spot_img

Gakeslab DKI Jakarta Gelar MUSPROV IX Bahas Tantangan Regulasi dan Inovasi Industri Alkes Nasional

Gabungan Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Indonesia Provinsi DKI Jakarta menggelar Musyawarah Provinsi (MUSPROV) IX sebagai forum tertinggi organisasi di tingkat provinsi. Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi para pelaku industri alat kesehatan untuk menentukan arah kebijakan dan strategi menghadapi dinamika sektor alat kesehatan nasional yang semakin kompleks.

MUSPROV IX mengangkat tema “Regulasi dan Inovasi Merupakan Tantangan dan Peluang dalam Kemandirian Alkes Indonesia”. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Kementerian Kesehatan, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), serta Telkom Indonesia (GovTech) yang memaparkan berbagai kebijakan dan pembaruan sistem dalam tata kelola alat kesehatan.

Salah satu isu utama yang dibahas adalah perkembangan e-Katalog versi 6 (v6), sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah yang kini menjadi dasar baru bagi tata kelola alat kesehatan nasional. Sistem ini diharapkan mampu meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam proses pengadaan. Namun, di lapangan, penerapan e-Katalog v6 masih menghadapi sejumlah kendala teknis dan administratif yang dirasakan langsung oleh para pelaku usaha.

Ketua Gakeslab DKI Jakarta: Dunia Alkes Sedang Menghadapi Tekanan Berat

Ketua Gakeslab Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Andri Noviar, menyoroti bahwa kondisi dunia alat kesehatan saat ini tengah berada dalam tekanan besar. Menurutnya, perubahan regulasi yang cepat serta implementasi sistem baru yang belum stabil telah menimbulkan ketidakpastian bagi banyak pelaku industri.

“Banyak pelaku usaha alat kesehatan menyebut kondisi saat ini sebagai masa berduka bagi dunia alkes. Kami tidak menolak perubahan, tetapi kami membutuhkan kejelasan arah kebijakan dan kepastian hukum yang berpihak pada industri dalam negeri,” ujar Andri dalam sambutannya.

Ia menegaskan bahwa Gakeslab DKI Jakarta akan terus berperan sebagai wadah kolektif bagi para pelaku usaha untuk menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan kebijakan yang lebih realistis serta mendukung pertumbuhan industri nasional. Menurutnya, komunikasi dua arah antara regulator dan pelaku industri menjadi kunci agar kebijakan baru, seperti e-Katalog v6 dan mekanisme pengadaan konsolidasi, tidak menekan keberlangsungan usaha, khususnya bagi perusahaan kecil dan menengah.

Dampak Regulasi Terhadap Industri Alkes

Ketua Umum Gakeslab Indonesia, Rd. Kartono Dwidjosewojo, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, mengungkapkan hasil survei internal terhadap anggota Gakeslab di berbagai wilayah. Berdasarkan survei, industri alat kesehatan mengalami tekanan signifikan dalam dua tahun terakhir.

“Dari hasil survei kami, banyak anggota mengalami penurunan penjualan produk dalam negeri hingga lebih dari 25%. Penyebab utamanya antara lain efisiensi anggaran pemerintah pusat dan transfer dana ke daerah,” jelas Kartono.

Ia menambahkan, kondisi tersebut turut berdampak pada tenaga kerja. Beberapa perusahaan harus melakukan efisiensi dengan mengurangi karyawan sebesar 10–20%, bahkan sebagian di antaranya berada di ambang kebangkrutan.

Menurut Kartono, tantangan semakin berat dengan adanya kebijakan pengadaan konsolidasi yang tersentralisasi di pemerintah pusat serta program pengadaan berbasis pinjaman luar negeri. Dua kebijakan ini membuat perusahaan daerah semakin sulit bersaing dalam proses pengadaan, karena peluang bagi pemain lokal menjadi lebih terbatas.

Tunggakan Pembayaran dan Harapan Pelaku Usaha

Selain persoalan regulasi, Gakeslab juga menyoroti adanya tunggakan pembayaran dari proyek pengadaan alat kesehatan di berbagai daerah. Berdasarkan catatan internal, terdapat tunggakan sebesar Rp78 miliar dari sekitar 165 transaksi pengadaan, dengan keterlambatan pembayaran berkisar antara enam bulan hingga empat tahun.

“Masalah ini tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Sumatra, Jawa, Sulawesi hingga Indonesia Timur. Kami berharap Gakeslab DKI Jakarta dapat aktif membantu anggotanya dan terus berkoordinasi dengan Dewan Pengurus Pusat untuk menyuarakan permasalahan ini,” kata Kartono.

Situasi ini menunjukkan bahwa tantangan industri alat kesehatan tidak hanya berasal dari sisi regulasi dan sistem pengadaan, tetapi juga dari pelaksanaan di lapangan yang masih belum sepenuhnya tertib dan transparan.

Konsolidasi dan Langkah Strategis ke Depan

MUSPROV IX Gakeslab DKI Jakarta dihadiri oleh para anggota aktif yang merupakan pelaku utama industri alat kesehatan di wilayah ibu kota. Forum ini menjadi wadah konsolidasi dan refleksi bersama untuk menyusun langkah strategis agar organisasi semakin kuat sebagai mitra pemerintah dalam membangun industri alat kesehatan yang mandiri dan kompetitif.

Andri Noviar menutup forum dengan penegasan bahwa pelaku usaha alat kesehatan tidak hanya perlu bertahan, tetapi juga harus mampu berkembang di tengah tantangan perubahan regulasi.
“Kami ingin memastikan pelaku usaha alat kesehatan mampu tumbuh dan berdaya di negeri sendiri,” ujarnya.

