Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto pada Jumat (13/12/2019) mengunjungi salah satu industri dalam negeri mengunjungi pusat produksi implan traumatik / implan tulang yang merupakan inovasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Menkes Terawan mengaku bahwa hal tersebut merupakan langkap pemerintah dalam mendorong inovasi dan investasi alat kesehatan buatan lokal di industri farmasi Tanah Air.
“Ini produk dalam negeri, kalau bukan kita yang membanggakan produk dalam negeri, lalu siapa? Saya akan mendorong pemanfaatannya, terutama di dalam wilayah yang menjadi kewenangan Kementerian Kesehatan,” kata Menkes seperti dilansir oleh situs Bisnis.com.
Produksi implan traumatik itu sendiri dilakukan oleh PT. Zenith Allmart Precisindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Dan menurut Menkes, dikerjakan secara detail sehingga dirinya yakin bahwa produk ini akan mampu menjawab tantangan industri farmasi dalam negeri.
“Saya melihat mereka quality controlnya dengan handmade, itu artinya layak, itu artinya dipercaya, bahan-bahannya juga saya lihat bagus,” lanjut Terawan.
Sementara itu, sebagai lembaga kaji terap teknologi, BPPT terus berkomitmen untuk membantu mewujudkan program pemerintah melalui penerapan inovasi dan teknologi. Kali ini, BPPT mengambil peran dalam memajukan industri farmasi tanah air agar memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi.
Kepala BPPT Hammam Riza sebelumnya mengatakan bahwa sejak 2013 silam, Pusat Teknologi Material BPPT telah melakukan Inovasi Material Biocompatible untuk industri Alkes.
“Inovasi ini dilakukan melalui pengembangan material bahan baku Stainless Steel 316L (SS 316L) dan teknologi produksi implan orthopedi yang memenuhi standard material medis (medical grade material) ASTM F 138 / ISO 5832-1 dan juga ASTM F 139,” sebut Hammam.
SS 316L merupakan implan traumatik jenis medical grade yang diyakini memiliki harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan implan yang ditawarkan industrial grade.
“Selama ini Indonesia hanya impor alat kesehatan, itu yang selalu diandalkan. Sehingga BPPT merasa perlu untuk mendorong inovasi diterapkan ke industri farmasi tanah air agar memiliki TKDN yang tinggi,” papar Hammam.
Produk ini diharapkan bisa menekan angka impor Alkes, karena selain menghasilkan prototipe produk dengan harga yang relatif murah dari produk impor. Inovasi ini juga setara dengan produk impor dan dapat didesain menyesuaikan anatomi tulang manusia Indonesia.
Dalam pembuatannya, 1 tangkai pohon investment casting bisa dibagi menjadi 30 hingga 40 implan traumatik. Dengan jumlah ini, tentunya memungkinkan untuk dilakukannya pendekatan produksi massal implan traumatik SS 316L.
Menurut Hammam, uji produksi massal pada 500 hingga 900 keping implan dalam satu operasi pengecoran, dilakukan dalam upaya menguji kehandalan dan konsistensi produksi implan. Hammam menyampaikan bahwa uji medis terkait material SS 316L pun telah dilakukan.
“Uji medis pada material SS 316L, yang terdiri dari uji sitotoksisitas dan biokompatibilitas telah dilakukan oleh tim dokter dari RSU Dr Soetomo Surabaya dan juga di Fakultas Kedokteran Hewan IPB di Bogor,” jelas Hammam.
Pengujian ini menggunakan tikus sebagai hewan percobaan dan menunjukkan hasil bahwa material SS 316L tidak memiliki toksik dan tidak menimbulkan reaksi iritasi.
Bahan baku yang tersedia di Indonesia, yakni bahan lokal Ferro-Nickel (Fe-Ni) Pomala di Sulawesi Tenggara pun digunakan sebagai bahan pemadu logam (alloys element) SS 316L, untuk meningkatkan TKDN yang menjadi target pemerintah.