Kimia Farma dikabarkan tengah berencana mengakuisisi satu perusahaan farmasi asal Vietnam. Perusahaan itu memiliki sekitar 400 outlet. Direktur Keuangan perusahaan I Gusti Nyoman Suharta Wijaya menyatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki sekitar 400 outlet. Kendati jumlahnya memang lebih sedikit ketimbang namun memiliki pendapatan setara Rp 4 miliar per outlet setiap bulannya.
“Sedangkan Kimia Firma Rp 1,5 miliar per outlet setiap bulan. Jadi itu produktivitasnya outlet perusahaan Vietnam itu bagus,” katanya seperti MedX kutip dari situs Kumparan.com.
Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwa Kimia Farma ingin menjadi pemilik saham mayoritas. Oleh karena itu, saat ini sedang menunggu hasil regulasi di negara tersebut.
Jika regulasi di Vietnam memungkinkan Kimia Farma menjadi pemegang saham mayoritas maka proses akuisisi akan dilanjutkan. Sebaliknya, apabila Kimi Farma tidak bisa menjadi pemilik mayoritas di perusahaan farmasi tersebut maka aksi korporasi ini akan dihentikan.
“Jadi sangat bergantung pada regulasi. Jika kita lihat tidak bisa menjadi pemilik mayoritas itu kita akan pull out, daripada uang kita hilang,” ujar Suharta.
Suharta melanjutkan, jika proses akuisisi perusahaan farmasi di Vietnam berhasil maka diharapkan bisa mendorong kontribusi pendapatan perseroan dari outlet di luar negeri sebesar 15 persen.
Untuk diketahui, Kimia Farma juga sudah melakukan ekspansi internasional dengan akuisisi perusahaan farmasi di Arab Saudi, yakni Dawaa Medical Limited Company, yang merupakan anak usaha Marei Bin Mahfouz (MBM) Group pada tahun lalu. Hal ini membuat perusahaan BUMN itu menjadi pemilik mayoritas, yakni menguasai 60 persen saham. Perusahaan di Arab Saudi ini memiliki 34 outlet.