spot_img

RI Berpotensi Jadi Hub Manufaktur Alkes dan Farmasi, Apindo: Harus Tingkatkan Daya Saing

 

Negara Indonesia berpotensi menjadi hub manufaktur alkes dan farmasi. Demikian potensi yang dilihat oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Semua itu bisa terjadi asalkan Indonesia mampu meningkatkan daya saing di industri alat kesehatan (alkes) dan farmasi.

Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani, menyatakan bahwa untuk mewujudkannya, Indonesia memerlukan kemitraan yang kuat. Dia juga mengungkapkan potensi Jepang untuk berinvestasi dalam industri farmasi dan alat kesehatan nasional.

“Potensi tersebut tergantung pada sejauh mana sektor alat kesehatan dan farmasi dalam negeri mampu meningkatkan daya saingnya di dalam iklim investasi,” kata Shinta kepada dilansir dari Bisnis, Minggu (15/10/2023).

Shinta menjelaskan bahwa Jepang adalah negara keenam terbesar dalam hal konsumsi impor produk farmasi dan alat kesehatan di dunia. Ini terkait dengan populasi lansia yang besar di Jepang, sehingga permintaan pasar di sana cukup baik. Namun, mayoritas produk farmasi dan alat kesehatan yang diimpor oleh Jepang berasal dari negara maju. Misalnya Amerika Serikat, Jerman, China, dan lainnya.

Indonesia Berpotensi Menjadi Hub Manufaktur Alkes dan Farmasi dengan Jepang

Menurut Shinta, hal ini menunjukkan bahwa pasar produk farmasi dan alat kesehatan di Jepang didominasi oleh produk berpaten. Artinya, bukan produk farmasi dan alat kesehatan yang bisa dijual secara bebas seperti yang banyak diproduksi dan diekspor oleh Indonesia saat ini.

Selain itu, meskipun Jepang bukan eksportir teratas produk farmasi dan alat kesehatan di dunia. Jepang memiliki tingkat penelitian dan pengembangan (R&D) di bidang kesehatan yang tinggi.

Negara ini juga memiliki banyak perusahaan farmasi dan alat kesehatan besar yang memasarkan produk mereka secara internasional. Inilah yang membuka peluang Jepang untuk bermitra dan berinvestasi di Indonesia. Khususnya, untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat manufaktur produk farmasi dan alat kesehatan berpaten yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Jepang.

Iklim Investasi

Shinta juga menyoroti berbagai isu terkait iklim investasi di sektor kesehatan nasional, seperti daya saing yang perlu ditingkatkan dari Undang-undang Kesehatan. Beberapa isu tersebut dinilai perlu perbaikan lebih lanjut agar lebih menarik bagi investor Jepang di sektor farmasi dan alat kesehatan.

Hal ini mencakup akses terhadap sumber daya manusia berkualitas, kemudahan dalam melakukan uji klinis yang bersifat lintas batas, dan perlindungan terhadap produk berpaten yang lebih kompetitif.

Pemerintah Indonesia memprioritaskan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan untuk meningkatkan daya saing global. Target ini sesuai dengan inisiatif “Making Indonesia 4.0,” “RIPIN 2015-2035,” “Undang-undang Cipta Kerja,” serta program “Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).”

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa industri alat kesehatan di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat. Tercatat pasar industri alkes bernilai US$3,5 miliar pada tahun 2021, dengan perkiraan pertumbuhan menjadi US$6,5 miliar pada tahun 2026.

Indonesia diharapkan menjadi tujuan menarik bagi investor di sektor alat kesehatan. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah produsen peralatan kesehatan yang beroperasi di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan.

 

Related Articles

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Media Sosial

10,000FansLike
13,700FollowersFollow
BERLANGGANAN NEWSLETTER GRATIS
I agree to have my personal information transfered to MailChimp ( more information )
Join over 3.000 visitors who are receiving our newsletter and learn how to optimize your blog for search engines, find free traffic, and monetize your website.
We hate spam. Your email address will not be sold or shared with anyone else.

Pilihan Redaksi

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x