spot_img

Peningkatan Kasus DBD di Indonesia: Faktor dan Upaya Penanggulangannya

Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia mengalami peningkatan yang mencemaskan. Menurut Kementerian Kesehatan RI, kasus DBD melonjak menjadi 88.593 sepanjang tahun 2024, tiga kali lipat lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencatatkan 28.579 kasus.

Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, salah satu penyebab utama peningkatan kasus adalah kurang optimalnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan gerakan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur).

Faktor lingkungan, seperti El Nino, pergeseran musim pancaroba, dan curah hujan yang berubah juga berkontribusi pada peningkatan ini dilansir dari CNBC Indonesia (01/05/2024).

Dari jumlah kasus tersebut, terdapat 621 kematian, dengan Kota dan Kabupaten Bandung menjadi wilayah terbanyak kasus dan kematian.

Langkah penting dalam menekan kasus DBD adalah deteksi dini dan intervensi yang cepat. Meskipun pemerintah dan Dinas Kesehatan memberikan dorongan, tanggung jawab individu dalam menjaga kebersihan lingkungan sangatlah vital.

Peningkatan Kasus DBD juga Terjadi Secara Global

Selain di Indonesia, kasus DBD juga meningkat secara global. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2023, kasus DBD telah meningkat sepuluh kali lipat selama dua dekade terakhir. Bahkan, pada tahun 2019, jumlah kasus mencapai puncaknya dengan meluas di 129 negara.

Meskipun terjadi penurunan kasus antara tahun 2020-2022 akibat pandemi Covid-19, tingkat pelaporan meningkat secara global pada tahun 2023. Hal ini menandai tantangan besar dalam kesehatan masyarakat yang perlu segera diatasi.

Dalam menanggapi peningkatan ini, penting untuk melakukan upaya pencegahan yang efektif. Deteksi dini, intervensi, dan kesadaran individu dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah kunci dalam menekan kasus DBD.

Salah satu metode yang efektif dalam mengendalikan populasi nyamuk penyebab DBD adalah menggunakan mesin fogging. Fogging merupakan proses penyemprotan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa.

Menanggapi fenomena ini, distributor alat kesehatan (alkes) karya Pratama mendistribusikan mesin fogging KMN 150 yang dilengkapi berbagai fitur unggulan.

Mesin fogging KMN 150 dari Distributor Alat Kesehatan Karya Pratama ini hadir sebagai solusi efektif dalam menekan populasi nyamuk penyebab DBD. Melalui berbagai fitur yang ada, mesin ini diharapkan dapat membantu menjaga kesehatan masyarakat dari ancaman DBD.

Sembilan Perusahaan Alkes Indonesia Mengikuti Pameran EXPOMED EUROSIA 2024 di Turki

Foto: Dok. Kemenperin

Sembilan perusahaan alat Kesehatan (alkes) asal Indonesia mengikuti ajang EXPOMED EUROSIA 2024 yang digelar di Istanbul, Turki pada tanggal 25-27 April 2024 lalu. Keikutsertaan perusahaan-perusahaan ini difasilitasi oleh Kementerian Perindustrian untuk membantu mempromosikan produk alkes Indonesia ke pasar Eropa.

Adapun kesembilan perusahaan alkes nasional yang menjadi peserta dalam perhelatan tersebut yakni PT Sugih Instrumendo Abadi, PT Marthys Orthopaedic Indonesia, dan PT Rejeki Putra Putri Eliman.

Selanjutnya PT Cahaya Hasil Cemerlang Multi Manufaktur, PT Haloni Jane Tbk, PT Oneject Indonesia, PT Prodia Diagnostic Line, PT Graha Teknomedika, dan PT Kusuma Sukses Makmur.

Selain itu turut berpartisipasi Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI), serta Gabungan Pengusaha Alat Kesehatan dan Laboratorium (GAKESLAB).

Dikutip dari situs antaranews.com, Staf Khusus Menteri Perindustrian yang juga Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif menyatakan bahwa produk alat kesehatan dalam negeri telah memiliki kualitas dan spesifikasi yang dibutuhkan oleh konsumen global. Oleh karena itu melalui pameran EXPOMED EUROSIA 2024 dapat menjadi sarana untuk menarik investasi ke Indonesia.

“Kehadiran Kemenperin pada ajang internasional tersebut bertujuan untuk memperkenalkan potensi industri alat kesehatan di Indonesia sebagai bagian dalam upaya penetrasi pasar internasional khususnya pasar Eropa melalui Turki sebagai penghubungnya,” ungkap Arif.