Dengan semangat kolaborasi dan keterbukaan, Gakeslab DKI Jakarta berharap dapat memperkuat komunikasi antara pemerintah dan industri, sehingga arah kebijakan dan inovasi di sektor alat kesehatan benar-benar mampu mendukung kemandirian nasional.

Kolaborasi GAKESLAB Sulsel Perkuat Ekosistem Distributor Alkes Daerah Dukung Renstra Kemenkes 2025–2029

Gabungan Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium (GAKESLAB) Sulawesi Selatan menggelar kegiatan kolaboratif bersama Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dan Bank BNI Cabang Utama Makassar. Acara bertajuk “Penguatan Peran Distributor Alkes dalam Arah Baru Renstra Kemenkes 2025–2029” ini berlangsung di Hotel Mercure Makassar pada Selasa, 28 Oktober 2025.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, dr. H. M. Ishaq Iskandar, M.Kes., MM., MH., jajaran pejabat Dinas Kesehatan, perwakilan Bank BNI, serta para direktur dan anggota perusahaan yang tergabung dalam GAKESLAB Sulsel, termasuk sejumlah distributor alkes Makassar seperti PT Karya Pratama.

Forum ini menjadi momentum penting dalam memperkuat sinergi antara regulator, pelaku usaha, dan lembaga keuangan untuk mendukung kebijakan nasional menuju kemandirian alat kesehatan, sebagaimana arah baru Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2025–2029.

Apresiasi Dinas Kesehatan terhadap Inisiatif GAKESLAB Sulsel

Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel, dr. Ishaq Iskandar, menyampaikan apresiasi terhadap langkah GAKESLAB Sulsel yang menginisiasi ruang dialog strategis antara pemerintah dan pelaku industri alat kesehatan.

“Forum seperti ini penting untuk membangun kesamaan pandangan antara regulator dan pelaku usaha, terutama dalam mendukung peran distributor alat kesehatan serta pembinaan sarana distribusi berizin dan bersertifikat CDAKB,” ujar dr. Ishaq.

Ia juga menegaskan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mewujudkan sistem kesehatan nasional yang mandiri dan berdaya saing.
Penguatan Rantai Pasok dan Pembinaan Sarana Distribusi

Dari sisi kebijakan teknis, Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan melalui dr. H. Eko Nugroho, S.Ked., M.Adm.Kes. menekankan pentingnya penguatan sarana distribusi alat kesehatan di daerah.

“Kami berkomitmen melakukan pembinaan dan pengawasan yang edukatif serta kolaboratif terhadap sarana distribusi. GAKESLAB Sulsel adalah mitra strategis kami untuk memastikan rantai pasok alat kesehatan berjalan efektif, sesuai regulasi, dan berorientasi mutu,” tegas dr. Eko.

Langkah ini diharapkan dapat memperkuat struktur logistik kesehatan di daerah, khususnya bagi perusahaan distributor alkes Makassar yang berperan penting dalam penyediaan alat medis berkualitas bagi rumah sakit, klinik, dan laboratorium.

GAKESLAB Sulsel Dorong Kemandirian dan Daya Saing

Ketua GAKESLAB Sulsel, Hairil Anwar, S.Si, dalam sambutannya menegaskan bahwa penguatan kapasitas distributor alat kesehatan lokal merupakan langkah penting menuju kemandirian sistem kesehatan nasional.

“Kemandirian alat kesehatan nasional tidak akan terwujud tanpa penguatan sarana distribusi di daerah. Kami berkomitmen menjadi mitra strategis pemerintah dalam membangun sistem distribusi yang profesional, taat regulasi, dan berdaya saing,” ujar Hairil.

Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi lintas sektor ini menjadi wujud nyata semangat public-private partnership dalam memperkuat ekosistem alat kesehatan di Sulawesi Selatan.

Dukungan Pembiayaan dari Bank BNI

Sebagai bagian dari kegiatan ini, Bank BNI Cabang Utama Makassar memperkenalkan program pembiayaan khusus bagi anggota GAKESLAB Sulsel. Program tersebut dirancang untuk memperkuat modal kerja dan mendukung ekspansi bisnis sektor alat kesehatan.

Skema pembiayaan ini diharapkan dapat membantu distributor alkes lokal, termasuk PT Karya Pratama dan anggota lainnya, dalam memperkuat daya saing serta menjaga keberlanjutan usaha di tengah meningkatnya kebutuhan alat kesehatan nasional.

Arah Strategis Kolaborasi

Melalui kegiatan ini, GAKESLAB Sulsel menegaskan tiga arah strategis kolaborasi yang akan menjadi fokus ke depan, yaitu:

Penguatan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dalam pembinaan sarana distribusi berizin dan bersertifikat CDAKB.

Peningkatan kapasitas anggota melalui adaptasi terhadap implementasi e-Katalog versi 6 untuk transparansi dan efisiensi distribusi alat kesehatan.

Pengembangan kemitraan keuangan dengan lembaga perbankan, termasuk BNI, untuk mendukung keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis anggota.

Dorong Kemandirian Alkes Nasional

Penutupan acara diwarnai dengan komitmen bersama untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah, asosiasi, dan dunia usaha.

“Kegiatan ini merupakan langkah awal membangun sinergi cerdas antara regulator, pelaku usaha, dan mitra keuangan. Kami yakin kolaborasi ini akan memperkuat ketahanan alat kesehatan di Sulawesi Selatan dan mendukung tujuan nasional kemandirian alat kesehatan,” tutup Hairil Anwar.

Dengan kolaborasi seperti ini, ekosistem distributor alkes Makassar semakin siap menghadapi tantangan industri kesehatan ke depan, sekaligus memperkuat posisi Sulawesi Selatan sebagai salah satu pusat distribusi alat kesehatan penting di kawasan timur Indonesia.

