Budi Gunadi Sadikin selaku Menkes menginginkan perubahan dalam layanan kesehatan jiwa. Ia mengusulkan agar tidak lagi berpusat di rumah sakit, melainkan di komunitas. Menkes juga menekankan agar mengadopsi metode yang lebih maju dan modern.
Budi menyampaikan harapannya tersebut saat bertemu dengan Dirut Pusat Kesehatan Jiwa Nasional, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ dan Dr. Andrea Bruni selaku Regional Advisor in Mental Health dari WHO SEARO. Pesan tersebut disampaikan di Rumah Sakit Jiwa PKJN RSJMM (RS dr. H. Marzoeki Mahdi).
Budi mengisahkan bahwa dalam tiga tahun belakangan, fokus mereka adalah menangani pandemi Covid-191. Sayangnya, pemerintah hanya memiliki waktu yang sangat terbatas untuk membangun kesehatan di Indonesia.
Setelah pandemi mereda, isu yang banyak diangkat lebih kepada penyakit dengan angka kematian tinggi. Tiga yang kerap menjadi pembahasan adalah jantung, kanker, dan stroke.
Layanan Kesehatan Jiwa yang Terintegrasi
Menkes Budi menyampaikan bahwa tidak melupakan pentingnya layanan kesehatan jiwa. Namun, ia sangat menyesalkan bahwa sampai saat ini kesehatan jiwa masih menggunakan cara unsophisticated diagnostic dan skrining dengan instrumen-instrumen usang.
“Alhasil, kita gagal melakukan skrining di awal,” ujar Budi dalam pernyataannya Senin (21/8) dilansir dari Jawa Pos.
Oleh karena itu, Budi memerintahkan agar Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM) secepatnya membuat piloting model layanan kesehatan jiwa. Mulai dari tingkat komunitas, puskesmas, sampai rumah sakit yang terintegrasi komunitas di daerah Bogor.
Nova selaku Dirut PKJN RSJMM mengatakan, untuk memahami peran rumah sakit dalam memberikan layanan kesehatan jiwa di Indonesia, diperlukan masukan tentang integrasi rumah sakit dalam pengembangan model layanan kesehatan jiwa komunitas.
Ia mengatakan, PKJN RSJMM sendiri adalah rumah sakit jiwa tertua di Indonesia yang memiliki pelayanan kesehatan yang komprehensif psikiatrik dan non-psikiatrik.
“Sebagai pusat kesehatan jiwa nasional, kami akan terus berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang berkualitas. Kemudian aman, dan peduli kepada masyarakat,” tuturnya.
Noriyu panggilan akrab dokter tersebut mengatakan, kesehatan jiwa adalah aset berharga. Oleh karena itu, setiap individu berhak mendapatkan perawatan kesehatan jiwa yang memadai dan terkini.
PKJN RSJMM menjadi koordinator nasional pengampuan pelayanan kesehatan jiwa. Dengan demikian, bisa tercapai standarisasi minimal. Baik dari aspek sumber daya manusia, pelayanan, alat kesehatan, dan sarana prasarana.
Ia menuturkan target pengampuan harus tercapai 100 persen pada tahun 2027 mendatang. Nova dan Tim PKJN RSJMM harus bekerja keras mencapai target tersebut, sambil terus meningkatkan kinerja.
“Ini merupakan impian kami. Akhirnya saat ini kesehatan jiwa menjadi prioritas. Sebuah peluang yang harus dimaksimalkan, tancap gas,” ungkapnya