Startup genomik hewan Moosa Genetics telah berhasil mendapatkan pendanaan awal dari East Ventures. Meskipun jumlahnya tidak diungkapkan setelah sebelumnya bergantung pada sumber dana internal. Beberapa investor individu juga turut serta dalam putaran pendanaan ini.
Moosa Genetics didirikan pada tahun 2016 oleh tim yang dipimpin oleh Dr. Ivan R Sini, PhD sebagai Chairman. Kemudian personil antara lain diisi oleh Dr. Deddy F. Kurniawan, DVM sebagai co-CEO, Jeremia Michael Sutandy sebagai Co-CEO dan Managing Director.
Kemudian ada pula Prof. Arief Boediono, PhD sebagai Chief Scientific Officer, dan Ir. Sigit Prastowo, PhD sebagai Chief Geneticist Officer.
Misi utama Moosa Genetics adalah untuk mengubah dan menetapkan standar kualitas baru dalam industri peternakan hewan di Indonesia. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk membangun laboratorium, memperkuat tim, meningkatkan strategi pemasaran, serta membentuk kemitraan dalam produksi daging wagyu untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Moosa Genetics Ingin Meningkatkan Standar Industri Peternakan
Dr. Ivan, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Genomik Indonesia, menjelaskan mengenai dampak pemanfaatan teknologi yang dilakukan perusahaannya.
“Dengan pemanfaatan teknologi reproduksi dan molekuler hewan terkini, kami memiliki kemampuan untuk menghasilkan daging yang lebih berkualitas dengan biaya yang lebih terjangkau. Dengan demikian, kami berharap dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi industri dan konsumen. Kami optimis bahwa ini akan mendorong minat yang lebih besar di sektor ini pada masa yang akan datang,” kata dr Ivan dilansir dari Daily Social (23/10/2023).
Avina Sugiarto, Partner di East Ventures, menyatakan bahwa pendekatan inovatif bioteknologi di peternakan sapi memiliki potensi untuk mengubah industri peternakan. Potensi tersebut juga digadang mampu berkelanjutan serta ketahanan pangan dalam negeri.
East Ventures telah terus mengalirkan investasi ke sektor kesehatan sepanjang tahun ini, terutama di bidang genomik dan bioteknologi. East Ventures memiliki beberapa portofolio terbaru di sektor ini, seperti Mesh Bio dan AMILI.
Bioteknologi Membantu Meningkatkan Kualitas Hasil Peternakan
Moosa Genetics juga melihat bahwa industri peternakan sapi di Indonesia saat ini terfragmentasi, dengan mayoritas peternak berada dalam skala kecil dan terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Salah satu contoh, Jawa Timur memiliki populasi sapi yang signifikan, tetapi sebagian besar peternak mengandalkan tabungan pribadi untuk biaya pemeliharaan sapi. Hal tersebut menjadi salah satu penghambat potensi pasokan daging dalam negeri. Hal ini menyebabkan Indonesia bergantung pada impor daging sapi, terutama dari Australia.
Untuk mengatasi tantangan ini, Moosa Genetics memanfaatkan inovasi bioteknologi, seperti teknologi transfer embrio dan teknik seleksi gen inovatif untuk meningkatkan kualitas daging dan mengurangi biaya produksi. Mereka juga berusaha meningkatkan jenis sapi lokal yang dikenal sebagai “Sapi Merah Putih” untuk mencapai standar yang lebih unggul.
Kolaborasi antara pemangku kepentingan industri, penyedia platform, dan peneliti yang berdedikasi adalah kunci untuk meningkatkan standar peternakan sapi. Dr. Ivan menegaskan bahwa tidak ada solusi tunggal untuk mengatasi tantangan dalam memperbaiki genetika sapi lokal yang akan sesuai dengan kebutuhan Indonesia di masa depan.