spot_img

Gakeslab dan Kemenkes Gelar GHWP: Menyatukan Persepsi, Memajukan Alat Kesehatan Indonesia

Kartono Dwidjosewojo, Ketum Gakeslab Indonesia. Foto: Gakeslab Indonesia.

Gabungan Pengusaha Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia menyelenggarakan kegiatan Global Harmonization Working Party (GHWP).

Perhelatan ini berlokasi di Pullman Legian Beach Bali pada tanggal 12-13 Juni 2024. Berbagai pihak menghadiri GHWP mulai dari para pengusaha alat kesehatan dan laboratorium dari berbagai negara di Asia Pasifik, serta perwakilan dari Kemenkes RI.

Menyamakan Persepsi untuk Mengembangkan Alat Kesehatan Indonesia

Ketua Umum Gakeslab Indonesia, Kartono Dwidjosewojo, menjelaskan bahwa setiap negara memiliki aturan sendiri terkait alat medis. Oleh karena itu, diperlukan penyamaan persepsi agar tercipta keselarasan di kawasan ini.

“Diadakannya kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi mengenai alat-alat medis di kawasan Asia Pasifik,” ujarnya dilansir dari Diksi Merdeka (12/6/2024) di lokasi acara.

Kartono menambahkan, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengenalkan Gakeslab Indonesia di kancah nasional dan internasional. Gakeslab Indonesia didirikan pada tahun 1977 dan kini memiliki 1.500 anggota yang tersebar di 26 provinsi.

“Melalui kegiatan ini saya berharap Gakeslab agar lebih dikenal ke depannya,” lanjutnya.

Harapan untuk Perkembangan Alat Kesehatan di Indonesia

Selain menyamakan persepsi, Kartono berharap bahwa kegiatan ini dapat mendorong perkembangan alat medis di Indonesia.

“Kami memiliki harapan bahwa dunia kesehatan Indonesia akan terus berkembang setelah acara ini. Kemudian juga meningkatkan kerjasama dengan para ilmuwan hebat untuk memajukan alat kesehatan di Indonesia,” tegasnya.

Ia juga mengajak para pengusaha alat medis yang belum bergabung dengan Gakeslab Indonesia untuk segera bergabung. Menurutnya, bergabung dengan Gakeslab memberikan banyak kemudahan dan akses terhadap perkembangan terbaru alat-alat medis.

“Harapan kami kepada para pengusaha alat medis dan laboratorium kedepannya untuk bergabung bersama kami,”

Ajang Bertukar Pikiran

Ketua Panitia, Irwan Hermanto, yang juga Wakil Ketua Umum II Gakeslab Indonesia, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi ajang bertukar pikiran antara pengusaha alat kesehatan.

“Acara ini menjadi ajang bertukar pikiran bersama pengusaha alat kesehatan di seluruh dunia. Momen ini adalah peluang berharga untuk perkembangan alat medis di dunia,” ujar Irwan.

Dengan adanya penyamaan persepsi dan pertukaran ide, industri alat kesehatan diharapkan dapat berkembang lebih cepat dan efisien. Kegiatan GHWP ini diharapkan mampu menciptakan kolaborasi yang lebih erat di antara pengusaha alat kesehatan di kawasan Asia Pasifik dan dunia.

Sejarah dan Peran Gakeslab Indonesia

Gakeslab Indonesia memiliki sejarah panjang dalam industri alat kesehatan. Sejak didirikan pada tahun 1977, organisasi ini terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dan standar alat kesehatan di Indonesia. Dengan 1.500 anggota yang tersebar di 26 provinsi, Gakeslab berperan penting dalam perkembangan industri ini di Indonesia.

Melalui kegiatan GHWP ini, Gakeslab Indonesia menunjukkan komitmennya untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan global. Kerjasama dengan Kemenkes RI juga menunjukkan bahwa pemerintah mendukung penuh inisiatif ini demi kemajuan industri alat kesehatan di Indonesia.

Masa Depan Gakeslab Indonesia

Diharapkan, setelah kegiatan ini, akan ada lebih banyak pengusaha alat medis yang bergabung dengan Gakeslab Indonesia, sehingga industri ini dapat berkembang lebih pesat.