Gubernur Pramono Anung Akan Bangun Rumah Sakit Tipe A di Lahan Sumber Waras, Didukung Presiden Prabowo

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan komitmennya untuk membangun rumah sakit baru di lahan milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang bersebelahan dengan Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta Barat. Proyek kesehatan strategis ini berdiri di atas lahan seluas 3,6 hektare dan telah mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat, termasuk Presiden Prabowo Subianto.

“Dengan adanya dukungan dari pemerintah pusat, kami semakin bersemangat untuk menyelesaikan persoalan ini. Kami akan segera membangun rumah sakit tipe A di lahan seluas 3,6 hektare ini,” ujar Pramono saat meninjau lokasi, Senin (27/10/2025).

Gubernur Pramono berencana mengajukan proyek ini agar masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Ia juga akan bertemu dengan Menteri Kesehatan dalam waktu dekat untuk membahas potensi kerja sama pembangunan fasilitas kesehatan tersebut. Jika disetujui sebagai PSN, pemerintah pusat diharapkan dapat membangun rumah sakit spesialis, seperti rumah sakit khusus jantung, kanker, dan stroke, di lokasi yang dinilai sangat strategis karena berada dalam zona yang sama dengan RS Kanker Dharmais.

Selain mengusulkan status PSN, Pemprov DKI Jakarta juga menyiapkan alternatif pendanaan kreatif (creative financing) guna mempercepat realisasi proyek tanpa membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat Jakarta, sekaligus mendukung visi nasional dalam pemerataan akses layanan medis berkualitas. Pembangunan rumah sakit tipe A di kawasan Sumber Waras diharapkan dapat menjadi pusat rujukan utama di wilayah barat Jakarta, memperkuat jaringan rumah sakit daerah, dan menekan beban fasilitas kesehatan rujukan nasional.

Dengan dukungan penuh dari Presiden Prabowo dan pemerintah pusat, proyek ini diproyeksikan menjadi salah satu langkah besar menuju sistem kesehatan Jakarta yang lebih modern dan terintegrasi.

Menkes Dorong Seluruh Rumah Sakit TNI Miliki Tujuh Dokter Spesialis Dasar

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan pentingnya pemerataan tenaga dokter spesialis di seluruh rumah sakit milik Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia menyampaikan bahwa setiap rumah sakit TNI diharapkan memiliki tujuh dokter spesialis dasar, sebagaimana standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk rumah sakit daerah tingkat kabupaten dan kota.

Hal ini disampaikan Budi Gunadi Sadikin usai menghadiri rapat bersama Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin di Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Panglima Besar Soedirman, Jakarta Selatan, pada Selasa (7/10/2025). Dalam pernyataannya, ia menekankan bahwa ketersediaan tujuh dokter spesialis di setiap rumah sakit TNI merupakan langkah penting untuk meningkatkan pemerataan layanan kesehatan di Indonesia.

Menurut Budi, dengan adanya tujuh dokter spesialis di setiap rumah sakit TNI, pelayanan kepada prajurit maupun masyarakat umum dapat diselesaikan di tingkat rumah sakit tersebut tanpa harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lain. “Standar dokter di rumah sakit daerah kabupaten/kota yang berjumlah 514 itu ada tujuh dokter spesialis. Ini juga yang kita harapkan ada di setiap rumah sakit TNI. Artinya, setiap prajurit yang perlu dirawat bisa ditangani langsung di sana, tidak perlu dirujuk ke rumah sakit lain,” ujarnya.

Pemerataan Layanan Kesehatan

Budi menjelaskan bahwa arahan Presiden Prabowo Subianto adalah agar pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lagi timpang antara wilayah Jawa dan luar Jawa. Ia menilai ketimpangan tersebut bukan disebabkan oleh kurangnya fasilitas kesehatan, melainkan oleh keterbatasan tenaga dokter spesialis di berbagai daerah.

Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Kesehatan telah menetapkan tujuh jenis dokter spesialis yang menjadi standar minimal di setiap rumah sakit daerah maupun rumah sakit TNI. Ketujuh spesialis tersebut adalah dokter spesialis anak, penyakit dalam, kebidanan dan kandungan (obgyn), bedah, anestesi, radiologi, dan patologi klinik.

“Ketujuh spesialis ini kami tetapkan sebagai standar dasar di seluruh rumah sakit daerah kabupaten/kota, termasuk rumah sakit TNI. Dengan begitu, layanan dasar di bidang kesehatan bisa tersedia secara merata di seluruh Indonesia,” jelas Budi.

Ia juga menekankan bahwa ketersediaan dokter spesialis tidak hanya akan membantu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi prajurit TNI dan keluarganya, tetapi juga berdampak langsung bagi masyarakat sekitar rumah sakit. “Kami ingin setiap rumah sakit TNI mampu melayani kebutuhan medis tanpa perlu rujukan, baik untuk anggota TNI maupun masyarakat umum,” tambahnya.

RSPPN Soedirman Jadi Pusat Pendidikan Dokter Spesialis

Dalam kesempatan tersebut, Budi juga mengumumkan rencana pemerintah untuk menjadikan Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Panglima Besar Soedirman sebagai rumah sakit penyelenggara pendidikan utama bagi tujuh bidang spesialis tersebut. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat pemerataan tenaga dokter spesialis di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di lingkungan TNI.

“Kami ingin mempercepat proses pemerataan dokter spesialis. Oleh karena itu, RSPPN Panglima Besar Soedirman akan dijadikan rumah sakit pendidikan utama untuk tujuh spesialis dasar ini. Dengan begitu, proses pendidikan bagi dokter-dokter TNI bisa dilakukan lebih cepat, lebih efisien, dan lebih terjangkau,” kata Budi.

