Penelitian soal kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di bidang kesehatan saat ini sedang dilakukan. Rencananya, AI digunakan untuk mendeteksi penyakit tuberkulosis.
Paras Lakhani, M.D. dari Thomas Jefferson University Hospital, Philadephia, mengatakan deteksi penyakit tuberkulosis (TB) terhambat di daerah terpencil karena kurangnya pakar di bidang radiologi yang bisa membaca hasil pemeriksaan X-ray. Seperti diketahui bersama, pemeriksaan x-ray di paru merupakan salah satu bentuk deteksi dini TB.
Nah, solusi muncul dengan munculnya teknologi AI. Dikatakan Paras, AI bisa diajari dan diprogram untuk bisa membaca hasil pemindaian paru hasil x-ray. Dengan begitu, pemeriksaan TB di daerah terpencil yang tidak memiliki tenaga radiologi bisa berjalan maksimal.
“Minat terhadap teknologi AI sangat besar, baik di bidang kesehatan maupun di bidang lainnya. AI merupakan solusi bagi pembacaan hasil radiografi bagi terduga pasien TB terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh dokter,” tutur Paras, dikutip dari EurekAlert!
Penelitian dilakukan dengan melihat hasil x-ray 1.007 orang terduga TB. Peneliti menggunakan metode deep convolutional neural network (DCNN), untuk menginput data soal bagaimana membaca sebuah foto hasil x-ray, dan tanda-tanda apa saja yang menunjukkan adanya gejala TB.
Menggunakan dua model DCNN, AlexNet dan GoogLeNet, peneliti berhasil mendapatkan hasil positf TB dengan tingkat akurasi 96 persen. Dikatakan Paras, hasil ini bisa menjadi modal kuat untuk mengembangkan sistem pelatihan dan data yang lebih banyak agar AI mampu meningkatkan akurasinya.
“Aplikasi AI pada bidang kedokteran merupakan hal baru. Sebelumnya tidak ada mesin yang mampu memiliki tingkat akurasi skrining di atas 80 persen,” paparnya.
“Dengan adanya teknologi ini, pengentasan TB dengan menemukan penyakit lebih awal bisa menjadi kenyataan,” tutupnya.