Sebuah algoritma baru yang dikembangkan oleh tim peneliti di North Carolina State University, Amerika Serikat dikabarkan memiliki potens mengurangi efek samping dari terapi radiasi.
“Bahkan setelah beberapa dekade berkembang, kemanjuran perawatan terapi radiasi dibatasi oleh efek samping yang timbul dan tidak diinginkan pada jaringan sehat (tubuh manusia),” kata Dávid Papp, asisten profesor di universitas tersebut.
Metode klinis saat ini membuat pasien menerima dosis radiasi yang sama untuk setiap sesi pengobatan, namun Papp dan timnya memutuskan untuk menyelidiki efektivitas pemberian dosis yang berbeda.
Dalam sebuah studi proof-of-concept, tim tersebut menguji metode baru yang bernama fraksinasi spatiotemporal ini terhadap lima penyakit tumor hati diferensial – masing-masing mewakili ukuran atau lokasi tertentu.
Mereka menemukan bahwa cara baru ini mengurangi dosis radiasi hati sebesar 13 sampai 35 persen sementara memberikan hasil yang sama dengan terapi radiasi konvensional.
Hasilnya penelitian tersebut dipublikasikan pada Physics in Medicine and Biology. Tim ini sekarang sedang mengerjakan penyempurnaan penelitian agar lebih mantab lagi dan mereka berencana melakukan pengujian in vivo selanjutnya.
“Kami hanya bisa berspekulasi, tapi saya yakin (metode ini) memiliki potensi untuk mengubah bagaimana pasien kanker dengan tipe tumor tertentu diobati,” kata Papp.
Dirinya menambahkan bahwa salah satu pertanyaan yang paling penting adalah apakah jenis perawatan baru ini dapat dirancang dan disampaikan dengan mudah dan aman seperti perawatan konvensional. Uji klinis akan membantu menjawabnya.