Ia menambahkan bahwa Kementerian Kesehatan telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan dalam upaya percepatan ini. Menhan Sjafrie Sjamsoeddin disebut telah menyetujui rencana tersebut agar RSPPN Soedirman segera berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan utama.

“Pak Menhan juga setuju agar rumah sakit ini segera dijadikan rumah sakit penyelenggara pendidikan utama untuk tujuh dokter spesialis itu. Mulainya dari TNI dulu, agar seluruh rumah sakit TNI bisa segera dilengkapi dengan dokter-dokter spesialis yang dibutuhkan,” ujarnya.

Meningkatkan Kapasitas Rumah Sakit TNI

Melalui langkah ini, pemerintah berharap seluruh rumah sakit TNI di Indonesia dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanannya. Dengan tersedianya tujuh dokter spesialis di setiap rumah sakit, proses perawatan dan penanganan medis dapat dilakukan secara menyeluruh di tingkat daerah.

Upaya ini juga diharapkan dapat memperkuat sistem pertahanan negara melalui peningkatan layanan kesehatan bagi prajurit TNI dan keluarganya. Selain itu, keberadaan dokter spesialis di rumah sakit TNI di berbagai daerah juga akan membantu meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang memadai.

Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa Kementerian Kesehatan akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan dan instansi terkait lainnya untuk memastikan pelaksanaan kebijakan ini berjalan efektif. Ia berharap pemerataan tenaga dokter spesialis dapat segera terwujud agar tidak ada lagi kesenjangan layanan kesehatan antara wilayah Jawa dan luar Jawa.

Menuju Kemandirian Industri Kesehatan, Kemenkes Akui Masih Hadapi Tantangan Besar

Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Lucia Rizka Andalusia, mengakui bahwa mewujudkan kemandirian industri kesehatan nasional bukan hal yang mudah. Menurutnya, industri farmasi dan alat kesehatan di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan besar, terutama terkait ketersediaan bahan baku untuk obat-obatan maupun alat kesehatan.

“Tentu untuk mencapai kemandirian tidak bisa sekaligus. Kita masih bertahap,” ujar Lucia dalam acara Road to CNBC Indonesia Awards, Kamis (16/10/2025).
Ia menambahkan, pemerintah terus berupaya memperkuat rantai pasok dan meningkatkan kemampuan produksi bahan baku obat di dalam negeri. “Kita mengharapkan bisa menjaga supply chain, termasuk bahan baku, sehingga kemampuan memproduksi bahan baku obat dapat terus meningkat,” jelasnya.

Industri Farmasi Tumbuh, Produksi Bahan Baku Meningkat

Meski masih menghadapi kendala di hulu, Lucia menilai bahwa industri farmasi nasional menunjukkan perkembangan positif, terutama di sisi hilir. Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 240 perusahaan farmasi yang mencakup berbagai sektor, mulai dari obat-obatan berbasis kimia, vaksin, produk biologi, hingga obat herbal.

Dari 10 jenis bahan baku obat yang paling banyak digunakan di industri, Indonesia telah mampu memproduksi delapan di antaranya. Total, sudah ada sekitar 41 jenis bahan baku obat yang berhasil dikembangkan di dalam negeri.

“Kita juga berharap bahan baku yang diproduksi industri farmasi bisa digunakan hingga menjadi produk obat jadi. Pemerintah melakukan koordinasi agar bahan baku yang dihasilkan bisa terus dimanfaatkan secara berkelanjutan,” tambahnya.

Langkah ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam memperkuat ketahanan kesehatan nasional, yang menargetkan peningkatan produksi bahan baku dan pengurangan ketergantungan pada impor.

Produksi Alat Kesehatan Meningkat Tiga Kali Lipat

Selain sektor farmasi, perkembangan industri alat kesehatan (alkes) di Indonesia juga menunjukkan kemajuan signifikan. Lucia menyebutkan, dalam tiga tahun terakhir, produksi alat kesehatan dalam negeri meningkat hingga tiga kali lipat, terutama setelah pandemi COVID-19 yang sempat mengakibatkan kelangkaan berbagai produk medis penting.

“Pandemi menjadi momentum untuk mendorong industri alat kesehatan tumbuh pesat. Kini, banyak jenis alkes yang bisa kita produksi di dalam negeri,” ungkapnya.

Menurut Lucia, Indonesia sudah mampu memproduksi sebagian besar 10 jenis alat kesehatan yang paling banyak digunakan di fasilitas medis nasional. Namun, masih ada beberapa produk berteknologi tinggi yang belum dapat diproduksi secara mandiri, seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging).

“Dalam waktu dekat kita akan punya produk CT Scan buatan dalam negeri. Itu capaian yang sedang kita upayakan, tapi perjalanan ini masih panjang,” katanya.

Upaya Berkelanjutan Menuju Kemandirian Penuh

Lucia menegaskan bahwa pemerintah akan terus memperkuat kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, baik industri, akademisi, maupun lembaga riset, untuk mempercepat proses menuju kemandirian penuh sektor farmasi dan alat kesehatan.

“Industri ini berkembang pesat, tapi masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Kemandirian membutuhkan waktu, dukungan, dan sinergi lintas sektor,” tutupnya.

Pemerintah Percepat Distribusi Alat Kesehatan Modern ke 514 Kabupaten/Kota

Pemerintah menargetkan percepatan distribusi alat kesehatan modern ke 514 kabupaten/kota di Indonesia. Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerataan fasilitas layanan kesehatan, agar masyarakat di daerah dapat memperoleh pelayanan setara dengan kota-kota besar.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan, program distribusi alkes modern akan dibarengi dengan dukungan pembiayaan dari BPJS Kesehatan. Menurutnya, kemampuan keuangan BPJS harus diperkuat agar bisa menanggung peningkatan layanan di seluruh wilayah.