EXPOMED EUROSIA 2024 merupakan pameran khusus di bidang peralatan medis, perbekalan medis, serta perawatan kesehatan di kawasan Eurasia. Dalam pameran tersebut ada 700 peserta dari 16 negara yang hadir pada pelaksanaannya tahun ini, serta menargetkan lebih dari 20 ribu pengunjung.

Selain itu, dalam ajang tersebut juga terdapat lebih dari 1000 merek yang ditampilkan dalam berbagai kategori, seperti peralatan dan teknologi elektromedis, ortopedi-terapi fisik-rehabilitasi, manajemen rumah sakit dan fasilitas medis, serta produk-produk kesehatan lainnya.

Pemerintah Akan Rekrut 5.500 Tenaga Kerja Medis Untuk Empat Rumah Sakit Baru

Foto: Jawa Pos

Terkait dengan empat rumah sakit baru milik pemerintah Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membutuhkan sekitar 5.500 tenaga kerja kesehatan. Rekrutmennya sendiri sudah mulai dibuka.

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi, Kemenkes membutuhkan tenaga kerja mulai dari dokter, dokter spesialis, perawat, apoteker, tenaga penunjang medik, dan manajerial.

“Kemenkes membangun empat rumah sakit Kemenkes yang besar-besar di Surabaya, Makassar, Jayapura, dan Ibu Kota Nusantara,” kata Menkes Budi sebagaimana diktip dari situs antaranews.com.

Adapun emapt rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit (RS) UPT Vertikal Surabaya, Jawa Timur, RS UPT Vertikal Makassar, Sulawesi Selatan, RS Vertikal Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, dan RS Vertikal Jayapura, Papua.

Rumah sakit baru tersebut digadang-gadang akan menjadi sentra layanan kesehatan terlengkap di masin-masing wilayahnya. Khususnya untuk menangani kanker, jantung, stroke, dan uronefrologi atau ginjal (KJSU).

Hal ini diharapkan dapat mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan yang selama ini hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa.

“Saya berharap layanan kesehatan yang canggih tidak hanya tersentralisasi di Jawa, nanti juga akan tersebar di Indonesia,” pungkas Budi.

Chitose Internasional Akan Ekspansi ke Bisnis Alat Kesehatan

Para direksi PT Chitose Internasional. Foto dok CINT

PT Chitose Internasional Tbk (CINT), perusahaan yang selama ini dikenal sebagai produsen furnitur dengan merk Chitose, dikabarkan akan melakukan ekspansi bisnis ke bidang perdagangan alat kesehatan dan alat laboratorium.

Direktur Sales Marketing Chitose Internasional, Susanto mengatakan bahwa keputusan ini telah melalui studi kelayakan usaha. CINT melirik pengembangan bisnis yang lebih luas seiring dengan permintaan yang berkesinambungan dari pasar kesehatan, terutama untuk produk-produk furnitur penunjang aktivitas kesehatan.

Di samping menangkap peluang dari pasar industri kesehatan, Susanto mengatakan langkah CINT ini sejalan dengan program pemerintah yang ingin menggenjot produk dalam negeri. Sebab, sektor kesehatan menjadi salah satu industri dengan paparan produk impor yang masih tinggi.

Terkait produk, yang akan menjadi fokus CINT diantaranya adalah ranjang rumah sakit manual dan elektrik, ranjang periksa Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), tiang infus, meja makan pasien, emergency bed, ranjang rawat bayi dan kabinet samping ranjang serta dapat memasarkan produk alat kesehatan lain yang relevan seperti ranjang ICU, kursi roda, Obgyn Bed (ranjang bersalin) dan lain-lain.

Sementara itu, Direktur Chitose Internasional, R. Nurwulan Kusumawati mengungkapkan CINT sudah memproduksi segmen alat kesehatan tersebut. Sehingga dengan penambahan kegiatan usaha ini, CINT tidak lagi bergantung pada pihak ketiga untuk melakukan penjualan dan pemasaran.

Dengan begitu, CINT juga tidak memerlukan investasi tambahan.

“Dengan ini kami bisa melakukan penjualan langsung, sehingga bisa memaksimalkan keuntungan dan penetrasi pasar. Untuk usaha perdagangan tidak ada biaya investasi tambahan, karena memanfaatkan sumber daya yang ada,” pungkas Nurwulan.

Kembangkan Alat Pengujian Kanker, PathGen Raih Pendanaan Dari East Ventures dan Royal Group Indonesia

Founder dan Co-Founder PathGen, dr. Susanti dan dr. Michael Rampangilei. Foto: Tech in Asia.

Startup teknologi kesehatan yang berfokus pada solusi pengujian molekuler, PathGen dikabarkan telah menerima pendanaan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia.

