PT Indofarma Tbk (INAF) menggandeng sebuah perusahaan asal Korea Selatan untuk mendirikan joint venture (JV) yang fokus memproduksi alat kesehatan. JV ini sendiri dikabarkan memiliki nilai investasi sekitar Rp 200 miliar, termasuk biaya pembangunan pabrik dan pengadaan alat produksi.
Direktur Finance dan Human Capital Indofarma Herry Triyatno mengatakan bahwa JV ini akan membangun sebuah pabrik alat kesehatan di wilayah Cibitung. Perusahaa BUMN itu sendiri menargetkan bisa memperoleh porsi mayoritas dalam kerjasama ini kendati masih belum ada nilai pastinya.
“Dari JV berapa persen-persennya belum tahu. Indofarma maunya dominan. Pada saat kita sign agreement perlu waktu. MoU sudah ada. Tinggal bagaimana tentukan berapa,” kata Herry.
Menurut dia pembangunan pabrik alat kesehatan ini menjadi bagian dari peningkatan penjualan dari produk non farmasi. Ditargetkan nantinya porsi penjualan perusahaan akan menjadi 40%-60% untuk porsi non farmasi dan farmasi, meski akan dilakukan secara bertahap.
Sementara itu, tahun depan Indofarma menargetkan pertumbuhan kinerja sebesar 13%-15% dibandingkan dengan tahun ini. Meski demikian, untuk laba bersih di tahun depan diperkirakan tidak bisa tumbuh dengan nilai yang sama dengan pendapatannya.
“Untuk ukuran Indofarma yang sedang perbaikan, untung Rp 2 miliar-Rp 3 miliar itu besar. Tapi untung Rp 10 miliar seakan naik 4 kali lipat. Jadi yang ingin disampaikan proyeksikan untung, tapi jangan disampaikan berapa kali lipat,” lanjut Herry.
Untuk diketahui, porsi penjualan Indofarma pada tahun lalu didominasi oleh produk farmasi. Tepatnya yaitu 80%, sedangkan sisanya adalah produk non farmasi.