“Kita membicarakan rencana pemerintah untuk mendekloai alat-alat modern ke seluruh kabupaten/kota. Sekaligus kita usulkan agar BPJS memiliki kemampuan keuangan yang cukup kuat ke depannya,” ujar Budi seusai Rapat Koordinasi Komite Kebijakan Sektor Kesehatan BPOM Triwulan III 2025 di Jakarta, Senin (6/10/2025).

Regulasi dan Keamanan Alat Kesehatan

Budi menegaskan, pemerataan distribusi alkes akan diiringi regulasi ketat untuk menjamin keamanan dan mutu layanan. Inovasi obat serta alat kesehatan baru akan melewati uji klinis menyeluruh sebelum diberikan kepada masyarakat.

“Kita ingin memberikan akses terhadap obat-obatan baru yang kualitasnya lebih bagus bagi masyarakat. Tapi kita juga ingin memastikan jangan obat yang masih masa percobaan langsung diterapkan dengan biaya tinggi,” ucapnya.

Pengawasan BPOM Diperketat

Sementara itu, Kepala BPOM Taruna Ikrar menambahkan bahwa pengawasan pascaedar obat dan alat kesehatan akan semakin diperketat. Ia menegaskan sejumlah pelanggaran telah ditindak hingga ke proses hukum.

“Kami sudah masuk pada tingkat penegakan hukum, dan sekarang berproses di pengadilan. Aturan teknis terkait penggunaan terapi berbasis bioteknologi juga tengah disempurnakan,” kata Taruna.

Pemerataan Fasilitas Kesehatan Nasional

Melalui distribusi alat kesehatan modern yang merata, pemerintah berharap pelayanan medis di seluruh daerah, baik di perkotaan maupun pedesaan, dapat meningkat. Dengan dukungan BPJS Kesehatan serta pengawasan ketat dari BPOM, langkah ini menjadi strategi penting untuk memperkuat layanan kesehatan nasional.

ARSSI Bogor Raya Gelar Rapat Kerja dan Gathering 2025, Angkat Tema Kepemimpinan Visioner

Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Bogor Raya menyelenggarakan Rapat Kerja dan Gathering Tahun 2025 pada 4–5 Oktober 2025 di Richie Garden Resto dan Villa Babakan Madang, Bogor. Kegiatan ini mengangkat tema “Visionary Leaders in an Evolving Era” dan dihadiri oleh seluruh pimpinan serta perwakilan rumah sakit anggota ARSSI Bogor Raya.

Acara ini menjadi wadah penting bagi para pimpinan rumah sakit swasta di wilayah Bogor Raya untuk memperkuat sinergi, meningkatkan kapasitas kepemimpinan, serta menyusun program kerja strategis menghadapi tantangan sektor kesehatan yang terus berubah.

Rangkaian Acara

Kegiatan dimulai dengan doa pembuka, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars ARSSI. Setelah itu, Ketua ARSSI Bogor Raya, dr. Yudhy Iskandar, MARS, memberikan sambutan. Ia menegaskan bahwa rapat kerja ini menjadi momentum bagi pimpinan rumah sakit untuk memperkuat solidaritas sekaligus memperluas jejaring kolaborasi antar anggota.

Selain sambutan dari pengurus, kegiatan juga menghadirkan sesi pembekalan inspiratif. Harry Novryanto, seorang motivator, dan dr. Taufik Santoso, MARS, memberikan materi yang menekankan pentingnya kepemimpinan visioner dan kolaboratif di tengah dinamika dunia kesehatan. Keduanya menyoroti bahwa sektor kesehatan menuntut pemimpin yang mampu beradaptasi, mengambil keputusan strategis, dan tetap menjaga kualitas layanan kepada masyarakat.

Penyusunan Program Strategis

Rapat kerja tidak hanya berfokus pada sesi motivasi, tetapi juga memberikan ruang bagi para peserta untuk menyusun program kerja bersama. Setiap kompartemen rumah sakit anggota ARSSI Bogor Raya membahas langkah-langkah strategis untuk tahun mendatang. Hasil diskusi tersebut kemudian dikoordinasikan melalui lima divisi utama, yaitu Divisi Organisasi dan Antar Lembaga, Divisi Diklat dan Mutu, Divisi JKN, Divisi Advokasi dan Hukum, serta Divisi Humas dan Publikasi.

Melalui pembagian ini, program kerja diharapkan lebih terarah dan terukur. Fokus utamanya adalah peningkatan mutu pelayanan, penguatan kerja sama, serta penyelarasan visi antar rumah sakit swasta di wilayah Bogor Raya.

Outbound Perkuat Kebersamaan

Pada hari kedua, rangkaian kegiatan diakhiri dengan outbound bersama yang diikuti oleh seluruh peserta. Aktivitas ini disambut dengan antusias dan bertujuan mempererat ikatan antar pimpinan rumah sakit. Kegiatan outbound dipandang penting sebagai sarana membangun kerja sama tim, kepercayaan, dan semangat kolaborasi yang lebih kuat.

Outbound juga menjadi ajang untuk mempererat komunikasi informal antar pimpinan. Dengan suasana lebih santai, para peserta dapat saling bertukar pengalaman, gagasan, dan membangun hubungan personal yang mendukung kerja sama institusional di masa depan.

