Kebanyakan orang lebih mengenal istilah kemoterapi sebagai salah satu alternatif pengobatan kanker. Namun, yang tak banyak diketahui banyak orang adalah ada satu lagi cara untuk mengobati penyakit tersebut, yaitu dengan metode Cryotheraphy, biasa disingkat jadi Cryo.
Jauh sebelum kemoterapi ditemukan lalu digunakan untuk menyembuhkan kanker pada awal abad 20, Cryo telah lebih dulu hadir sebagai alternatif melawan kanker. Dan metode ini digadang-gadang akan menjadi salah satu harapan dunia medis.
Cryo bekerja dengan cara menghancurkan jaringan tidak normal menggunakan suhu dingin yang ekstrem dari nitrogen cair atau gas argon.
Dalam jurnal berjudul Cancer Cryotheraphy: Evolution in Biology, Dan Theodorescu menulis: penggunaan Cryotheraphy atau Cryosurgery pada kanker dimulai di Inggris pada 1850-an. Dokter yang pertama menggunakannya adalah James Arnott. Ia menggunakan larutan garam yang mengandung es-es yang dihancurkan untuk mengobati kanker lanjut di tempat-tempat yang mudah dijangkau seperti payudara dan serviks.
Temuan Arnott yang membekukan sel-sel kanker itu sampai suhu -18 derajat Celsius sampai -24 derajat Celsius, terbukti dapat memperpanjang umur pasien bahkan punya kemungkinan sembuh. Seperempat abad kemudian, teknologi pencairan gas-gas di atmosfer dikembangkan. Oksigen adalah gas pertama yang dicairkan dalam kuantitas sedikit, sampai ilmuan Inggris James Dewar mengembangkan tabung vakum sebagai wadah gas cair pada 1982.
Temuan-temuan itu akhirnya membantu Cryo jadi teknik pengobatan yang makin sempurna. Gas-gas cair itu punya titik beku yang lebih tinggi ketimbang garam yang digunakan Arnott pertama kali. Membuat Cryo akhirnya bisa benar-benar membekukan sel-sel kanker itu sampai titik -196 derajat Celsius, ketika menggunakan nitrogen.
Penelitian-penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan Cryo. Ia bahkan sempat terkenal sebagai teknik Cryogen, ketika pertama kali berhasil dikombinasikan dengan gas-gas cair itu. Pada pertengahan 1960-an, Cryo sebagai masa depan pengobatan kanker makin cerah, ketika Cryosurgery pada kanker prostat dikembangkan.
Namun pada 1970-an, Cryo sempat kembali diragukan karena penerapannya pada kanker prostat punya sejumlah efek: di antaranya komplikasi dan melemahkan fungsi kandung kemih.
Pada 1990-an, Cryo kembali ditengok ketika kekurangan-kekurangan metode ini kembali diperbaiki para ilmuan. Salah satunya dengan menggabungkan Cryo dengan teknologi Ultrasound.
Kini, Cryo bisa digunakan hampir di semua jenis kanker. Menurut cancer.gov, situs kesehatan khusus kanker di Amerika Serikat, penggunaan Cryo paling efektif terjadi pada retinoblastoma, kanker-kanker di tahap awal (terutama prostat), dan artinic keratosis, semacam daging tumbuh yang diindikasikan sebagai tumor jinak. Namun, sejumlah ilmuan mengembangkan Cryo pada jenis kanker lainnya, seperti kanker payudara, kanker ginjal, kanker usus, kanker kulit, dan lainnya.
Berbeda dengan kemoterapi yang punya dampak nyata seperti kebotakan, berkurangnya sel darah, dan dampaknya pada hormone, Cryo punya konsekuensi menyakitkan yang lebih kecil. Risiko untuk sakit, pendarahan, atau komplikasi lain sangat kecil. Daripada pengobatan lainnya, Cryo yang paling tidak invasif.
Ia juga dapat dilakukan berulang-ulang kali, dan dapat digabung dengan pengobatan lainnya seperti kemoterapi, terapi hormon, dan radiasi. Bagi orang-orang berumur atau yang mengidap penyakit tertentu sehingga dilarang untuk melakukan operasi, Cryo bisa jadi salah satu solusinya.
Namun, seperti kemoterapi dan metode lainnya, Cyro juga punya efek samping tergantung pada jenis kankernya. Misalnya, jika mengenai kelenjar prostat, Cyro bisa membuat seorang pria jadi impoten. Lebih dari itu, ketelitian sangat berperan penting dalam proses cryosurgery, sebab meleset sedikit saja, maka sel kanker yang tak ikut dibekukan dapat berdampak fatal: yaitu, kembali menyebarnya sel-sel ganas itu memakan tubuh kita dari dalam. Namun, apapun kelemahannya setidaknya Cryo bisa membuktikan sebagai alternatif bagi manusia untuk melawan kanker.
Artikel disadur dari Tirto.id , dengan beberapa perubahan.