Belakangan memang pemerintah Indonesia giat mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri untuk alat kesehatan. Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengklaim bahwa saat ini lima puluh persen alat kesehatan di Indonesia sudah diproduksi oleh perusahaan dalam negeri.
Beberapa jenis produk yang diproduksi adalah alat suntik yang sudah diproduksi di kawasan Sidoarjo, Jawa Timur padahal dulu Indonesia harus melakukan impor dari Jepang. Kemudian alat kesehatan lainnya seperti stent jantung, baju operasi, masker, hingga engsel yang biasa di tubuh juga sudah diproduksi oleh perusahaan asli Indonesia.
“Banyak produksi lokal untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit, 50 persen alat kesehatan produksi lokal, alat suntik, stand jantung, baju operasi, skrub engsel buat yang patah tulang,” ungkap Nila yang MedX kutip dari beberapa sumber.
Dirinya juga menyebutkan bahkan ada beberapa produk alkes buatan perusahaan lokal yang diekspor ke luar Afrika dan Eropa. Misalnya tempat tidur pasien maupun meja operasi.
“Saya hapal tempat tidur itu sudah lama banyak bersaing terakhir diekspor di Afrika, Australia, Jepang, New Zealand, negara dari maju membeli dari kita mungkin karena lebih efisien,” ucap Nila.
Yang paling baru adalah alat rapid test atau alat pemeriksaan dini untuk kehamilan, hepatitis, sifilis, malaria, dan demam berdarah. Indonesia sudah bisa memproduksi sendiri alat ini. Dilakukan oleh perusahaan farmasi dan kesehatan Kimia Farma
“Kalau dari saya kira ini memang satu hal kemajuan yang kita punyai. Memang ini yang kita inginkan, jadi gak semua kita harus import,” pungkas Nila.