Anak Usaha Kimia Farma Akan Distribusikan Alkes Non-invasive Buatan STEI-ITB

kelainan tulang belakang
Alat untuk terapi kelainan tulang belakang dari Mahasiswa UB. Foto: ANTARA.

PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) dikabarkan resmi menjalin kerja sama strategis dengan PT Selaras Medika Digital Indonesia (SMDI) untuk mendistribusikan alat kesehatan inovatif, Non-Invasive Vascular Analyzer (NIVA). KFTD sendiri merupakan anak perusahaan dari PT Kimia Farma Tbk (KAEF).

NIVA merupakan perangkat non-invasif yang dikembangkan oleh Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI-ITB). Alat Kesehatan tersebut dirancang untuk mendeteksi dan mencegah risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Dengan kemampuannya mengukur 15 parameter kesehatan kardiovaskular seperti kekakuan arteri, tekanan darah sentral, dan fungsi endotel, NIVA diharapkan dapat menjadi solusi dalam mendukung program kesehatan pemerintah terkait deteksi dini penyakit kardiovaskular.
Implementasi dan Distribusi NIVA

Dalam kerjasama ini, KFTD bertindak sebagai distributor resmi NIVA, yang akan memastikan produk tersebut dapat diakses oleh berbagai fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia.

“Merupakan suatu kehormatan bagi KFTD dapat berkolaborasi dengan SMDI, perusahaan yang memiliki komitmen kuat terhadap pengembangan produk inovatif hasil karya akademisi di Indonesia. Melalui jaringan 48 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, KFTD berupaya untuk meningkatkan pemerataan akses alat kesehatan, termasuk produk NIVA,” kata Direktur Utama KFTD, Djagad Prakasa Dwialam, Jumat (7/6/2024).

Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian pada 6 Juni 2024 di kantor pusat KFTD, Jakarta Pusat. Berbagai pihak termasuk manajemen kedua perusahaan, industri kesehatan, akademisi, dan perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) ikut hadir dalam acara pengukuhan ini.

Sementara tu, Yani Motik, Direktur Utama SMDI, menyebutkan bahwa NIVA akan menjadi game-changer dalam upaya menurunkan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia. Ia menekankan pentingnya deteksi dini untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

SMDI juga berkomitmen untuk memberikan pelatihan dan dukungan teknis terbaik kepada tenaga medis untuk mengoptimalkan penggunaan NIVA.

Kementerian Kesehatan Akan Melakukan Pemenuhan Alkes Hingga 2027

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Rizka Andalucia

Pemenuhan alat kesehatan di berbagai puskesmas dan rumah sakit di Indonesia akan terus dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Hal ini merupakan upaya transformasi pelayanan primer.

Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Rizka Andalucia mengungkapkan bahwa pergeseran orientasi kesehatan dari kuratif menjadi promotif dan preventif, seperti skrining, deteksi dini, dan vaksinasi, perlu dibarengi kesiapsiagaan alat-alat diagnostik.

“Kita ingin menggeser upaya kuratif kepada promotif preventif. Saat ini pembiayaan kesehatan itu hanya 17 persen untuk pencegahan dan 67 persen untuk pengobatan,” ujarnya dalam Forum Nusantara Farmasi dan Alat Kesehatan disiarkan di Jakarta.

Jenis-jenis skrining yang dibutuhkan, menurut Rizka, membutuhkan peralatan memadai. Dirinya mencontohkan, seperti skrining hipertiroid kongenital, thalasemia, anemia, dan kanker pada anak, serta skrining penyakit kardiovaskuler, stroke, hipertensi pada dewasa.

Dirinya melanjutkan, masih ada 171 kecamatan yang belum memiliki puskesmas, seperti daerah-daerah pemekaran yang masih baru. Sedangkan saat ini terdapat lebih dari 10 ribu puskesmas diIndonesia. Untuk itu, tempat-tempat itu perlu dilengkapi dengan puskesmas.

Sejauh ini, lanjut Rizka, upaya Kemenkes antara lain mengirimkan antropometri ke posyandu, sehingga tak perlu lagi menunggu dari puskesmas. Juga menyediakan USG guna menekan angka kematian ibu hamil.

