Mohamad Mualliful Ilmi dan Denny Okta Kusumawardhana, dua mahasiswa asal Institut Teknik Surabaya (ITS) mencoba mengembangkan potensial materi orthopedi berbasis magnesium. Tak hanya itu, mereka juga merancang metode produksi magnesium yang diklaim lebih ramah lingkungan dan harganya relatif lebih murah.
“Selama ini alat-alat orthopedi dibuat dari alloy (Perpaduan logam, red), titanium dan platina. Logam-logam tersebut faktanya sulit terdegradasi dan dapat menjadi racun jika larut dan bebas ke dalam tubuh dalam jumlah besar,” ujar Ilmi, seperti dikutip dari situs detik.com.
Dirinya melanjutkan, selama ini produksi magnesium selalu menggunakan proses down yang mencemari lingkungan karena perlu penggalian atau penambangan yang merusak lingkungan dan mengemisikan CO2. Sedangkan dia dan rekannya tersebut mencoba menggunakan metode elektrolisis langsung yang cukup pakai energi listrik, dan magnesiumnya sendiri diperoleh dari air laut.
Ide pengenmangan alat ini terinspirasi dari pengalaman Ilmi yang pernah mengalami operasi patah tulang. Operasi tersebut mengharuskan tulangnya dipasang implan dan membutuhkan biaya besar untuk mengambilnya.
“Akhirnya saya berkeinginan untuk mencari potensi material pengganti yang dapat terdegradasi tanpa pengangkatan dan dapat disintesis secara ramah lingkungan,” ungkap Ilmi.
Hasil gagasan yang cemerlang ini sendiri telah berhasil mengantongi juara pertama dalam ajang Indonesian Youth Conference on Sustainable Development (IYCSD) 2017 di Yogyakarta, akhir September lalu.