Melalui rilis resminya, PathGen menyatakan bahwa pendanaan ini nantinya akan dimanfaatkan untuk sektor penelitian dan pengembangan serta perluasan pasar. Namun, nilai dan ronde pendanaan tidak disebutkan.

“Kami senang menerima dukungan dari East Ventures dan Royal Group Indonesia. Kami yakin bahwa pendanaan ini akan mendukung misi kami dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mendemokratisasi solusi pengujian molekuler yang sesuai dengan konteks lokal,” kata CEO PathGen Susanti dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (19/04/2024).

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca mengatakan bahwa pihaknya menyambut bergabungnya startup itu menjadi bagian dari East Ventures. Pihaknya yakin akan potensi teknologi genomik yang dikembangkan PathGen, untuk merevolusi sistem dan infrastruktur layanan kesehatan di Indonesia.

“Kami menyambut PathGen ke dalam ekosistem kami dan bersemangat untuk mendukung PathGen dalam membuat solusi ini semakin mudah diakses oleh pasar. Kami yakin bahwa investasi ini tidak hanya mendorong inovasi tetapi juga memperkuat kemampuan kita untuk meningkatkan dan menciptakan luaran klinis yang positif,” ucap Willson Cuaca.

Sementara itu, pemegang Saham Royal Group Indonesia, Irawan Mulyadi mengungkapkan pernyataan senada. Pihaknya menjamin untuk mendukung PathGen dalam mewujudkan ambisinya untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan melalui pengobatan presisi dengan menyediakan diagnostik molekuler yang tepat sasaran dan terjangkau untuk Indonesia.

PathGen didirikan tahun 2020 oleh dr. Susanti dan didukung dr. Michael Rampangilei. Startup ini fokus melakukan riset diagnosa molekuler untuk deteksi penyakit serta penerapan precision medicine agar sesuai karakter dan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Saat ini PathGen sedang mengembangkan serangkaian alat pengujian genetik molekuler untuk berbagai jenis kanker, seperti kanker kolorektal, paru-paru, serviks, dan nasofaring. PathGen juga mengembangkan diagnostik molekuler melalui pengembangan teknologi mutakhir seperti next-generation sequencing (NGS) untuk kanker dan penyakit lainnya.

Alat diagnostik molekuler untuk kanker kolorektal BioColoMelt-Dx yang diproduksi PathGen bersama BioFarma. Foto: Kompas

Pada Juli 2022 lalu, PathGen menjalin kerja sama dengan Bio Farma dalam menghadirkan produk deteksi kanker usus untuk masyarakat Indonesia.

Rumah Sakit Unpad Mulai Buka Pelayanan Terbatas Pada Akhir Maret 2024

Setelah proses pembangunan tahap pertama gedungnya telah selesai, Rumah Sakit Universitas Padjadjaran dikabarkan akan mulai membuka pelayanan terbatas pada minggu terakhir Maret 2024. Pelayanan akan meliputi pelayanan pemeriksaaan, rawat jalan, dan laboratorium.

Pelayanan pemeriksaan dan rawat jalan rumah sakit yang terletak di Jatinangor, Sumedang ini meliputi spesialis penyakit dalam, spesialis kandungan (obstetrik dan ginekologi), spesialis anak, diagnostik bedah, mata, THT, kulit dan kelamin, neurologi, dan rehabilitasi medis. Sementara pelayanan laboratorium yang dibuka yaitu patologi klinik, patologi anatomi, dan radiologi.
Sedangkan untuk pelayanan rawat jalan, masih akan dirujuk ke rumah sakit lain sementara ini.

“Untuk pelayanan rawat inap sementara masih kita rujuk untuk sementara waktu. Untuk tindakan kecil yang bisa dikerjakan di poli, kita kerjakan,” jelas Direktur Utama RS Unpad, Herry Herman.

Herry Herman melanjutkan, selain untuk menunjang pendidikan kesehatan di Unpad, pendirian RS Unpad dilakukan guna berkontribusi memenuhi kebutuhan pelayanan rumah sakit, khususnya bagi masyarakat Jawa Barat (Jabar).

Pasalnya, berdasarkan analisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Jabar setidaknya memerlukan penambahan ribuan jumlah tempat tidur di rumah sakit. Sayangnya, jumlah dokter maupun fasilitas kesehatan masih belum memenuhi target jumlah tempat tidur tersebut.

pembangunan RS Unpad dipastikan akan terus berlanjut melalui skema Kerja Sama Pemerintah-Badan Usaha (KPBU). Melalui skema KPBU ini, gedung tahap dua RS Unpad direncanakan akan menampung lebih banyak pasien.