“Nah, kedua alat yang kita deploy dengan massal ke seluruh puskesmas dan posyandu ini, antropometri maupun USG, semua sudah dapat diproduksi dalam negeri dan kita melakukan konsolidasi dan semua menggunakan produk dalam negeri,” jelasnya.

Dia menambahkan revitalisasi struktur dan jaringan layanan kesehatan primer disertai dengan struktur laboratorium kesehatan masyarakat yang berjenjang, mulai dari tingkat puskesmas hingga nasional.

Dengan skrining, ujarnya, akan ada intervensi yang lebih dini sehingga kualitas hidup anak menjadi lebih baik.

Ahli Neurolog Sebut Sudah Ada Pengobatan Parkinson Dengan Cara Menanam Cip Pada Otak Pasien

Foto: HerStory/Azka Elfriza

Seiring semakin majunya teknologi, termasuk di bidang kedokteran, dewasa ini sudah ada pengobatan penuaan saraf di otak (parkinson) yang canggih, yaitu otak pasien ditanam cip. Hal tersebut diungkapkan oleh Neurolog Dr. dr. Rocksy Fransisca V Situmeang Sp.S, dalam seminar tentang sclerosis multipel, pada tanggal 28 Mei 2024.

“Pemasangan cip tadi dengan operasi Deep Brain Stimulation (DBS), kami menstimulasi area-area otak untuk menormalkan lagi produksi dopamin, sehingga gejala-gejala yang dirasakan pasien parkinson menjadi lebih baik,” jelas Rocksy.

Rocky melanjutkan, cip yang dipasang sangat halus seperti rambut manusia. Cip itu mengalirkan listrik dengan voltase yang bisa diprogram, berapa ampere, berapa volt dan berapa kecepatan pulse yang dibutuhkan untuk menstimulasi produksi dopamin di area otak yang sebelumnya kurang produktif pada pasien parkinson. Dan pemrograman sudah diatur sebelum penanaman cip tersebut.

Cip tersebut diyakini dapat memperbaiki gejala pada pasien parkinson. Misalnya, jika pasien harus meminum obat sampai 10 butir supaya bisa berjalan, maka obatnya bisa dikurangi menjadi tiga butir.

Jika pasien sebelumnya mengalami tremor hebat, maka dengan operasi tersebut, tremor-nya berkurang. Ataupun pasien dengan gangguan gerak tubuh, maka dengan DBS dapat menjadi lebih aktif atau berkurang gangguannya, ujarnya. Pun, cip-nya tidak perlu dikeluarkan. Kecuali jika ada masalah seperti infeksi atau ada kabelnya yang putus.

Sementara itu, dokter spesialis saraf di RS Siloam Kebon Jeruk dr. Frandy Susatia, Sp.S, RVT mengatakan DBS dilakukan pada tahap awal saat seseorang menderita parkinson agar penyakit tersebut tidak bertambah parah.

Menurut dr. Frandy, ada tiga tujuan DBS antara lain mengurangi komplikasi motorik, mengurangi dosis obat yang dikonsumsi, dan mengatasi tremor.

Setiap pasien parkinson memiliki kebutuhan khusus, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan dokter yang memiliki spesialisasi pengobatan parkinson untuk menentukan strategi pengobatan terbaik sesuai kondisi dan kebutuhan pasien

Gandeng Hotel Sheraton, RSA UGM Tawarkan Layanan Wisata Kesehatan

Foto: ugm.ac.id

Wisata medis (medical tourism) dan wisata kebugaran (wellness tourism) di Indonesia dinilai memiliki potensi yang cukup besar. Tekait l ini, Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) dikabarkan segera membuka layanan wisata kesehatan dan kebugaran yang dilengkapi fasilitas hotel dan akomodasi wisata pendukung.

Direktur Utama RSA UGM Darwito berharap RSA UGM bisa menjadi pelopor layanan wisata kesehatan dan kebugaran di Yogyakarta karena sudah didukung dengan tenaga medis yang berkualitas, infrastruktur yang memadai, serta fasilitas medis yang canggih.

