Tak hanya itu, Indonesia disebut sebagai negara dengan jejak politik yang baik di OKI, berkat keterlibatan dalam berbagai isu penting, seperti Palestina dan Rohingya
Kendati begitu, Febrian mengakui tantangan pengembangan industri kesehatan tetap ada. Sebagai contoh, pasar alat kesehatan (alkes) nasional yang masih didominasi produk impor.
“Tetapi, peluang pasar di luar negeri tetap perlu dipertimbangkan, terutama di negara atau kawasan di mana Indonesia memiliki citra baik,” pungkas Febrian.