“Insyaallah nanti di akhir tahun, di kuartal ketiga (2024), kita akan launching untuk pembangunan gedung B dan gedung C,” pungkas Herry.

RSUD Tamansari Jakarta Barat Akan Lakukan Operasi Mata Katarak Gratis

Proses skrining katarak gratis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari, Jakarta Barat, Foto: Antara/Dok. RSUD Tamansari

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari, Jakarta Barat dikabarkan akan melaksanakan operasi katarak mata gratis untuk 100 orang. Acara ini berkolaborasi dengan Baznas (Bazis) RI, Baznas (Bazis) DKI Jakarta dan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) DKI Jakarta.

Dari kuota 100 orang tersebut, saat ini sudah tercatat 33 orang yang mendaftar. “Sampai hari ini sudah ada 33 orang yang mendaftar,” kata Kepala Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan RSUD Tamansari, dr. Ngabila Salama sebagaimana dilansir oleh Antara.

Ngabila melanjutkan, sebagian besar dari pendaftar berusia lebih dari 50 tahun. Selebihnya ada yang kelahiran 2021, kelahiran 1983, dan kelahiran 1985.

Sejumlah pasien tersebut telah mendaftar sejak 13 Maret 2024 lalu dan akan mengikuti skrining katarak pada 30 April 2024 mendatang. Setelah skrining pada 30 April 2024 mendatang, operasi akan dilaksanakan pada Sabtu, 4 Mei 2024 jam 08.00-12.00, lantai 6 dan ruang operasi RSUD Tamansari.

Saat ini pendaftaran masih dibuka. Masyarakat bisa mendaftar lewat tautan berikut:

bit.ly/katarakrsudtamansari

Ngabila menyebutkan, pendaftar diharuskan membawa salinan KTP, Kartu Keluarga (KK) dan surat keterangan tidak mampu. Peserta skrining akan dihubungi H-1 untuk konfirmasi mengenai jam kehadiran.

Alkes di RSUD Bekasi Kini Sudah Didominasi Produk Dalam Negeri

Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bekasi mengklaim bahwa saat ini, alat kesehatan yang berada di rumah sakit tersebut, sudah didominasi produk dalam negeri. Hal ini mengikuti anjuran terkait penggunaan produk lokal di seluruh instansi pemerintahan dan pelayanan publik.

Hal tersebut ditegaskan oleh Wakil Direktur RSUD Kabupaten Bekasi Lilah Muslihah. Dirinya menyatakan bahwa sebagian besar alat kesehatan yang digunakan merupakan produk-produk buatan dalam negeri dengan komposisi lebih dari 60 persen.

“Kami utamakan produksi dalam negeri terlebih dahulu namun kalau tidak ada baru kami lakukan impor demi optimalisasi pelayanan kesehatan masyarakat,” ungkap Lilah, sebagaimana dikutip dari situs Antara News.

Lilah mengaku pasokan alat kesehatan produksi dalam negeri sebelumnya masih relatif terbatas namun di tengah hilirisasi produk dalam negeri belakangan, produk lokal kini sudah semakin banyak.

Kendati begitu, memang Memang ada alkes (alat kesehatan) yang diimpor, seperti ventilator atau alat bantu pernapasan bagi pasien.

Alat kesehatan tersebut diimpor dari Amerika, Jerman, dan Jepang dikarenakan tidak ada pilihan lain demi kelancaran pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Di luar itu, ditekankan pemakaian produk dalam negeri sebagai prioritas.

Selain itu, Lilah juga menyoroti keuntungan dari aspek administratif dan akuntabilitas yang lebih baik dalam menggunakan alat kesehatan buatan lokal. Sementara untuk produk impor, terdapat beberapa tahapan perizinan yang harus diikuti sesuai dengan regulasi yang berlaku.

“Kami lebih senang pengadaan alkes dalam negeri sebab secara dokumen dan pertanggungjawabkan lebih mudah. Namun kalau impor ada beberapa proses perizinan hingga kementerian. Karena demi pelayanan kesehatan, RSUD selalu menempuh mekanisme sesuai peraturan perundang-undangan,” pungkas Lilah.

Rumah Sakit Awal Bros Group Luncurkan Layanan Terapi Sel Punca

RS Awal Bros Group dikabarkan telah meluncurkan layanan Stem Cell atau Teknologi Sel Punca. Layanan baru ini bertujuan untuk memberikan solusi bagi pasien yang membutuhkan regenerasi jaringan yang rusak atau terluka melalui penerapan teknologi Stem Cell.

