Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan RI yang ke-74, beberapa waktu lalu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menggelar BPJS Awards 2019 yang betujuan mengapresiasi kinerja fasilitas kesehatan mitra BPSJ.
Dari 26.772 fasilitas kesehatan yang ikut serta, terseleksi 52 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), 42 RS dan 13 Apotek terbaik di tingkat wilayah. Selanjutnya dilakukan seleksi kembali sampai di tingkat nasional hingga akhirnya terpilih satu FKTP terbaik dari lima kategori, yaitu kategori Puskesmas, klinik pratama, dokter praktik mandiri, dokter gigi, dan apotek Program Rujuk Balik (PRB) dan satu rumah sakit terbaik.
Fasilitas kesehatan terbaik yang menyabet gelar dalam ajang tersebut diantaranya:
1.Pemenang Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama:
- Kategori Puskesmas: Puskesmas Banggae I Majene, Sulawesi Barat
- Kategori Klinik Pratama: Klinik Madani Manado, Sulawesi Utara
- Kategori Dokter Praktik Mandiri: dr. Ismawati, Barabai, Kalimantan Selatan
- Kategori Dokter Gigi Praktik Mandiri: drg. Ali Sundiharja, Sukabumi, Jawa Barat
- Pemenang Apotek Program Rujuk Balik (PRB):
- Kategori Apotek PRB: Apotek Kimia Farma dr. Sutomo, Samarinda, Kalimantan Timur
2.Pemenang Rumah Sakit:
- Kategori Rumah Sakit Kelas A: RS Jantung Harapan Kita, Jakarta
- Kategori Rumah Sakit Kelas B: RS dr. Iskak Tulungagung, Jawa Timur
- Kategori Rumah Sakit Kelas C: RSU Aisyiyah Ponorogo, Jawa Timur
- Kategori Rumah Sakit Kelas D: RS Panti Rini, Sleman, Yogyakarta
Penghargaan Khusus kepada Puskesmas Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan: Puskesmas Tegal Arum, Kalimantan Barat.
Lalu pertanyaannya, indikator apa saja yang menjadi penilaian? Ada tiga poin kunci yang turut menjadi penentu. Pertama adalah nilai kemanusiaan. Menurut Ketua Tim Juri Eksekutif Nafsiah Mboi, poin tambahan yang menjadi penilaian ialah kemanusiaan. Misalnya saja pada pelayanan IGD. rawat inap dan pelayanan farmasi/obat yang berfokus pada kepentingan/kebutuhan pasien dan keluarga, seperti perlakuan cepat, profesional dan tanpa diskriminasi.
Selanjutnya adalah networking, yang berarti bagaimana sebuah rumah sakit memiliki jaringan untuk dapat merujuk pasien baik secara horizontal maupun secara vertikal dari satu kelas ke kelas lainnya. Sehingga memudahkan pasien dan keluarga mengakses.
Dan yang yang ketiga adalah kerja sama tim. Menurut Nafsiah, semakin besar rumah sakit, kekompakan antar tim dalam menangani pasien seringkali sangat kurang. Oleh sebab itu, ia mengapresiasi fasilitas kesehatan yang memiliki teamwork yang baik dalam menangani pasien.
Selain tiga poin tersebut, juga ada sejumlah hal penting yang turut dipertimbangkan dalam penilaian, diantaranya adalah kesesuaian rumah sakit dalam memenuhi komitmen PKS, tingkat kepuasan peserta yang mendapat pelayanan, pelayanan kepesertaan, kecepatan respons terhadap keluhan, serta inovasi yang dikembangkan rumah sakit dalam memberikan kemudahan bagi peserta JKN-KIS.