Komitmen Peningkatan Layanan

ARSSI Bogor Raya melalui rapat kerja ini menegaskan komitmennya untuk terus beradaptasi dan berinovasi. Peningkatan profesionalisme, mutu layanan, dan keselamatan pasien menjadi prioritas utama. Kesamaan visi antar rumah sakit diharapkan memperkuat posisi rumah sakit swasta di Bogor Raya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat.

Dengan mengusung tema kepemimpinan visioner, kegiatan ini menekankan bahwa setiap pimpinan rumah sakit perlu memiliki pandangan ke depan, mampu membaca perubahan, dan siap bekerja sama dalam menghadapi tantangan sektor kesehatan yang semakin kompleks.

Rapat kerja dan gathering ARSSI Bogor Raya tahun 2025 juga menunjukkan bahwa organisasi ini berperan sebagai motor penggerak bagi rumah sakit swasta di wilayahnya. Dengan koordinasi yang baik antar divisi, hasil rapat kerja diharapkan dapat diimplementasikan secara nyata di lapangan, sekaligus menjadi pedoman bersama untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap layanan rumah sakit swasta.

Operasi Bypass Jantung Pertama di Maluku Berhasil Dilakukan di RSUP Dr. Johannes Leimena Ambon

Provinsi Maluku mencatat tonggak sejarah baru dalam dunia kesehatan dengan keberhasilan operasi bypass jantung pertama yang dilaksanakan di RSUP Dr. Johannes Leimena, Ambon. Capaian ini menandai kemajuan signifikan layanan kesehatan jantung di kawasan timur Indonesia sekaligus memperkuat pemerataan akses layanan medis bagi masyarakat di luar Pulau Jawa.

Apresiasi Menteri Kesehatan

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin hadir langsung menyaksikan pencapaian tersebut di Ambon pada Jumat (3/10). Dalam konferensi pers, ia menyampaikan apresiasi kepada tim medis, pemerintah daerah, dan pihak rumah sakit atas terlaksananya operasi jantung terbuka pertama di Maluku.

Menurut Menkes Budi, capaian ini merupakan langkah penting dalam pembangunan sistem kesehatan nasional. Ia menekankan bahwa layanan jantung kini tidak lagi terpusat di Jawa, tetapi sudah mulai menyebar ke wilayah timur Indonesia.

“Setelah 80 tahun Indonesia merdeka, Maluku akhirnya bisa melakukan operasi bypass jantung pertama. Ini bukan hanya soal fasilitas, tetapi soal penyelamatan nyawa dan keadilan layanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Menkes Budi.

Tantangan Pasien Jantung di Wilayah Timur

Selama ini, pasien dengan penyakit jantung dari Maluku dan provinsi sekitar menghadapi tantangan besar. Banyak di antaranya harus dirujuk ke Surabaya atau Makassar untuk mendapatkan tindakan medis, seperti pemasangan ring maupun operasi bypass.

Perjalanan jauh, biaya transportasi tinggi, dan risiko keterlambatan penanganan kerap menjadi kendala utama. Menkes Budi mencontohkan kasus seorang pasien berinisial G, yang harus menunggu antrean hingga nomor 289 di Surabaya hanya untuk pemasangan ring jantung melalui program BPJS.

“Ini nyata terjadi, dan inilah yang ingin kami ubah,” tegas Menkes.

Program Pemerintah untuk Layanan Jantung

Keberhasilan operasi di Ambon menjadi bagian dari strategi pemerintah dalam membangun sistem layanan jantung nasional yang terintegrasi. Program ini mencakup pelayanan mulai dari Puskesmas, rumah sakit daerah, hingga rumah sakit rujukan provinsi.

Menkes Budi menargetkan seluruh 34 provinsi di Indonesia dapat melakukan minimal dua prosedur utama dalam bidang kardiovaskular, yaitu operasi bypass jantung dan bedah katup jantung. Saat ini, sebanyak 28 provinsi sudah melaksanakan layanan tersebut, dan Maluku kini resmi bergabung ke dalam daftar.

Ia juga meminta dukungan kepala daerah di Maluku agar memastikan keberlanjutan layanan ini. Para bupati dan wali kota diimbau menjaga agar dokter-dokter spesialis tetap bertugas di daerah dan tidak berpindah ke kota besar.

Dukungan Pemerintah Provinsi Maluku

Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa menyampaikan apresiasi kepada pemerintah pusat atas dukungan penuh terhadap peningkatan layanan kesehatan di wilayahnya. Menurutnya, keberhasilan ini menunjukkan hadirnya negara dalam memperkuat layanan kesehatan di daerah.

“Ini menunjukkan komitmen dan kehadiran negara dalam memperkuat pembangunan kesehatan, serta membantu masyarakat mendapatkan akses pelayanan jantung tanpa harus dirujuk ke luar Maluku,” ujar Hendrik.

Ia menambahkan, RSUP Dr. Johannes Leimena memiliki posisi strategis sebagai rumah sakit rujukan utama di kawasan timur Indonesia. Pemerintah provinsi berencana mendorong lebih banyak rumah sakit di Maluku untuk mampu menyelenggarakan layanan serupa, mengingat tantangan geografis wilayah kepulauan yang cukup kompleks.

“Pemerintah provinsi terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dari sisi sumber daya manusia, infrastruktur, hingga alat kesehatan,” jelas Hendrik.

Peran RSUP Dr. Johannes Leimena

Sebagai rumah sakit rujukan regional, RSUP Dr. Johannes Leimena memiliki tanggung jawab besar dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan di kawasan timur. Keberhasilan operasi bypass ini menjadi bukti kesiapan fasilitas kesehatan di Ambon untuk menangani kasus-kasus kompleks.