Paket yang nantinya ditawarkan salah satunya menyasar pasien yang akan menjalani terapi. Dimana akan menggabungkan layanan medis unggulan RSA dengan layanan fasilitas hotel bintang lima bekerja sama dengan Sheraton Mustika Resort and Spa.

Selama terapi, lanjut Darwito, para pasien bisa memilih untuk tinggal di Hotel Sheraton dengan pendampingan dari RSA tanpa harus kembali ke rumah sakit.

“Karena kalau tinggal di RS terus akan sangat stressfull pastinya. Pasien yang bahagia memiliki tingkat probabilitas yang tinggi untuk sembuh,” ujar Darwito.

Sementara itu, Kepala Instalasi Health Tourism and Wellness RSA UGM dr Lutfhi Hidayat menuturkan kerja sama antara RSA UGM dengan Sheraton Mustika Resort and Spa adalah gagasan inovatif yang dapat dikembangkan di sektor kesehatan dan pariwisata untuk membangun jenis wisata baru di Yogyakarta.

“RSA UGM juga berinisiasi untuk membentuk Health Tourism Board yang bertugas untuk melakukan sertifikasi terkait medical tourism,” ujar Lutfhi.

Program ini, menurut Lutfhi, sejalan dengan agenda nasional yang lebih luas untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi terkemuka dalam bidang kesehatan, warisan budaya, dan pariwisata.

RSUD Bendan Pekalongan Sediakan Ruang Instalasi Bedah Sentral Representatif

Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid saat mengecek ruangan instalasi bedah sentral di Rumah Sakit Umum Daerah Bendan Pekalongan, Rabu (22/5/2025). ANTARA/Kutnadi.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bendan, Pekalongan, Jawa Tengah, dikabarkan telah menghadirkan ruang instalasi bedah sentral representatif di rumah sakit tersebut. Ruang bedah baru ini dilengkapi dengan standar alat-alat kesehatan seperti halnya pada rumah sakit kota-kota besar di Indonesia.

Direktur Utama RSUD Bendan Dwi Heri Wibawa menjelaskan, ada beberapa fasilitas penunjang dalam ruangan instalasi bedah sentral baru ini, seperti lima kamar operasi yang dilengkapi standar hemofilter, meja operasi, lampu operasi, mesin anestesi (pembiusan), dan seperangkat (kit) alat-alat bedah.

“Kami berharap ruangan operasi ini steril dan tidak terkontaminasi. Di sini ada lima kamar operasi terdiri atas empat kamar operasi atau bedah mayor dan satu kamar bedah minor,” katanya.

Dirinya melanjutkan, untuk sumber daya manusia dokter bedah sudah tercukupi, di mana ada tiga orang dokter bedah umum, satu orang dokter bedah syaraf, satu orang dokter bedah digestif, satu orang dokter orthopedi, dan satu orang dokter bedah onkologi.

Sementara itu, Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid menyatakan bahwa dengan adanya instalasi bedah sentral representatif ini, akan memberikan pilihan baru bagi warga Kota Pekalongan dan sekitarnya yang akan membutuhkan proses operasi atau bedah.

“Dulu ruangannya terbatas dan sempit, namun sekarang sudah luas dan sesuai standar,” ucap Afzan.

Menurut dia, penanganan bedah di RSUD Bendan pada 2023 lalu sudah ada sekitar 5.300 pasien, namun saat ini masih harus mengantre untuk berkonsultasi dengan beberapa dokter bedah yang ada, terutama dokter bedah otak yang penanganannya rumit dan membutuhkan waktu yang lama.

Pembangunan RS Vertikal Bertaraf Internasional di Makassar Segera Rampung

Pj. Gubernur sulsel bersama rombongan saat mengunjungi lokasi pembangunan RS OJK di CPI Makassar (dok. Humas pemprov sulsel)

Pembangunan Rumah Sakit Vertikal Otak, Jantung, dan Kanker yang terletak di kawasan Center Point of Indonesia (CPI) Makassar, Sulawesi Selatan, dikabarkan sudah mencapai 78 persen.

Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin menyatakan bahwa rumah sakit ini dirancang dengan kualitas bertaraf internasional dan hanya ada dua di Indonesia.