Direktur RS Awal Bros Pekanbaru Jimmy Kurniawan MKK mengungkapkan bahwa Stem Cell menjadi pilihan yang menarik karena memanfaatkan potensi regenerasi alami tubuh, membantu mengatasi masalah kesehatan yang sulit disembuhkan dengan metode konvensional. Proses pengobatan dengan Stem Cell dimulai dengan pengambilan sel-sel induk dari tubuh pasien, biasanya dari sumsum tulang atau darah.

“Stem Cell adalah teknologi yang memanfaatkan sel-sel induk tubuh untuk merangsang pertumbuhan dan pemulihan jaringan yang rusak, menawarkan terapi yang efektif dan berkelanjutan untuk berbagai kondisi medis, termasuk stroke, parkinson, osteoarthritis, dan penyakit autoimun dan penyakit lainnya,” jelas Jimmy.

Sel-sel ini kemudian diproses dalam laboratorium untuk diperbanyak jumlahnya. Setelah sel-sel induk berhasil diperbanyak, mereka kemudian disuntikkan kembali ke tubuh pasien, di area yang membutuhkan regenerasi jaringan. Proses ini memungkinkan sel-sel induk untuk memperbaiki dan meregenerasi jaringan yang rusak atau terluka secara alami.

Lebih lanjut Jimmy mengungkapkan jika RS Awal Bros Group juga aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang manfaat dan prosedur penggunaan Stem Cell, meningkatkan kesadaran akan teknologi pengobatan ini, dengan memberikan seminar edukasi kepada masyarakat.

Untuk dikethui, rumah sakit Awal Bros Grup tersebar di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, yaitu RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru, RS Awal Bros Batam, RS Awal Bros Panam, RS Awal Bros Ujung Batu, RS Awal Bros A.Yani, RS Awal Bros Bagan Batu, RS Awal Bros Botania Batam, dan RS Awal Bros Dumai.

RSUD Johanes Kupang Terima Alkes Kateterisasi Jantung Dari Kementerian Kesehatan

Pj Gubernur NTT Ayodhia G Kalake (kanan) saat meninjau ruangan untuk pemeriksaan jantung di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Humas Pemprov

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof Dr. W. Johanes Kupang, Nusa Tenggara Timur mendapatkan alat kateterisasi jantung dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Alat ini diharapkan bisa memudahkan pelayanan kesehatan bagi pasien sakit jantung yang ada di provinsi berbasis kepulauan itu.

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes sendiri memang sudah ditetapkan sebagai RS Pusat Rujukan Pelayanan Jantung Regional NTT oleh Kemenkes, sesuai dengan SK Kemenkes Terkait RS Rujukan Pelayanan Kardiovaskular Nomor HK 01.07/Kemenkes/718/2020.

Terkait hal ini, Pj Gubernur NTT Ayodhia G Kalake mengatakan bahwa di NTTm kasus penyakit jantung tergolong tinggi. Di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes pada tahun 2023 tercatat sebanyak 248 kasus penyakit Syndrom Coronaria Acute yang membutuhkan tindakan kateterisasi disamping penyakit jantung lainnya.

Angka ini tambah dia, tentunya akan menjadi jauh lebih besar jika diakumulasi dengan kasus-kasus serupa yang terjadi pada seluruh Rumah Sakit di seluruh NTT. Oleh karena itu, menurut Pj. Gubernur NTT, dibutuhkan tindakan penanganan penyakit jantung yang khusus dan komprehensif.

Selama ini penderita penyakit jantung dari NTT memilih untuk melakukan perawatan dan pengobatan ke luar NTT terutama karena belum tersedianya pelayanan kateterisasi jantung dengan sumber pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Ayodhia G Kalake melanjutkan, dengan adanya alat ini para penderita penyakit jantung tak perlu lagi mengeluarkan biaya, tenaga dan waktu yang banyak karena harus dirujuk ke luar NTT. Apalagi peralatan kateterisasi yang dimiliki di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes ini merupakan satu-satunya alat kateterisasi di NTT berjenis Biplane sehingga lebih memudahkan secara teknis dalam proses diagnosis maupun tindakan baik pada kasus jantung coroner maupun kasus jantung bawaan dan pediatri atau anak-anak sehingga diharapkan dari sisi hasil tentunya lebih baik.

“Dari skema pembiayaan dengan JKN untuk pelayanan PIC ini juga tentunya sangat membantu masyarakat. Saya berharap BPJS Kesehatan sebagai pelaksana teknis JKN dapat mendukung secara penuh pelayanan kateterisasi di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes ini sehingga memudahkan masyarakat NTT khususnya para penderita penyakit jantung yang membutuhkan penanganan yang cepat dan komprehensif,” pungkasnya.