Dengan pencapaian ini, diharapkan masyarakat Maluku dan provinsi sekitarnya tidak lagi harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan layanan jantung tingkat lanjut. Hal ini sekaligus menegaskan pentingnya pemerataan fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia.

Simbol Pemerataan Akses Kesehatan

Capaian operasi bypass jantung pertama di Maluku bukan hanya keberhasilan medis, tetapi juga simbol pemerataan akses kesehatan. Pemerintah pusat menegaskan komitmen untuk terus memperluas layanan jantung hingga ke pelosok negeri.

Dengan adanya dukungan dari tenaga medis, pemerintah daerah, dan masyarakat, langkah ini diharapkan dapat menurunkan angka rujukan keluar daerah serta mempercepat penanganan pasien jantung di kawasan timur Indonesia.

Produsen Alat Kesehatan Beurer Bangun Pabrik di Kendal, Perkuat Pasar Domestik dan Regional

Produsen alat kesehatan asal Jerman, Beurer, resmi mempertegas kehadirannya di Indonesia. Setelah tujuh tahun masuk lewat jalur importir, perusahaan ini kini menghadirkan fasilitas produksi di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Pabrik tersebut tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga diproyeksikan menjadi hub ekspor ke negara-negara Asia Tenggara.

Langkah strategis ini diumumkan saat debut perdana Beurer di Hospital Expo 2025 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang. Pada kesempatan tersebut, Beurer menampilkan sejumlah produk unggulan, mulai dari tensimeter, nebulizer, hingga termometer infrared yang selama ini menjadi andalan mereka di pasar global.

Penuhi Regulasi TKDN

Menurut Aria Verdin, Managing Director Beurer Indonesia, kehadiran pabrik di Kendal akan mempercepat akses produk ke berbagai rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta. “Pabrik ini memiliki komponen TKDN yang cukup, memenuhi kebijakan pemerintah untuk pengadaan barang rumah sakit,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/9/2025).

Aria menegaskan bahwa produksi lokal bukan hanya bentuk kepatuhan terhadap regulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), tetapi juga strategi bisnis jangka panjang. Dengan basis produksi di Indonesia, distribusi produk dipastikan akan lebih efisien, sementara nilai tambah dari sisi lokalitas akan memperbesar peluang Beurer masuk dalam rantai pasok pengadaan rumah sakit.

Teknologi dan Presisi Jerman

Beurer, yang dikenal sebagai salah satu produsen alat kesehatan rumah tangga dan klinis terkemuka di Jerman, membawa filosofi teknologi presisi ke Indonesia. Aria menyebut, pihaknya yakin kualitas produk yang mengedepankan engineering Jerman akan diterima masyarakat Indonesia.

Produk-produk Beurer yang dipamerkan di Hospital Expo menampilkan perpaduan antara fungsi medis dan inovasi digital. Misalnya, teknologi health management pro dengan fitur scan and save yang memungkinkan hasil pengukuran kesehatan tersimpan secara digital dan dapat terhubung dengan aplikasi rekam medis. Fitur ini sejalan dengan tren digitalisasi sistem layanan kesehatan di Indonesia, di mana integrasi data pasien menjadi kebutuhan mendesak bagi rumah sakit modern.

Potensi Pasar Besar

Pasar alat kesehatan di Indonesia dipandang memiliki potensi besar. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sebagian besar kebutuhan alkes nasional masih dipenuhi produk impor. Kondisi ini membuka peluang bagi pemain global yang berinvestasi di Indonesia untuk memperkuat produksi dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan impor.

Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, kebutuhan terhadap perangkat medis seperti alat ukur tekanan darah, nebulizer, dan termometer diprediksi akan terus naik. Kehadiran pabrik Beurer di Kendal diharapkan bisa mengisi celah tersebut, sekaligus menawarkan produk dengan kualitas internasional yang lebih mudah diakses konsumen lokal.

Basis Ekspor Regional

Selain fokus pada pasar domestik, Beurer juga menargetkan pabrik Kendal sebagai basis ekspor untuk kawasan Asia Tenggara. Posisi geografis Indonesia yang strategis, ditambah fasilitas kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan, menjadi alasan utama perusahaan menempatkan investasi di wilayah tersebut.

Dengan strategi ini, produk buatan Kendal tidak hanya akan beredar di rumah sakit Indonesia, tetapi juga dipasarkan ke negara-negara tetangga yang memiliki kebutuhan serupa terhadap alat kesehatan berkualitas.

Inovasi Berkelanjutan

Selain mengandalkan lini produk standar, Beurer berkomitmen memperkenalkan inovasi terbaru sesuai kebutuhan pasar. Teknologi digital seperti fitur pencatatan otomatis, integrasi aplikasi kesehatan, hingga perangkat pintar berbasis internet of things (IoT) menjadi fokus pengembangan. Inovasi ini diarahkan untuk menjawab kebutuhan sistem kesehatan yang lebih modern, cepat, dan efisien.

Dalam jangka panjang, Beurer menegaskan bahwa pembangunan pabrik bukan hanya soal produksi, tetapi juga transfer teknologi. Dengan adanya basis manufaktur di Indonesia, peluang alih teknologi, peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal, serta penguatan rantai pasok nasional di sektor alat kesehatan diproyeksikan akan ikut berkembang.

Hospital Expo 2025 Hadir di ICE BSD: Inovasi dan Kolaborasi Industri Alat Kesehatan

Pameran industri alat kesehatan terbesar di Asia Tenggara, Indonesia International Hospital Expo (Hospital Expo) ke-37, akan kembali digelar pada 25–28 September 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Banten. Ajang tahunan ini dipandang sebagai barometer perkembangan teknologi kesehatan, sekaligus jembatan antara produsen dan konsumen di sektor rumah sakit (RS) dan layanan kesehatan.