“Satunya lagi ada di Surabaya. Ini patut menjadi kebanggaan dan benar-benar semakin mengukuhkan posisi Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan sebagai hub Kawasan Indonesia Timur,” ucap Bahtiar.

Bahtiar melanjutkan, rumah sakit ini rencananya akan diresmikan Presiden Jokowi pada Bulan Juli atau Agustus 2024. Selain sebagai pusat layanan kesehatan, rumah sakit ini juga dirancang untuk menjadi pusat pendidikan dan penelitian, sekaligus menjadi ikon wisata medis dengan fasilitas kelas dunia.

Salah satu teknologi medis yang akan tersedia di rumahs akit ini adalah Cyclotron untuk pasien kanker. Perawatan paliatif pasien kanker yang hanya ada di Rumah Sakit Hasan Sadikin juga akan hadir di sini. Dan hal penting lainnya, rumah sakit ini akan menerima pasien BPJS.

RS Vertikal ini adalah hasil kerja sama antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kementerian Kesehatan, dengan lahan hibah Pemprov Sulsel.

Surabaya Hospital Expo ke-18 Hadirkan Lebih Dari 100 Perusahaan di Industri Kesehatan

Surabaya Hospital Expo ke-18 akan digelar di Main Atrium, Grand City Convex Kota Surabaya, pada 14-19 Mei 2024. Pameran ini juga berbarengan dengan Seminar dan Workshop yang bertema “Mewujudkan Layanan Unggulan Rumah Sakit Melalui Pengembangan Sumber Daya.”

Menurut Direktur Marketing & Finance PT. Okta Sejahtera Insani Yudha Imam Sutedja, Surabaya Hospital Expo ke-18 diikuti lebih dari 100 perusahaan yang menyediakan kebutuhan RS dan keperluan kesehatan pribadi produksi dalam serta luar negeri.

Surabaya Hospital Expo ke-18 diharapkan akan dikunjungi lebih dari 3.000 orang. Mengingat pada tahun lalu, pengunjung yang hadir mencapai 3.000 orang. Target utama pengunjung adalah para pelaku layanan fasilitas kesehatan, baik itu yang mengikuti rangkaian Seminar dan Workshop PERSI Wilayah Jawa Timur maupun yang datang untuk pameran, serta tentunya masyarakat umum.

“Kebutuhan RS yang dipamerkan sangat beragam, mulai dari peralatan untuk mendiagnosa pasien di RS, alat emergency, alat operasi, sampai alat-alat pendukung RS lainnya seperti seragam RS, mesin laundri, sistem informasi, dapur, ambulans, tempat tidur, sampai layanan penyedia koneksi internet. Ada pula alat diagnosa pribadi di antaranya alat cek gula darah, tekanan darah dan termometer,” tutur Yudha.

Sedangkan untuk materi seminar dan workshop yang akan disajikan ada delapan, yakni Workshop Studi Kelayakan Bisnis dan Monitoring Evaluasi Layanan Unggulan, Workshop Pelaksanaan Audit Klinis Berbasis RME untuk Kendali Mutu dan Kendali Biaya di Rumah Sakit, Workshop Strategi Menuju Hospital Tourism sebagai Layanan Unggulan Rumah Sakit, dan Workshop Memaksimalkan Profit Rumah Sakit Berdayakan Manajemen Operasional.

Ada pula, Workshop Pengembangan Rencana Strategi Rumah Sakit untuk Pelayanan Unggulan (Strategi Competitive Advantage), Workshop Strategi Rumah Sakit dalam Implementasi Rekam Medik Elektronik (RME), Workshop Penyusunan Renstra Keperawatan di Rumah Sakit, dan Workshop Penyusunan Code of Conduct dan Hospital by Law Rumah Sakit.

Pengunjung dapat masuk secara gratis dengan registrasi terlebih dahulu atau registrasi langsung di tempat pameran dipandu tim PT. Okta Sejahtera Insani. Selain mengikuti pameran, pengunjung juga dapat melakukan pemeriksaan kesehatan gratis seperti gula darah, lemak tubuh, mata silinder, mata minus/plus, awal katarak, tekanan darah, kolesterol, serta keton darah.

