Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh BMJ Open mencatat bahwa tidak sedikit pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang dirawat, sebelumnya melakukan pencarian perihal penyakit mereka lewat Google.
Menurut platform jurnal kesehatan online tersebut, ini berarti bisa jadi adanya korelasi antara riwayat penyakit dalam rekam medis dengan riwayat pencarian Google mereka. Hal tersebut bisa dimanfaatkan sebagai basis data untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi instansi kesehatan seperti rumah sakit atau klinik. Misalnya untuk mempermudah pihak dokter melakukan diagnosa dan memutuskan metode pengobatan yang tepat terhadap pasien.
Dalam penelitian tersebut, dari 103 data pasien yang berhasil dikumpulkan dan dianalisis, 6 persen dari 591.421 query pencarian unik mereka berkaitan dengan kesehatan dan penyakit yang mereka derita saat ini. Proporsi ini meningkat 15 persen jika analisis pencariannya dibatasi pada kunjungan IGD tujuh hari terakhir. Selama tujuh hari pencarian tersebut, 56 persen sedang mempelajari gejala penyakit, 53 persen mempelajari informasi rumah sakit, sedangkan 23 persen sisanya mempelajari penanganan penyakit.
Tim peneliti mengamati sejumlah pasien yang sedang dalam perawatan IGD dari Maret 2016 hingga Maret 2017. Semua peserta memiliki usia diatas 18 tahun dan dirayu untuk memberikan catatan riwayat pencarian Google serta rekam medis mereka dengan imbalan kupon lotre berhadiah kartu bingkisan senilai USD 40 atau sekitar IDR 580.000. Konten dari data pencarian kemudian dievaluasi oleh dua orang coders yang memisahkan mana riwayat yang berkaitan dengan kesehatan dan mana yang tidak.
Pihak peneliti mengklaim bahwa ini merupakan penelitian pertama yang memadukan data pencarian Google dan data rekam medis pribadi. Dan sebenarnya, sejumlah pihak dalam industri kesehatan sudah cukup lama tertarik terkait hal ini.
Kendati begitu, penelitian ini masih tahap awal dan masih banyak hal yang harus digali dan dipelajari sebelum menarik kesimpulan lebih dalam.
“Dengan Mengetahui apa yang pasien cari sebelum mengunjungi IGD dapat membantu kami mengantisipasi kebutuhan mereka dan mengarahkan untuk mendapatkan layanan pengobatan yang tepat. Dan mengetahui apa yang mereka cari setelahnya dapat membantu kami berkomunikasi lebih baik dan membantu pasien pada perawatan setelah kunjungan,” tulis peneliti dalam jurnal tersebut.