Menurut laporan Future Health Index (FHI) 2019 yang dirilis oleh Royal Philips, salah satu cara atau strategi yang diperlukan untuk mempercepat transisi layanan kesehatan adalah melalui pemanfaatan teknologi.
Penelitian tersebut melibatkan 15.000 individu dan 3.100 tenaga kesehatan profesional di 15 negara di seluruh dunia. Dimana fokus pada peran teknologi kesehatan digital dalam meningkatkan pengalaman pasien dan tenaga kesehatan dalam sebuah sistem layanan kesehatan.
Riset tersebut berhasil menemukan bahwa 79% dari 400 tenaga kesehatan profesional yang disurvei di seluruh wilayah Asia Pasifik telah memanfaatkan teknologi digital dalam berbagai bentuk untuk mempermudah dan meningkatkan kinerjanya.
Adpun rincian penggunaan teknologi tersebut adalah untuk berkonsultasi dengan praktisi kesehatan lainnya dalam hal perencanaan perawatan/pengobatan, untuk menyediakan akses hasil tes kesehatan untuk pasien, dan memonitor pasien dari jarak jauh.
Meskipun perlu dikaji lebih mendalam, namun tren di Indonesia juga tak jauh berbeda dengan tren di Asia Pasifik. Hal ini terlihat jelas dari industri kesehatan dalam negeri yang sedang beralih ke ranah digital.
Bahkan dalam Global Health Digital Partnership (GDHP) keempat di New Delhi pada Februari 2019, Kementerian Kesehatan Indonesia telah menegaskan dukungannya terhadap pemanfaatan teknologi digital untuk memperkuat sistem kesehatan nasional.
Pemanfaatan teknologi seperti telemedis misalnya memiliki potensi untuk memperluas akses kesehatan yang lebih baik, bahkan di area terpencil. Solusi telemedis di Indonesia dapat membantu menghubungkan tenaga kesehatan profesional dengan pasien di daerah pelosok.
Laporan tersebut juga mengidentifikasi tiga tema kunci di level global yang akan menentukan kemunculan tren teknologi kesehatan di Indonesia dalam waktu dekat yakni tenaga kesehatan profesional yang lebih terlibat dan melek digital, akses pasien terhadap data, dan belajar dari negara lain yang telah berhasil mengadopsi teknologi digital dalam sistem kesehatan mereka.