Startup Marketplace Layanan Kesehatan HonestDocs Raih Pendanaan Seri A Rp89 Miliar

Startup marketplace layanan kesehatan dan bedah, HonestDocs (HD) telah membukukan pendanaan Seri A senilai US$5,6 juta (Rp89 miliar). Hal tersebut iumumkan secara resmi oleh pihak HonestDocs beberapa aktu lalu.

Pendanaan tersebut dipimpin oleh SBI Ven Capital. Tuurt berprtisipasi dalam putaranini, yaitu Kyobo Securities, NTUitive, serta investor existing seperti M Venture Partners, Ratio Ventures, Orvel Ventures, FEBE Ventures, Partech Partners, dan TA Ventures.

Pendanaan ini nantinya akan digunakan untuk ekspansi bisnis, diantaranya menghadirkan lebih dari 5.000 mitra penyedia layanan kesehatan serta 300 ruang operasi yang ditargetkan bisa tercapai pada 2025. Sebagian dana lagi akan digunakan untuk meningkatkan sistem layanan kesehatan perusahaan.

Tak hanya itu, startup kesehatan yang didirikan pada tahun 2019 ini berencana mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI) lewat model bahasa besar (large language model/LLM) bernama MEhdIQ. LLM ini digadang-gadang akan meringankan tugas operasional dan administratif tenaga kesehatan, sehingga mereka dapat fokus memberikan perawatan kepada pasien.

Sebelumnya, HD telah menggalang pendanaan yang ipimpin oleh FEBE Ventures pada Agustus 2023 dengan nilai yang tidak diungkapkan. Melansir dari Crunchbase, total penggalangan dana perusahaan saat ini sebesar US$11,6 juta (Rp184 miliar).

HD didirikan oleh Sheji Ho, Aditya Jamaludin, Raya Chantaramungkorn, dan Frankie Shum. HD telah beroperasi di Thailand dan Indonesia. Perusahaan ini menyediakan layanan marketplace kesehatan HDMall dan HDCare, serta chatbot AI MEhdIQ. Di Indonesia, HD bersaing dengan Lifepack, Alodokter, Halodoc, dan startup marketplace layanan Kesehatan sejenis.

Indonesia dan Turki Jalin Kerjasama Alat Kesehatan Senilai 10,5 Juta Dolar AS

Penandatanganan MoU antara PT Haloni Jane Tbk dengan ERK Medikal Saglik Hizmetleri. Foto: Kemenperin RI

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berhasil menjalin kerjasama bisnis di bidang alat Kesehatan (alkes) dengan Turki. Hal tersebut dikukuhkan dalam penandatanganan dua buah nota kesepahaman (MoU) dalam forum bisnis yang bertajuk Enhancing the Collaboration of Indonesia -Turkey Medical Device industry pada perhelatan Expomed Eurasia 2024, di Istanbul, Turki yang diselenggarakan 25-27 April.

Kerjasama ini membuat sejumlah perusahaan alkes Indonesia menerima pesanan ekspor alat kesehatan senilai 10,5 juta dolar AS atau 168,6 milar rupiah.

MoU pertama berisi kerja sama antara PT Haloni Jane Tbk dan ERK Medikal Saglik Hizmetleri untuk kontrak distributor agreement produk sarung tangan medis berbahan lateks, dengan potensi transaksi 9 juta dolar AS.

Sedangkan yang MoU kedua berisi kerja sama PT Atra Widiya Agung dan Uzman Sterilization System dengan nilai 1,5 juta dolar AS, untuk distribusi penjualan container system dan pabrikasi di Indonesia pada 2024—2027.

Saat ini tercatat ada 209 perusahaan tergabung dalam Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI). Dimana perusahaan-perusahaan tersebut mampu memproduksi berbagai jenis alkes. Mulai dari ventilator dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 58 persen, furnitur rumah sakit (TKDN 68 persen), hingga pakaian medis (TKDN 92 persen).

Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Yan Sibarang Tandiele, menyatakan bahwa Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI terus mendorong pengembangan industri alat kesehatan dalam negeri supaya bisa berdaya saing global.

“Dengan kemampuan tersebut, kami juga berupaya untuk membuka dan memperluas akses pasar ekspor bagi industri alat kesehatan dalam negeri,” jelas Yan Sibarang Tandiele.