Burung dan beberapa jenis binatang lain memiliki kemampuan untuk merasakan medan magnet alami Bumi, kemampuan yang mampu membantu mereka membaca arah navigasi di bumi dengan mudah. Tim peneliti di Helmholtz-Zentrum Dresden-Rossendorf (HZDR), pusat riset di Dresden, Jerman, tengah mengembangkan kulit elektronik yang mampu memberikan kemampuan yang serupa.
Teknologi ini nantinya dapat digunakan oleh penyandang tunanetra bergerak lebih baik di lingkungan sekitarnya, dan membantu penderita vertigo atau gangguan orientasi lainnya. Terlebih lagi, teknologi ini sangat mungkin digunakan sebagai basis intuitif untuk berinteraksi dengan komputer, lingkungan virtual dan augmented reality, atau untuk membantu pengendalian robot.
E-skin ini sendiri terdiri dari kertas polimer dengan sensor magnetik yang sukup sensitif untuk mendeteksi medan magnet bumi. Pencapaian ini tergolong impresif, mengingat perangkat magnet menghasilkan medan magnet sekitar 1.000 kali lebih kuat dari lingkungan sekitarnya. Kulit buatan ini sangat fleksibel, dan dapat ditempelkan pada tangan atau bagian tubuh lain. Diuji seperti joystick, untuk mengendalikan pergerakan avatar dalam dunia virtual, dan hasilnya sangat luar biasa.
Rencana selanjutnya adalah mengintegrasikan kemampuan perasa ini dengan teknologi lain untuk membuat sensor baru yang lebih praktis. Berkat teknologi ini, kita mungkin akan segera melihat para penyandang tunanetra berjalan dengan bebas secara mandiri tanpa bantuan.
Sensor ini, yang merupakan lapisan plester tipis dengan bahan permalloy magnetic, bekerja dengan prinsip efek anisotropik magneto-resistive, seperti yang dijelaskan Canon Bermudez: “Ini berarti resistensi elektronik pada lapisan ini berubah tergantung pada orientasinya yang berhubungan dengan medan magnet terluar.”
“Untuk menyesuaikannya dengan medan magnet Bumi, kami menambahkan lapisan feromagnetik ini dengan material konduktif, yaitu emas, dengan sudut 45 derajat. Sehingga, arus listrik hanya dapat mengalir sesuai sudut ini, yang akan mengubah respon sensor untuk membacanya dengan cara paling sensitif pada medan magnet. Tegangan tertinggi dicatat saat sensor menunjuk arah utara dan poin terlemah saat menunjuk arah selatan.” Tim peneliti juga menguji eksperimen di luar ruangan untuk menunjukkan gagasan mereka dapat juga diterapkan pada tataran praktikal.