Pameran ini digelar berkolaborasi dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), yang secara paralel akan menyelenggarakan Seminar Nasional ke-21 dan Seminar Tahunan Patient Safety ke-19. Seminar tahun ini mengusung tema “Improving Access, Quality, and Safety through Financial Sustainability”, dengan fokus pada peningkatan akses, mutu, dan keselamatan layanan kesehatan melalui keberlanjutan finansial.

Target 12.000 Pengunjung Per Hari

Direktur Marketing & Finance PT Okta Sejahtera Insani, Yudha Imam Sutedja, menyampaikan bahwa penyelenggara menargetkan lebih dari 12.000 pengunjung per hari. Mereka terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari organisasi kesehatan, praktisi rumah sakit, tenaga kesehatan, tim pembelian (purchasing) RS, perbankan, penyedia layanan digital health, sales & marketing alat kesehatan, pemilik dan CEO RS, hingga masyarakat umum yang memiliki kepedulian terhadap dunia kesehatan.

Menurut Yudha, kehadiran Hospital Expo tidak hanya sebagai wadah promosi, tetapi juga forum untuk memperkenalkan inovasi terkini dan mendorong pelaku industri agar terus mengikuti perkembangan teknologi. “Hospital Expo berperan penting dalam menjembatani produsen dan konsumen, sekaligus momentum untuk memperkenalkan inovasi terkini dan menjawab tantangan sektor kesehatan yang terus berkembang,” ujarnya.

Pameran Berskala Internasional

Seiring meningkatnya reputasi, Hospital Expo kini tidak hanya diminati peserta dalam negeri, tetapi juga semakin banyak menarik perhatian pengunjung dari kawasan Asia Tenggara, Asia lainnya, hingga Eropa. Skala internasional ini mempertemukan profesional kesehatan, produsen alat medis, dan penyedia layanan rumah sakit dalam satu wadah.

Bagi industri alat kesehatan, pameran ini menjadi sarana strategis untuk memperluas jaringan dengan distributor dalam maupun luar negeri. Produsen dapat memperkenalkan inovasi serta produk unggulan ke pasar yang lebih luas, sementara pengunjung berkesempatan memperoleh akses langsung terhadap perkembangan terbaru di bidang medis.

Alat Kesehatan untuk Masyarakat Umum

Hospital Expo 2025 juga terbuka bagi masyarakat umum. Pengunjung dapat menemukan beragam alat kesehatan pribadi praktis seperti alat pengukur gula darah, tensimeter, termometer, kursi roda, kruk, hingga pompa ASI. Peralatan ini dinilai penting untuk mendukung pemantauan kondisi kesehatan secara mandiri di rumah.

Selain itu, pengunjung dapat memanfaatkan berbagai layanan pemeriksaan kesehatan gratis yang tersedia, mulai dari pengecekan gula darah, tekanan darah, lemak tubuh, osteoporosis, asam urat, kolesterol, retina mata, saturasi oksigen, hemoglobin, laktat darah, kadar CO dalam tubuh, hingga cardiovascular analyzer. Layanan ini menjadi salah satu daya tarik utama pameran karena memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

Program Donor Darah dan Bedah Buku

Tidak hanya pameran produk, Hospital Expo 2025 juga menyajikan agenda sosial. Salah satunya adalah kegiatan donor darah yang diselenggarakan oleh PMI Provinsi Banten. Program ini membuka kesempatan bagi pengunjung untuk berkontribusi dalam mendukung nilai kemanusiaan. Setiap kantong darah yang terkumpul diyakini dapat menyelamatkan nyawa sekaligus menghadirkan harapan baru bagi pasien yang membutuhkan.

Selain itu, akan ada peluncuran dan bedah buku berjudul “Hospital Expo, PT OSI, dan dr Robert Imam Sutedja” pada Kamis, 25 September 2025 pukul 13.00. Pada Sabtu, 27 September 2025 pukul 13.00, praktisi edukasi kesehatan masyarakat dr Handrawan Nadesul juga akan meluncurkan buku dan mengisi talkshow bertajuk “Piknik Itu Perlu”. Kedua agenda ini diharapkan dapat memperkaya wawasan publik tentang kesehatan dan gaya hidup.

Akses dan Informasi Tiket

Masyarakat Jabodetabek dan sekitarnya sangat dianjurkan untuk menjadikan Hospital Expo sebagai agenda penting. Registrasi dapat dilakukan melalui sits resmi Hospital Expo 2025. Harga tiket masuk ditetapkan sebesar Rp10.000, dengan pengecualian khusus pada hari Minggu yang gratis untuk pengunjung umum.

Yudha menekankan bahwa Hospital Expo bukan sekadar ajang promosi industri alat kesehatan, tetapi juga sarana edukasi publik. “Harapan kami, Hospital Expo dapat memberikan berbagai manfaat, yang tidak hanya menjadi ajang promosi, tapi juga edukasi publik tentang kesehatan preventif dan kuratif yang akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat Indonesia,” tutupnya.

Dengan rangkaian acara yang kaya, mulai dari pameran produk alat kesehatan, seminar internasional, layanan pemeriksaan kesehatan gratis, donor darah, hingga peluncuran buku, Hospital Expo 2025 di ICE BSD diperkirakan akan menjadi salah satu perhelatan kesehatan terbesar tahun ini.

Bagi pelaku industri, ini adalah peluang memperluas pasar dan memperkenalkan inovasi. Sementara bagi masyarakat umum, pameran ini menawarkan kesempatan untuk lebih peduli terhadap kesehatan pribadi melalui akses ke produk, layanan, serta edukasi langsung dari para pakar.